Saturday, May 02, 2009

Manohara Sang Puteri...

belakangan ini, berita infotainment sedang digegerkan oleh kasusnya manohara, gadis indonesia berusia belia yang telah dinikahkan oleh orang tuanya dengan seorang anak raja di negara bagian malaysia. usia manohara saat dinikahkan yaitu 16,5 tahun, usia yang menurut undang-undang pernikahan belum saatnya untuk menikah. tetapi kita semua tidak tahu, kenapa pernikahan itu bisa terjadi...??? atau karena yang menikahi adalah orang kaya yang mempunyai gelar ningrat...???

ada hal yang sangat menohok hati saya sebagai perempuan, saya tidak akan mengurusi motif ibunda manohara, tetapi saya lebih tertarik pada dunia kerajaan yang secara teori sangat religius tradisional (agamis yang tekstual). apalagi malaysia adalah negara islam yang sangat memegang teguh aturan-aturan islam dengan tekstual.

ibunda manohara hanya ingin dipertemukan dengan anaknya, dan dia tidak menuntut apa-apa dari keluarga besan kecuali hanya dianggap sebagai manusia dengan dilibatkan pemantauan terhadap anak tercintanya. ternyata, pihak besan mungkin berbeda persepsi dengan keluarga manohara. selain karena birokrasi kerajaan yang pastinya sangat protokoler, indonesia dan malaysia adalah negara yang berbeda tentunya dengan aturan-aturan yang berbeda pula.

meskipun menurut saya pribadi, persoalan sesungguhnya adalah adanya anggapan dari keluarga kerajaan dan suami manohara, bahwa perempuan setelah menikah menjadi hak suami dan keluarga dari pihak suami. ditambah dengan sistem aturan kerajaan yang pastinya sangat ketat dan cenderung menempatkan orang pada posisi yang lebih tinggi dari masyarakat umum.

saya tidak menyalahkan aturan kerajaan, meskipun saya juga tidak sepakat dengan aturan-aturan yang cenderung mendiskriminasi perempuan dalam kancah sosio masyarakat. yang menjadi salah adalah, kenapa ibunda manohara tidak menyelidiki dulu bagaimana kondisi dan resiko-resiko apa yang akan diterima anaknya, jika menikah dengan keluarga kerajaan yang memegang aturan-aturan islam...???

kalau sudah seperti ini, mau tidak mau kan harus melibatkan dua negara, yang sangat ditakutkan jika berimbas pada hubungan diplomatik dan ekonomi kedua negara tersebut. bukan tidak peduli dengan nasib wni yang memang sedang dalam masalah, tetapi saya pikir pihak keluarga manohara juga harus bijaksana dan tidak bisa juga egois memaksa pemerintah untuk terlibat. kecuali manohara terbukti secara riil telah diperlakukan secara sadis dan psikis. sekali lagi bukan menunggu hingga terluka atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi sepertinya kita semua harus melihat akar masalahnya secara detail dan hati-hati.

apapun alasannya, saya adalah orang yang tidak pernah sepakat dengan penindasan terhadap kaum perempuan, apalagi atas nama agama yang mengatakan bahwa: perempuan itu haknya suami, sehingga ketika perempuan telah menikah, dia harus selalu patuh dan tunduk kepada suaminya.

bagi saya tidak demikian, suami dan istri adalah patner yang harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. suami harus mengerti istrinya, dan istri juga harus mengerti suaminya. suami tidak punya hak mengekang istrinya dalah hal apapun, istri juga demikian. sehingga rumah tangga dalah hayalan saya adalah rumah tangga yang antara istri dan suaminya tidak saling menyalahkan dan tidak saling mengklaim posisi berdasarkan jenis kelaminnya.

pekerjaan domestik adalah pekerjaan yang bisa dikerjakan bersama-sama, mengurus anak juga bisa dikerjakan bersama-sama, sehingga mencari nafkahpun bisa dilakukan keduanya. karena pelarangan kerja dari suami ke istri akan berdampak tidak bagus untuk psikologis sang istri yang merasa bahwa pendidikannya tidak dihargai lagi.

sehingga bagi saya, kita tidak perlu kaget ketika melihat seorang suami tengah mencuci baju istri dan anak-anaknya, atau melihat seorang suami sedang memasak untuk keluarga tercintanya. karena bagi saya, mengerjakan pekerjaan domestik bagi laki-laki atau suami bukan perbuatan dosa dan bukan perbuatan keji dan mungkar.

dalam kasus manohara, ibunda manohara harus menyadari terlebih dahulu, bahwa dirinya juga turut melakukan kesalahan karena telah menikahkan anaknya yang masih sangat belia. pihak kerajaan juga salah karena tidak menanggapi pertanyaan dari ibunda manohara, padahal bagaimanapun ibundanya punya hak untuk mengerti keadaan anak kandungnya.

semoga manohara tidak apa-apa, dan semoga manohara tidak diperlakukan seperti putri-putri kerajaan arab saudi yang meskipun memiliki harta melimpah, mereka merasa sangat terkungkung dan terpasung oleh dunia laki-laki. seperti yang diceritakan oleh sultana dalam ketiga bukunya, dia mengisahkan tentang nasib-nasib perempuan saudi yang sama sekali tidak dihargai layaknya manusia. perempuan saudi hidup dalam ketiak laki-laki, bahkan perempuan saudi seolah-olah tidak mempunyai hak sama sekali untuk menentukan nasibnya.

sangat menyedihkan dan memprihatinkan, apalagi jika pembenaran itu atas nama salah satu agama, agama yang dianggap suci oleh para pemeluknya.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog