Sunday, January 20, 2013

Cerita Masa Kecil....


Cerita I
Waktu saya kecil, saya suka sekali dengan bau minyak tanah.
Saking sukanya dengan bau minyak tanah, saya suka ke dapur hanya buat nyelupin kedua tangan saya ke wadah yang ada minyak tanahnya dan kemudian diciumin.
Setelah tangan saya kering, saya masukkan lagi tangan saya ke wadah yang ada minyak tanahnya kemudian saya ciumin lagi tangan saya hingga tangan saya kering.
Hal itu akan saya ulang sampai ibu atau nenek saya menemukan saya dan memarahi saya karena melakukan hal yang menurut mereka konyol.

Tidak hanya di rumah, saya suka kabur main ke rumah pakde saya yang kebetulan punya warung kelontong.
Nah di warung pakde saya ada drum besar yang isinya minyak tanah, namanya juga jualan.
Nah disitu saya lebih puas lagi, karena tangan saya bisa berendam di drum yang berisi minyak tanah.
Artinya saya bisa lebih lama lagi menciumi tangan saya yang berlumuran minyak tanah.
Hohoho, baunya menurut saya kala itu sangat nikmat sekali.
Nikmat yang tiada taranya.

Cerita II
Waktu kecil, saya suka sekali memanjat pohon.
Dari pohon jambu biji, pohon jambu air, dan pohon mangga.
Semua pohon yang ada buahnya pasti bisa saya panjat.
Yang sering banget saya panjat yaitu pohon jambu biji dan jambu air.
Kalau sudah di atas pohon, saya bisa berjam-jam.
Kegiatan saya di atas makan jambu-jambu dan sambil bengong kadang tiduran.
Sampai kadang ibu atau nenek saya suka nyariin saya tapi tidak ketemu.
Wakakakak.

Suatu ketika pulang sekolah MI saya buru-buru naik pohon jambu air.
Dan saya nongkrong lama disitu untuk makan jambu di atas.
Setelah lama nongkrong di atas dan kenyang saya bermaksud turun segera karena dipanggil sama nenek.
Saya kaget kalau ternyata di batang dimana untuk lewat saya turun, banyak ulat bulu.
Saya tidak tahu ulat itu datang dari mana, yang pasti jumlahnya lumayan banyak.
Meski saya suka manjat pohon, tapi sebenarnya saya takut akan ulat-ulatan.
Akhirnya saya teriak-teriak minta tolong sambil nangis.
Eh nenek saya bilang gini; "syukurin kamu, hahaha".
Kesel banget saya sama nenek saya, bukannya ditolong malah di syukurin.


Cerita III
Ketika kecil saya juga suka main sama anak-anak cowok.
Hampir semua teman dekat saya cowok.
Kita main sepeda-sepedaan, main masak-masakan, dan main rumah-rumahan pakai kain punya nenek.
Kita seru-seruan bareng dan juga bertengkar bareng.
Mereka tidak memperlakukan saya dengan beda.
Kita melakukan aktivitas bareng-bareng meskipun secara culture cewek beda sama cowok.
Tapi teman-teman saya ini melihat saya sebagai cewek yang berbeda.
Makanya mereka menghormati kapasitas saya sebagai cewek yang perkasa.
Hehehehe.

Suatu ketika saya dan teman-teman cowok saya memutuskan main ke laut.
Jarak dari rumah kami ke laut kurang lebih 8 kilo meter.
Jumalh kami kurang lebih ada 10 orang anak-anak kecil.
Sepeda hanya ada satu alhamdulillah ada boncengannya.
Sehingga kami membagi rata menjadi lima pasangan, satu pasangan dua orang.
Sepeda itu kami naikin secara bergantian.
Hingga kami tiba di laut, karena teman-teman saya menganggap saya sama dengan mereka, saya juga dapat giliran untuk membonceng teman cowok saya.
Artinya teman-teman cowok saya tidak ada yang memanjakan saya.
Malahan seingat saya, sayalah yang paling galak dan sok berkuasa di kelompok itu.

Cerita IV
Eh saya bingung dech, kok waktu kecil saya banyak kutu ya?
Hahahaha.
Jadi karena banyak kutu, saya suka dipetani sama nenek kadang ibu saya.
Atau kalau kakek saya gemes, sehabis keramas rambut saya di uyek-uyek sama kain putih supaya kutunya kelihatan.
Parah dech pokoknya.
Dan bukan cuma saya yang kutuan, sepertinya hampir semua teman kecil saya berkutu dech.
Saya juga tidak tahu kenapa bisa begitu, apa karena shampoo jaman itu belum ada ya?
Sehingga kutu merasa enjoy dan senang di rambut kami.

Cerita V
Saat kecil saya suka main ke hutan sama anak-anak dan kadang ikut ibu saya.
Ibu saya suka mencari kayu bakar ke hutan untuk dijual.
Maklum ibu saya orang tidak punya, bapak saya sudah meninggal dari saya umur 7 tahun.
Jadi beliau biasa mandiri untuk menghidupi saya dan almarhum adek saya.
Nah saat di hutan, saya suka ngambil coklat sama teman-teman saya.
Sebenarnya sih tidak ijin, karena kita langsung ambil tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Hanya coklat itu kan punya pemerintah, makanya kami menganggap bahwa kami tengah mengambil buah coklat punya pemerintah.

Tidak hanya buah coklat, saya dan teman-teman juga suka makan tebu di ladang tebu.
Ladang tebu itu punya salah satu warga kampung saya.
Kami langsung memakan tebunya disitu sampai kenyang dan haus kami hilang.
Kadang kalau ketauan mandornya kami dikejar-kejar sampai kami ngos-ngosan lari.
Hehehehe.
Tapi kami tidak pernah kapok untuk mengulanginya lagi.
Benar-benar ketagihan makan tebu di ladang tebunya sekalian.
Rasanya begitu nikmat dan luar biasa lezat.

Cerita VI
Waktu itu ibu saya kan janda, dan ibu saya hanya sebagai buruh tani.
Saya punya adek cowok satu.
Nah karena penghasilan ibu saya sangat pas-pasan, saya sering makan tapi tidak pakai lauk.
Kadang makan pakai air garam.
Kadang makan pakai gorengan satu dibagi berdua sama adek saya.
Kadang makan pakai sambal kecap dicabein.
Hahahaha, ngenes banget ya?
Tapi tidak mengapa, saya bahagia dan saya bangga dengan ibu saya.

Saya sering melihat ibu saya menangis sendirian di kamar.
Mungkin dia sedih melihat dua anaknya tanpa bapak.
Atau mungkin dia takut melihat masa depan kami berdua?
Tapi saya dan adek saya sayang banget sama ibu saya.
Makanya kami mencoba menerima keadaan dengan ikhlas.
Meski kadang kami iri dengan teman-teman kami yang jauh lebih sejahtera.
Tidak jarang juga kami tidak diberi uang saku untuk sekolah.
Parahnya lagi pagi kami kadang tidak sarapan.
Tapi tidak apa-apa, bisa sekolah saja sudah membanggakan buat saya dan adek saya.
I Love You Mother.
Continue Reading...

Monday, January 14, 2013

Sebuah Kisah Dari Hujan...

Hujan I
Saya sebenarnya tidak begitu takut dengan air hujan, karena sewaktu kecil saya suka mandi air hujan sama teman-teman masa kecil saya.
Tetapi kala itu saya bersama adek saya almarhum sedang jalan keliling daerah Batang untuk masang baliho dan spanduk photo saya.
Saya berangkat pagi buta menggunakan motor, berharap bisa menjelajahi daerah Batang.
Saya berangkat dari rumah empat orang dengan dua motor.
Di tengah jalan tiba-tiba hujan turun begitu lebatnya, dan kami akhirnya berteduh.
Karena hujan cukup lama dan tidak kunjung reda, akhirnya kami berempat hujan-hujanan sambil memasang beberapa spanduk dan baliho.
Kami berempat basah kuyup karena air hujan, dan kami tetap menikmatinya.
Awalnya sih sangat seru, dan kami tetap melanjutkan pekerjaan kami, berharap bisa tuntas hari itu juga.
Hujan berlangsung cukup lama, hingga pukul 13.00 hujan masih saja mengguyur dengan santainya.
Karena lapar, saya mengajak ketiga saudara saya untuk mampir di warung sate.
Kami makan siang sambil kedinginan, tetapi kami masih mencoba menikmatinya tanpa ada yang mengeluh.
Selesai makan kami melanjutkan pekerjaan kami yang masih tersisa, kami memutuskan menjamak sholat dzuhur kami karena keadaan yang tidak memungkinkan.
Pukul 16.00 alhamdulillah hujan mulai agak reda, tinggal tersisa gerimisnya saja.
Badan kami benar-benar nyilu oleh guyuran air hujan, baju luar dan dalam kami sudah basah kuyup.
Kamipun menggigil karena kedinginan.
Sejak kejadian itulah, saya tiba-tiba menjadi trauma dengan air, entah air hujan maupun air biasa.
Setiap kali terkena air dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama, saya tiba-tiba menggigil yang berlebihan dan ingin segera lari dari air itu.

Hujan II
Malam kamis kala itu, saya diantar oleh adek saya almarhum ke pangkalan bus Sinar Jaya.
Malam itu saya bermaksud pulang ke Jakarta.
Tiba-tiba di tengah jalan turun hujan agak lebat, akhirnya adek saya meminggirkan motornya untuk berteduh.
Setelah hujan agak reda, kamipun melanjutkan perjalanan kembali.
Baru jalan kurang lebih lima menit, tiba-tiba hujan turun lagi tapi kali ini hanya gerimis dan tidak begitu lebat.
Karena takut ketinggalan bus, kami tetap melanjutkan perjalanan.
Ternyata di depan keadaan tidak hujan sama sekali, kamipun agak lega karena tidak jadi basah kuyup.
Tiba-tiba selang lima menit kami jalan lagi, hujan turun lagi dan tidak begitu lebat.
Kejadian itu berulang-ulang hingga kami sampai di tujuan.
Almarhum adek saya sempat bingung dengan keadaan tersebut, keadaan dimana hujan turun tapi berselang-seling.
Tapi kita yakin bahwa itu adalah tanda kebesaran Allah SWT.
Hari jumatnya adek saya yang mengantar saya meninggal kecelakaan motor habis sholat jumat.

Hujan III
Waktu itu saya masih berusia 5 tahun, hari itu hujan turun begitu derasnya.
Kebetulan hari itu kakak sepupu saya namanya Tanti sedang main ke rumah.
Karena sudah sore Tanti minta dianterin pulang ke rumah pakai payung.
Dia tidak berani pulang sendirian karena banyak petir.
Akhirnya saya mengantar kakak sepupu saya tersebut sampai rumahnya.
Setiba di rumahnya hujan masih deras, dan karena takut pulang sendiri saya gantian minta diantar pulang sama Tanti.
Akhirnya Tanti mengantar saya pulang pakai payung yang saya bawa dari rumah.
Sesampai di rumah Tanti kembali minta diantar saya pulang, karena dia tidak berani pulang sendiri.
Akhirnya sayapun kembali mengantar Tanti pulang ke rumahnya.
Tiba di rumahnya Tanti untung ada ibunya Tanti, yaitu budhe saya.
Budhe saya sadar bahwa dari tadi kami saling antar satu sama lain.
Akhirnya saya pulang diantar sama budhe saya.
Hahaha.

Hujan IV
Ketika kecil saya sangat suka dengan hujan, karena saat hujan saya bisa mandi air hujan di lapangan sama teman-teman kecil saya.
Orang tua kami di kampung sangat santai dan tidak pernah melarang anak-anaknya main air hujan.
Kami mandi air hujan sambil main perahu kertas yang kami lombakan di got yang airnya penuh.
Kami juga main guling-gulingan di lapangan hingga baju kami basah dan kotor semua.
Setelah puas main air hujan, kamipun pulang ke rumah masing-masing.
Kala itu saya ingat sekali bahwa teman-teman kecil saya rata-rata laki-laki.
Dan kebetulan kanan kiri saya kebanyakan anak laki-laki dari pada anak perempuannya.
Setiba di rumah keadaan lebih menyenangkan karena nenek saya membuatkan saya teh manis panas dan pisang goreng.
Kalau tidak ada pisang goreng, nenek saya suka menggorengkan saya singkong, atau merebuskan ubi.
Kami minum teh panas dan makan gorengan bersama-sama sambil duduk di depan rumah.
Sambil melihat halaman rumah yang digenangi oleh air hujan.
Subhanallah indah sekali keadaan kala itu, ingin rasanya kembali ke masa lalu.
Kondisi ketika kecil, dimana tidak banyak beban dan masalah yang menyelimuti.
Tapi semua sangat tidak mungkin, toh hidup ini terus berjalan.
Dan tidak ada hidup yang jalannya mundur ke belakang.
Continue Reading...

Wednesday, January 09, 2013

Subhanallah...

Hari ini saya pertama kali masuk ngajar, karena hari senin kemaren saya tidak ada jam ngajar.
Hari ini saya harus membayar hutang ke teman saya guru sejumlah 600.000.
Setelah saya membayar hutang, sisa uang di dompet saya tinggal 25.000.
Setelah dari ngajar saya musti ke Mahkamah Konstitusi untuk ikut seminar tentang Toleransi Beragama di Indonesia.
Pukul 13.00 WIB saya tiba di gedung MK dan segera masuk ke Aula lantai dasar.
Karena sepatu dan baju sedikit kotor, saya putuskan untuk ke toilet terlebih dahulu untuk membersihkannya.
Lepas dari toilet saya langsung masuk ke Aula.
Dan disitu saya ketemu dengan sahabat saya aktivis perempuan sebut namanya Lini.

Lini; hai kawan.
Saya; hai sayang, sombong kau?
Lini; saya gak pernah sombong ma kamu cinta.
Saya; gimana gak sombong, di kontak susah banget.
Lini; haha, sorry cinta saya sedang banyak kerjaan.
Saya; tau dech yang lagi banyak proyek, bagi-bagilah.
Lini; hahaha, gampang.

Kurang lebih saya menikmati seminar hingga pukul 15.30 WIB.
Bosen dan ngantuk karena jawaban dari pembicara sangat normatif dan sudah biasa.
Yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah praktiknya bukan sekedar teori belaka.
Tapi ada satu peserta yang menarik perhatian saya, dia kebetulan Gay, dia menceritakan diskriminasi yang dialaminya.
Bla bla bla, bahwa aparat sering tidak memihak kepada kaum Gay.
Bukan hanya aparat, masyarakatpun masih mengklaim kaum gay dengan mengatasnamakan agama.

Saya memutuskan untuk pulang dan mengambil motor di parkiran.
Gerimis tak di undang mengiringi langkahku menuju parkiran, hehehe.
Parkiran penuh total sehingga susah mengeluarkan motor saya.
Alhamdulillah dibantu sama abang parkir, dan saya memberikan uang 3.000 untuk si abang.
Kasihan sudah sangat susah usahanya mengeluarkan motor saya.
Jadi sisa uang saya tinggal 22.000

Saya jalan sambil hujan-hujanan.
Tiba di daerah Seskoal saya berhenti di warteg langganan saya.
Saya berhenti sekedar untuk makan sayur-sayuran dan es teh tawar.
Yah sambil makan kerupuk tidak masalah kali ya?
Hahaha, takut banget gemuk saya.
Selesai makan saya membayar sebanyak 9.000, sehingga sisa uang saya adalah 13.000.
Dari warteg saya beli bensin eceran seharga 6.000, sisa uang saya sekarang 7.000.

Agak panik juga megang uang segitu sementara perjalanan saya masih sangat jauh.
Jakarta menuju Parung paling tidak membutuhkan waktu sekitar dua jam jika santai.
Tapi bismillah, yang penting masih ada 7.000 untuk jaga-jaga ban bocor.
Eh tiba-tiba sampai Ulujami rantai motor saya lepas, untuk ada anak muda cowok yang membantu.
Setelah itu saya ke bengkel untuk mengencangkan gir dan rantai motor saya.
Ternyata saya harus membayar 5.000, sisa uang saya adalah 2.000.
Ditambah lacher motor pecah, kata abang bengkelnya bahaya jika lacher tidak diganti.

Akhirnya saya sms teman saya bermaksud pinjam uang 100.000.
Eh dia bilang sedang tidak punya uang karena habis pulang kampung.
Lha mau diapain lagi coba, wong teman saya tidak pernah bohong.
Akhirnya saya tidak ganti lacher dan memutuskan untuk langsung pulang ke Parung.
Hanya dengan modal uang 2.000 dan modal bismillah.

Tidak berani jalan kencang takut rantai putus.
Sedih lagi setelah lihat bensin minim banget dan jarum sudah di posisi merah.
Tapi saya tetap berusaha untuk berbaik sangka dengan semuanya.
Saya masih yakin bahwa Tuhan tidak pernah tidur.
Dan saya masih yakin bahwa akan ada banyak jalan menuju roma.

Setelah dua jam jalan, akhirnya saya tiba di rumah.
Alhamdulillah rantai tidak putus, ban juga tidak bocor, dan bensin subhanallah masih cukup dan motor tidak mogok.
Maha suci Allah dengan segala keagungannya.
Maka bersyukurlah wahai manusia dengan syukur yang sungguh-sungguh.
Karena Allah juga sungguh-sungguh dalam menciptakan kita ke dunia ini.

Semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang beriman dan banyak melakukan kebaikan.
Amien ya Allah.
Continue Reading...

Monday, January 07, 2013

Dongkol Banget....


Sore itu saya mengajar di kampus Tangerang, agak suntuk dan kesal karena sepanjang jalan hujan turun begitu derasnya. Gimana tidak kesal rok saya basah kuyup terkena air hujan, saya sesungguhnya sudah memakai mantel, tetapi derasnya hujan menembus mantel bagian bawahnya. Sebenarnya agak risih juga karena kondisi mengajar di ruang ber ac, saya pasti akan merasakan kedinginan yang luar biasa. Tapi mau gimana lagi, masa saya harus pakai mukena untuk mengajar? Hahaha.
Selesai mengajar kurang lebih pukul 17.00 WIB saya masuk ke ruang dosen, saya sengaja tidak pulang karena sesungguhnya malam itu janjian nonton dengan mahasiswa saya di CBD. Tiba-tiba ada dosen laki-laki yang wajahnya baru saya lihat, dosen itu masih lumayan muda tapi sepertinya dosen baru/mungkin dosen pengganti. Beginilah percakapan saya dan dia:
Dosen; ibu sudah berapa lama disini?
Saya; hah, iya pak?
Dosen; sudah lama disini bu?
Saya; sudah lima tahun.
Dosen; lama juga ya bu, wah hebat.
Saya; biasa saja pak.
Dosen; kuliahnya dimana?
Saya; kuliah apa?
Dosen; maksudnya dulu kuliah dimana?
Saya; di unnes, uhamka dan unj.
Dosen; lagi ambil program doktor?
Saya; iya bener banget.
Dosen; wah keren ya masih muda sudah mau doktor.
Saya; ah biasa saja pak.
Dosen; menurut saya keren dan hebat, apalagi ibu perempuan.
Saya; memang kenapa dengan perempuan?
Dosen; jarang perempuan yang bisa kuliah sampai tinggi.
Saya; ah menurut saya sudah banyak pak.

Saya sebenarnya agak dongkol karena saya merasa tidak kenal dengan dosen baru tersebut. Dan posisi saya sedang ada urusan dengan sms/telphon di hp saya. Tapi itu orang cuek banget dan merasa sok akrab, bahkan dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang sedang saya lakukan. Kesel banget rasanya, ditambah saya tipikal orang yang suka gk suka ma orang yang ribet dan tanpa basa-basi. Gimana gk ribet, kenal saja tidak tapi langsung nyerocos bla bla bla tidak berhenti. Bahkan sama sekali tidak memberi kesempatan kepada saya untuk membalas sms dan mengangkat telephon.

Dosen; tinggal dimana bu?
Saya; di parung bogor.
Dosen; kenapa tidak di jakarta saja?
Saya; wong rumah saya di parung kok disuruh tinggal di jakarta.
Dosen; owh rumah sendiri?
Saya; memangnya kenapa ya pak?
Dosen; hebat ya.
Saya; biasa saja pak.
Dosen; maenlah ke daerah saya di ciganjur.
Saya; insya allah pak.
Dosen; saya tunggu ya bu.
Saya; gak janji ya pak maaf.
Dosen; di tempat saya suka ada diskusi agama, tapi laki-laki semua yang datang.
Saya; owh.
Dosen; semoga sih ibu tidak masalah jika ketemu banyak laki-laki.

Sumpah pusing banget saya sama dosen tersebut, hati saya ngomel-ngomel tidak karuan. Rasanya pengen segera cabut dari ruangan itu supaya tidak mendengarkan ocehannya. Wajah saya sudah sangat tidak respek sama dia, bahkan saya sudah malas menjawab pertanyaan panjang dan bertubi-tubi dari dia. Mustinya saya tidak begitu, karena bagaimanapun kan dia adalah patner saya di kantor. Tapi pelajarannya adalah mohon agar siapapun orangnya, ketika baru pertama kali kenal orang mohon untuk tidak langsung banyak bertanya dan mohon lihat kondisi orang yang sedang diajak bicara. Siapa tahu orang yang diajak bicara tersebut sedang suntuk atau sedang mempunyai banyak hal yang musti segera diselesaikan.
Saya; saya mah laki-laki dengan perempuan sama saja, kan keduanya punya hak untuk mencari ilmu.
Dosen; bagus dech kalau begitu.
Saya; sip.
Dosen; dengan senang hati jika ibu mau datang.
Saya; J.
Dosen; ibu sepertinya sangat mandiri orangnya.
Saya; makasih ya bapak, oya mohon maaf bapak saya pamit duluan.
Dosen; owh mau pulang to bu?
Saya; yupz.
Tanpa babibu saya langsung cabut buru-buru dan berniat langsung pulang ke rumah karena tidak jadi menonton di CBD. Pulang dalam keadaan hati dongkol, meski agak merasa bersalah sih karena sudah sinis dan ketus sama orang lain. Mustinya sekesal apapun sama orang, kita tetap harus berbuat baik dan cinta kasih sama orang lain. Hingga selang perjalanan kurang lebih sepuluh menit tiba-tiba ban motor saya bocor, ban yang bagian belakang. Dan saya kaget karena jumlah motor yang bocor kurang lebih ada tujuh motor. Waduh kok bisa bersamaan ya bocornya? Jadi berburuk sangka lagi sama orang lain, jangan-jangan ada yang menebar paku di jalanan raya.
Masya Allah, tidak boleh berburuk sangka sama orang lain, karena saya yakin ban belakang motor saya yang bocor ini akibat sikap saya di kampus sama dosen baru tersebut. Saya yakin bahwa Allah selalu langsung menegur saya jika saya melakukan kesalahan. Karena tidak ingin berburuk sangka akhirnya saya berpikir bahwa memang ban motor belakang saya harus bocor, dan ternyata benar bocor bukan karena paku tetapi bocor alami. So untuk teman-teman semuanya agar selalu berbaik sangka sama siapapun dan dalam keadaan apapun. Karena yakinlah bahwa Allah itu tidak pernah tidur dan selalu mengamati semua tindak-tanduk hamba-hambanya.

Continue Reading...

Sunday, January 06, 2013

Romantika Anak Remaja...

Ada sebuah cerita, sebut saja Beny punya cewek namanya Sindy, mereka pacaran sudah lumayan lama.
Kedua orang tua mereka sudah oke dengan hubungan mereka berdua.
Artinya mereka berdua sudah mendapat lampu hijau untuk segera menikah.
Tiba-tiba, Sindy tertarik dengan cowok lain sebut namanya Dony.
Sindy dan Dony saling berkomunikasi dan akhirnya mereka berdua jalan.
Setelah dua bulan mereka jalan, akhirnya Sindy dan Dony memutuskan untuk pacaran.
Padahal Sindy telah mempunyai calon suami yang bernama Beny.

Hingga akhirnya Beny tahu bahwa Sindy telah selingkuh darinya.
Karena Beny cowok baik dan tidak mau ribet, dia meninggalkan Sindy dengan ikhlas.
Berharap Sindy bisa bahagia dengan Dony.
Meski patah hati dan kecewa, Beny tetap berusaha berbaik sangka sama semuanya.
Beny yakin bahwa Allah punya rencana yang indah kelak untuk hidupnya.

Sindy akhirnya pacaran dengan Dony.
Awalnya mereka bahagia dan berjanji untuk saling setia selamanya.
Hari-hari mereka lalui secara bersama-sama.
Suka dan duka jua dijalaninya berdua tanpa mengeluh.
Hingga suatu ketika Dony kenal dengan cewek sebut namanya Riny.
Riny ternyata jauh lebih menarik dari Sindy.
Dan gayung bersambut, karena Riny ternyata juga suka dengan Dony.

Dony mulai mengajak Riny jalan.
Dan selang beberapa waktu kemudian Dony jadian dengan Riny.
Tentu tanpa sepengetahuan Sindy.
Tetapi seperti biasa, akhirnya Sindy tahu bahwa cowoknya selingkuh.
Mengingat bahwa dia pernah melukai hati cowok sebelumnya Sindy memutuskan melepas Dony dengan ikhlas.
Dony akhirnya pacaran dan jalan dengan Riny.
Sejak itu Sindy memutuskan tidak lagi berkomunikasi dengan Dony dan Riny.
Kebetulan Sindy kenal juga dengan Riny.
Sakit hati banget sih, tapi Sindy sadar bahwa itu adalah balasan dari Allah atas kesalahannya.

Sindy berada dalam kesendirian.
Dia mencoba merefleksi hidupnya agar bisa lebih baik lagi.
Dia selalau mencoba dan mencoba untuk mencapai sukses dalam hidupnya.
Dia tidak begitu fokus untuk urusan cowok.
Yang penting buat Sindy saat ini adalah karirnya.
Hingga suatu ketika Sindy bertemu dengan cowok yang bernama Jajang.

Jajang terlihat aktif melakukan pendekatan kepada Sindy.
Sindy awalnya cuek dan tidak begitu respon.
Karena dia masih takut dengan beberapa hal kurang baik yang dialaminya berkenaan dengan cinta.
Tetapi hati Sindy luluh juga dengan Jajang.
Dan akhirnya Sindy memutuskan untuk jalan dengan Jajang.
Sindy belum mau membuat komitmen dengan Jajang.
Sindy hanya mau berteman dekat dulu.

Jajang begitu perhatian dan sayang dengan Sindy.
Apapun yang diinginkan Sindy dipenuhi oleh Jajang.
Jajangpun seolah selalu ada waktu buat Sindy.
Hingaa Sindy merasa sangat tidak enak sama Jajang.
Karena tidak enak dan merasa berhutang budi, Sindy akhirnya menerima Jajang sebagai pacarnya.
Sindy berbaik sangka dengan Jajang.
Dan yakin bahwa Jajang bukan cowok jahat.
Mereka berdua bahagia dan pacaran sungguh-sungguh.

Hingga suatu saat ada telephon ke Sindy dari seorang cewek sebut namanya Neni.
Neni mengaku sebagai pacarnya Jajang.
Neni mohon-mohon ke Sindy supaya melepaskan Jajang.
Karena Neni tidak bisa hidup tanpa Jajang.
Jajang adalah bagian hidup Neni.
Sindy kaget dan tidak percaya dengan semuanya.
Hingga akhirnya Sindy menemui Jajang.
Dan akhirnya Jajang mengakui bahwa dirinya memang mempunyai cewek yang bernama Neni.
Tapi Jajang memilih Sindy meski Sindy cewek yang keduanya.

Sindy teringat dengan kejadian sebelumnya yang selalu berulang.
Jika Sindy menerima Jajang dan membiarkan Neni terluka, Sindy yakin kedepan kejadian itu akan terulang lagi.
Karena Sindy yakin bahwa hidup ini tidak terlepas dari hukum alam.
Atau istilah agamanya Allah tidak pernah tidur dan pasti membela hambanya yang teraniaya.
Akhirnya Sindy memutuskan untuk tidak menerima Jajang dan menyuruh Jajang kembali kepada Neni.
Tetapi Jajang tidak mau dan tetap ngotot ingin bersama Sindy.

Hikmahnya :
Sindy menyakiti Beny.
Sindy dapat Dony.
Dony menyakiti Sindy.
Sindy dapat Jajang.
Sindy menyakiti Neni.

Teman-teman yang budiman, hidup ini hanya satu kali lho ya.
Mending kita gunakan untuk berbuat baik dari pada kita gunakan untuk menyakiti orang lain.
Yakin bahwa hukuman di dunia itu ada juga lho ya.
Mungkin istilah teman-teman adalah karma.
So, jadilah orang baik yang selalau berbuat baik dimanapun.
Jadilah orang baik yang selalu berbaik sangka dengan apapun.
Dan jadilah cowok dan cewek baik yang mengartikan cinta dengan 'nilai' bukan hanya nafsu.
Karena sesungguhnya cinta itu berhubungan dengan rasa, dan rasa itu sangat lembut.
Jika sedikit saja tergores maka lukanya akan lama sembuhnya.

Saya yakin teman-teman sepakat bahwa kita saja tidak suka disakiti dan dimainin.
Jadi orang lainpun pasti tidak suka jika kita sakitin dan mainin.
Apalagi yang kita sakiti adalah manusia, sedangkan kita tahu bahwa manusia itu punya hati dan pikiran.
Bayangkan yang sedang kita sakiti adalah adek kandung kita atau saudara kita.
Pasti kita menjadi orang pertama yang tidak terima dan marah-marah.
So, meski usia masih muda/remaja, tidak ada salahnya mulai belajar untuk SETIA.
Mulai belajar untuk JUJUR.
Mulai belajar untuk BERTANGGUNG JAWAB atas apa saja yang kita lakukan.

Selamat mencoba menjadi manusia BAIK.
Yakinlah bahwa BAIK itu CANTIK.
Dan semua manusia menyukai yang CANTIK.
Karena yang CANTIK itu MENARIK.
Continue Reading...

Thursday, January 03, 2013

Cinta Kok Ribet To...

Semua orang merasa paham tentang cinta.
Dan semua orang merasa ngerti arti cinta.
Semua orang merasa begitu karena rata-rata orang mengalami yang namanya mencintai dan dicintai.
Tentu indah rasanya bisa mencintai dan dicintai.
Karena tidak perlu munafik bahwa hidup ini butuh cinta dan kasih sayang.

Anak tidak akan tumbuh besar tanpa cinta kasih dari kedua orang tuanya.
Adek tidak bisa mandiri tanpa bantuan tulus dari kakak-kakaknya.
Murid akan cerdas dengan bantuan ikhlas dari para guru-guru.
Rakyat sejahtera karena cinta kasih dari pemimpinnya.
Manusia tidak akan eksis jika tidak ada Allah dalam hidupnya.

Cinta secara universal artinya mencintai dengan nilai dan untuk komunitas luas.
Sedangkan cinta secara subjektif yaitu mencintai antar lawan jenis.
Tentu lebih menarik bicara cinta subjektif ketimbang cinta yang universal.
Karena cinta subjektif mengkaji dan membahas cinta secara detail dan rinci.

Cerita Cinta I
Saya mempunyai teman deket sebut namanya Ety.
Dia mencintai seorang cowok sebut saja Hardi dari mereka sama-sama SMA.
Saya tahu cerita mereka setelah mereka sama-sama lulus kuliah.
Kala itu rata-rata usia cinta Ety yaitu tujuh tahun.
Saking terharunya saya mencoba membantu Ety supaya cintanya kesampaian.
Karena ternyata Hardi sama sekali tidak tahu tentang perasaan sahabatnya tersebut.
Saya mencoba membuat beberapa acara untuk mereka berdua, dan saya melakukan banyak hal untuk mereka berdua.
Kurang lebih setengah tahun saya berusaha dengan segenap daya untuk menyatukan mereka.
Dan setengah tahun itu tidak membuahkan hasil positif.
Sampai akhirnya Hardi memberitahu saya bahwa satu bulan lagi dia akan menikah.
Dia menikah dengan perempuan lain yaitu teman kerjanya.
Dan dia minta maaf kepada saya karena tidak bisa bersatu dengan Ety.
Hardi bilang; bahwa Ety perempuan sangat baik dan dia hanya bisa menjadi teman Ety tidak lebih.

Saya menangis dan berfikir bagaimana caranya menyampaikan berita ini kepada sahabat sekaligus kakak angkat saya Ety.
Mau tidak mau, berani tidak berani Ety harus tahu berita ini.
Sampai akhirnya saya menemui Ety dan menceritakan semuanya.
Ety menangis dan kemudian pingsan.
Setelah sadar dari pingsannya dia bilang; subhanallah, Tuhan selalu punya rencana untuk hamba-hambanya.

Hingga saat ini, pernikahan Hardi sudah tiga tahun jalan.
Dan Ety masih mencintai Hardi dan tidak pernah membuka hatinya untuk laki-laki lain.
Ety merasa bahwa cintanya untuk Hardi begitu besar dan dia akan selalu menjaganya sampai kapanpun.
Tidak peduli bahwa Hardi telah menikah dan mempunyai anak.
Bagi Ety cinta tidak harus bersatu.
Melihat Hardi bahagia dengan perempuan lain sudah cukup buat Ety.
Karena cinta bagi Ety yaitu melihat orang yang dicintainya bahagia dengan pilihannya.
Meski dirinya harus menjadi korban.

Cerita Cinta II
Sebut saja Dijah seorang janda berusia 50 tahun.
Dijah sangat kaya raya dan ditinggal mati oleh suaminya.
Anaknya ada tiga orang dan ketiganya sudah besar.
Dijah tidak pernah menikah lagi dan memutuskan hidup sendiri.
Sampai akhirnya Dijah ketemu dengan laki-laki yaitu mahasiswa ayahnya sebut saja Ahmad.

Kebetulan ayahnya dosen di kampus Negeri dan mengajar program Pascasarjana.

Usia Ahmad kala itu adalah 27 tahun, selisih 23 tahun dari Dijah.
Tetapi karena sering main ke rumah ayah Dijah, maka Ahmadpun sering ketemu Dijah.
Dan dalam proses pertemuan tersebut Ahamd jatuh cinta kepada Dijah.
Dan cinta Ahmad tidak main-main.
Saking seriusnya Ahmad melamar Dijah lewat ayah Dijah.
Dan ayah Dijah mengijinkan Ahmad menikahi Dijah.

Ahmad tahu bahwa Dijah sudah tidak dapat hamil karena usianya sudah 50 tahun.
Tapi tidak masalah bagi Ahmad karena Dijah telah mempunyai tiga orang anak.
Bagi Ahmad meski ketia anak Dijah bukan anak kandungnya dia akan menganggapnya sebagai anak sendiri.
Karena cinta bagi Ahmad bukan pada fisik atau usia tetapi lebih pada substansinya.
Bagi Ahmad bisa mendapatkan Dijah adalah sesuatu yang berharga.
Sehingga Ahmad berjanji kepada ayah dan anak-anak Dijah bahwa dia akan selalu membahagiakan Dijah hingga Dijah meninggal dunia.
Hingga kini Ahmad telah berusia 35 tahun dan Dijah telah berusia 58 tahun.
Delapan tahun pernikahan tidak membuat mereka bosan.
Bahkan hubungan mereka semakin romantis dan akur.
Hingga teman-teman Ahmad dan Dijah sangat iri melihat keromantisan mereka berdua.

Kesimpulan
Ety subhanallah, tidak banyak orang seperti Ety.
Meski sayang, masyarakat pasti akan menganggap Ety goblok.
Menunggu sesuatu yang tidak jelas.

Ahmad juga luar biasa, dan tidak banyak laki-laki yang seperti Ahmad.
Kebanyakan laki-laki mencari perempuan yang lebih muda dan cantik.
Jarang laki-laki mau sama perempuan  yang lebih tua.

Apa sih yang orang tau tentang cinta?
Cinta itu di hati, cinta itu dirasakan, dan cinta itu dibuktikan.
So, tidak usah mengklain tentang cinta.
Biarkan masing-masing individu membumbui cintanya sendiri.
Biarkan masing-masing orang menentukan pilihannya tanpa klaim dan tanpa justifikasi.

Wong yang menjalani bukan kita kok, tapi kita yang repot.
Continue Reading...

Malam Tahun Baru...


Malam tahun baru kemaren mustinya saya mau ke Cilongok Banyumas dengan teman saya.
Di Cilongok kebetulan ada teman dekat (sudah seperti adek) yang siap mengajak saya tahun baru di curug Cipendak Banyumas.
Kata teman saya, curug Cipendak sangat luar biasa dan pasti pas untuk tahun baruan.
Betapa senangnya saya seandainya bisa tahun baru disana, pasti akan sangat berkesan dan menyenangkan.
Apalagi suasana disana masih sangat asri, damai, lembut, dan alami.
Tapi sayang, teman saya tersebut yang berjanji menemani saya membatalkan acara ke Cilongok karena alasan tidak mendapat ijin.
Dia tidak mendapat ijin dari kedua orang tuanya, alasannya terlalu jauh untuk sebuah liburan tahun baru.
Mau tidak mau sayapun membatalkan acara ke Cilongok, karena tidak mungkin saya datang seorang diri.

Karena cancel ke Banyumas, saya terlanjur tidak mempunyai acara lain untuk tahun baru.
Karena tidak mungkin juga membuat acara tapi dadakan, saya yakinlah teman-teman saya yang lain pasti sudah mempunyai acara masing-masing.
Dan tidak elok juga jika saya tiba-tiba bergabung tanpa ikut merencanakannya.
Akhirnya saya memutuskan untuk tahun baru di rumah sambil tidur dan selimutan.
Saya membayangkan merayakan tahun baru di alam mimpi.
Pasti seru dan menarik, karena jarang orang yang menghayalkan merayakan tahun baru di alam mimpinya.
Sebenarnya sih bisa merayakan tahun baru dengan tetangga atau ikut gabung di komplek Telaga Kahuripan.
Karena tetangga juga mengadakan acara bakar-bakar ayam, sedangkan di komplek Telaga Kahuripan sudah dapat dipastikan sangat ramai.
Tapi saya sudah sangat tidak berminat untuk bergabung ke acara apapun.
Tekat saya sudah bulat untuk merayakan tahun baru di alam mimpi.
Hahahaha.

Sempat sih sms beberapa teman dan di sms beberapa teman untuk gabung ke acara mereka.
Tapi hampir yang menawarkan untuk gabung tempatnya sangat jauh dari Parung.
Saya membayangkan naik motor dari Parung ke Jakarta sendirian, malam-malam, dan jalanan macet.
Sungguh tidak sanggup saya membayangkannya, pasti saya akan kelelahan dijalanan dan dipastikan akan bete habis.
Karena bayangan serem itulah saya bulat memutuskan untuk tahun baru di alam mimpi.
Kira-kira pukul 20.00 WIB saya mencoba sma teman saya anak sini, saya bilang jika dia akan ke depan (Telaga Kahuripan) boleh jemput saya.
Dalam hati sih semoga dia tidak datang dan saya akan melancarkan rencana saya untuk tidur lebih awal.

Kira-kira pukul 21.30 WIB saya mendengar bunyi motor berhenti tepat di depan rumah saya.
Saya pikir tamunya budhe sebelah rumah, makanya saya cuek dan tidak keluar.
Ternyata motor-motor itu adalah motor teman saya anak sini asli.
Mereka sengaja nyamper saya dan bermaksud mengajak saya bergabung ke komplek Telaga Kahuripan untuk merayakan tahun baru disana.
Dia bercerita bahwa di depan sangat ramai, banyak orang jualan, banyak orang-orang datang untuk merayakan tahun baru bersama-sama.
Dan tradisi itu sudah berlangsung dari tahun ketahun.
Tertarik juga mendengar penjelasan dari teman saya tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk siap-siap dan jalan dengan teman saya tersebut.
Kira-kira jam 22.00 WIB saya jalan dengan teman saya tersebut, kebetulan teman saya itu juga membawa teman-temannya.

Akhirnya saya nongkrong di Telaga Kahuripan bagian depan.
Subhanallah begitu sangat ramai, ramai orang jualan dan ramai orang-orang.
Meski kondisi dalam keadaan hujan gerimis, orang-orang tetap eksis disitu dan tidak bergerak dari tempat duduknya.
Sepertinya hujan bukan halangan berarti bagi mereka semua yang bermaksud merayakan tahun baru.
Tidak hanya motor yang memenuhi Telaga Kahuripan, tetapi juga ada sepeda dan mobil-mobil.
Saya memastikan bahwa yang datang kesitu tidak hanya yang dekat dari komplek tetapi ada banyak orang yang juga datang dari jauh.
Sebenarnya sih tidak ada acara khusus seperti panggung, tetapi seolah mereka bersepakat bahwa perayaan tahun baru tidak perlu acara.
Cukup kebersamaan diantara mereka menjadi bukti bahwa mereka bisa merayakan tahun baru secara bersama-sama.
Meski satu sama lain tidak harus saling kenal dan saling paham.

Saya mencoba mengamati yang ada di depan mata saya kala itu.
Banyaknya pedagang dengan berbagai jenis barang dagangan menarik perhatian saya.
Dalam hati saya sempat berfikir; subhanallah banget orang-orang ini bisa memanfaatkan peluang yang ada.
Selain itu saya juga mengamati orang-orang yang datang kesitu.
Ternyata sebagian besar adalah anak-anak muda (remaja) yang datang dengan pasangannya.
Benar-benar hampir sebagian besar adalah muda-mudi yang berpasangan.
Sedangkan sebagian kecilnya sepertinya adalah suami istri dan anak-anaknya.

Muda-mudi yang datang ke tempat itu terlihat begitu romantis dan sangat dekat.
Ada yang mojok di tempat yang gelap, ada yang duduk di motor berduaan, ada yang duduk berdua di tempat ramai.
Tetapi sebagian dari mereka berdua di tempat yang gelap dan duduk di motor berduaan.
Waduh, pusing saya melihat keadaan itu.
Bukan iri karena tidak membawa pasangan, tetapi lebih berfikir bahwa kondisi pergaulan/pacaran anak sekarang menurut saya sudah berlebihan.
Saya hampir tidak bisa membedakan mana yang suami istri dan mana yang pacaran, karena mereka sama-sama begitu dekat dan romantis.
Yang idealnya mustinya ada perbedaan antara suami istri dan orang yang hanya berstatus pacaran.

Kenyataan di lapangan, anak-anak pacaran lebih berani menampilkan keromantisan di depan publik dari pada suami istri.

Kalau suami istri saya yakin sudah risih untuk bermesraan di ruang publik.
Karena mereka bisa bermesraan di rumah mereka.
Sedangkan anak muda yang pacaran kenapa mereka bermesraan di luar, karena mereka tidak mungkin bermesraan di rumah.
Mereka pasti tidak berani dengan orang tuanya masing-masing.
Yah itu memang hak, tetapi kok sepertinya tidak pantas dilihat mata telanjang.
Susah memang bicara idealisme, sementara negara ini tidak punya alat untuk mengatur itu semua.
Tidak ada undang-undang yang mengatur tentang pacaran di muka publik.
Sehingga masing-masing orang seolah punya hak untuk berekspresi dalam berpacaran.

Jam 24.00 WIB telah tiba, riuh suara terompet, petasan, kembang api, dan knalpot motor begitu membahana.
Semua serentak meramaikan tahun baru bersama-sama.
Luar biasa heboh dan bising, sehingga telinga saya begitu pengap.
Keadaan itu berlangsung cukup lama kurang lebih lima belas menit.
Saya juga hampir muntah karena terkena asap-asap kembang api, petasan, dan knalpot.
Tapi alhamdulillah saya bisa bertahan disitu dengan keadaan yang demikian.
Di tengah-tengah suasana tersebut, saya melihat beberapa polisi bertugas mengatur laju motor dan mobil yang begitu padat.
Para polisi tersebut berseragam sangat rapi.
Subhanallah, salut buat polisi yang mau mendampingi warganya yang merayakan tahun baru di Telaga Kahuripan.

Kurang lebih jam 01.00 WIB saya tiba di rumah.
Niatnya sih mau ikut teman saya nongkrong dulu, tapi tidak tahu kenapa teman saya mengantarkan saya pulang ke rumah.
Mungkin dia kasihan melihat saya yang terlihat lemas karena pengaruh asap knalpot, petasan, dan kembang api.
Saya langsung cuci muka, sikat gigi, cuci tangan, dan cuci kaki dan siap-siap tidur selimutan.
Cerita berubah, tidak jadi merayakan tahun baru di alam mimpi.
Tetapi bermimpi telah merayakan tahun baru di Telaga Kahuripan.

Satu hal yang pasti; bahwa memang begitulan culture orang Indonesia.
Orang Indonesia lebih senang berhura-hura dan bersenang-senang dibandingkan mikir yang rumit-rumit.
Kalau dipikir-pikir tahun baru itu menghabiskan uang, tenaga, dan waktu.
Tapi orang tidak peduli dengan itu semua, yang orang-orang tahu bahwa tahun baru satu kali dalam setahun.
Jadi musti dirayakan dengan megah dan dengan kenangan yang berarti.
Koreksi buat kita bersama bahwa boleh berhura-hura, tetapi diri kita secara pribadi mustinya punya karya berarti untuk bangsa ini.
Terima kasih.
Continue Reading...
 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog