Tuesday, December 29, 2009

Mengendalikan Diri...

Dalam Keadaan Kepepet...

Pernah suatu ketika kita dalam keadaan mencari alamat yang sama sekali belum kita tahu letaknya, pasti kita akan mencoba mencari tahu dari orang-orang yang berada disekitar situ. Jika satu orang tidak tahu kita pasti akan mencari tahu pada orang lainnya lagi. Jika orang berikutnya tahu apalagi orang pertama yang kita tanya tahu kita pasti sangat bahagia dan berbunga-bunga, karena alamat yang kita cari akan segera ditemukan. Menjadi sedikit bermasalah ketika kita sudah bertanya kebanyak orang tapi orang-orang tersebut tidak ada yang tahu alamat yang kita maksud. Ditambah kondisi kita dalam keadaan kepanasan, kehausan, kelelahan, dan lain sebagainya. Pasti kita sangat sebal, pusing, ingin marah, dan tidak karuan. Nah disaat itulah kita perlu mengendalikan diri dengan sempurna, karena jika ego kita naik dan dibiarkan membrutal maka kemarahan kita pasti akan meledak, dan dikhawatirkan kita akan menggerundel dan berucap kata-kata kasar. Jangan sampai alamat tidak ketemu tapi kemarahan sudah meluber kemana-mana, yang ada malah diri kita yang rugi dan merasa sangat tidak nyaman.

Oseng-Oseng Mercon...

Beberapa tahun lalu waktu saya ke Jogjakarta, saya dikenalkan sebuah masakan yang bernama oseng-oseng mercon. Oseng-oseng mercon tersebut berada di depan kantor Muhammadiyah Jogjakarta. Saya sangat bahagia menikmati makanan tersebut, karena sejatinya saya sangat suka dengan masakan yang pedasnya menggila. Meskipun pedasnya menggigit dan jumlah daging dengan cabai masih banyakan cabainya, saya enjoy menikmati oseng-oseng mercon tersebut. Bahkan saya menjadi ketagihan dengan masakan tersebut, setiap kali saya ke Jogjakarta saya menyempatkan diri untuk menikmati masakan tersebut.

Tidak banyak yang suka dengan oseng-oseng mercon tersebut karena kepedasannya, tapi tidak dengan saya. Kemaren beberapa waktu lalu saya ada kegiatan di Jogjakarta, sore hari menjelang pulang ke Jakarta saya menyempatkan diri untuk kembali menikmati oseng-oseng mercon di depan kantor Muhammadiyah Jogjakarta. Saya mengajak Ulfa teman saya untuk menemani saya makan, tanpa bertanya ke Ulfa saya langsung memesan dua posri nasi dan dua porsi oseng-oseng mercon. Setelah tersedia saya langsung melahap oseng-oseng tersebut, tidak seperti biasanya sore itu saya merasa sangat kepedasan dan hanya memilih dagingnya sambil menyisihkan cabainya. Saya juga minum berkali-kali disela-sela pedasnya masakan oseng-oseng mercon. Karena sudah tidak kuat, akhirnya saya menghentikan makan makanan tersebut dan mencari lauk penggantinya yaitu bebek dan kerupuk.

Sambil menikmati bebek (kepala bebek) dan kerupuk, saya melihat temans aya Ulfa yang ternyata sama sekali tidak menyentuh makanannya. Saya baru tahu kalau ternyata Ulfa teman saya itu tidak suka pedas dan tidak pernah mau makan oseng-oseng mercon meskipun dia tinggal di Jogjakarta. Saya sangat tidak enak hati dan merasa bersalah, karena merasa demikian saya langsung mencarikan Ulfa lauk pengganti yaitu ayam (kepala ayam maksudnya). Dan karena oseng-oseng Ulfa masih utuh, akhirnya saya memutuskan untuk makan oseng-oseng punya si Ulfa.

Setelah selesai makan, saya langsung menuju mobil dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Saya sudah menyangka kalau saya bakalan mule dijalanan karena makanan tersebut, tapi saya berusaha tetap berbaik sangka terhadap perut saya meskipun saya tidak yakin. Ternyata benar, gara-gara oseng-oseng mercon sepanjang jalan saya merasakan sakit perut yang luar biasa dan saya buang air besar kurang lebih 8-10 kali. Meskipun mobil bisa setiap waktu berhenti, saya tetap merasa tidak enak sama kak Mia dan Ayat, dan saya juga tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Bagaimana mau nyaman, setiap kali dan setiap saat perut saya tiba-tiba mules tidak karuan.

Saya sih tidak menyesal dan tidak akan pernah kapok memakan oseng-oseng mercon tersebut, hanya saja seharusnya saya tidak makan makanan tersebut disaat saya ingin melakukan perjalanan kembali ke Jakarta. Karena bagaimanapun perjalanan itu harus dipersiapkan segala sesuatunya, termasuk kondisi kesehatan perut. Nah bagi teman-teman yang juga suka makan oseng-oseng mercon, tolong makannya jangan ketika hendak melakukan perjalanan. Pasti akan menganggu perjalanan anda dan teman-teman yang menyertai perjalanan anda.

Mencari Sesuatu Tidak Dapat...

Tadi malam saya mencari dua benda yaitu: pulsa untuk internetan dan bedak, saya mencari pulsa tersebut sampai ke enam counter dan ternyata hampir enam counter tersebut tidak menyediakan pulsa dalam jumlah yang cukup besar. Alasannya lagi kosong, ada juga yang alasannya tidak ada voucher fisik adanya elektronik, sementara saya tidak tahu nomornya sehingga saya mencari yang fisik.

Sama dengan mencari bedak, saya sampai keliling ke lima mini market tapi tetap tidak dapat bedak yang saya inginkan. Alasannya sama tidak ada dan lagi kosong, dan jawaban itu merupakan jawaban kompak dari kelima mini market yang saya kunjungi. Saya sih tidak mepermasalahkan kekosongan produk tersebut, hanya saya heran kenapa orang jualan tapi barang-barangnya kurang lengkap. Bukannya seharusnya produk yang umum itu harus tersedia? Akhirnya saya harus sebal dan merasa tidak enak hati malam itu. Saya tambah sebal dan dongkol karena ternyata saya belum makan dari siang hari.

Saya ingin berteriak saat itu juga, tapi kemudian saya berfikir bahwa manusia dan siapapun tidak ada yang sempurna. Sesuatu yang kita inginkan juga tidak musti harus tercapai dan terwujud saat itu juga. Semua yang kita ingin dan harapakan musti diusahakan terlebih dahulu dalam proses. Sehingga hasil yang akan kita dapatnya merupakan hasil yang sempurna dan sesuai dengan keinginan kita. Oleh karena itu, tersenyumlah dalam keadaan apapun, meski dalam keadaan sedih sekalipun.
Continue Reading...

Friday, December 25, 2009

Bersepeda Bareng Mbak Eny...

Berangkat pagi hari sekitar pukul 05.15 Wib, disamperin sama teman saya mbak eny. Malam harinya saya dan mbak eny sudah menyiapkan dua sepeda untuk dipakai esok harinya. Tapi pagi-pagi sepeda satunya tidak bisa dipakai dan alhamdulillah mbak eny dapat sepeda pengganti. Kita telah siap untuk berangkat, hanya siap secara fisik dan mental, tanpa menyiapkan perbekalan apapun. Mulailah kita berdua mengayuh sepeda membayangkan bisa sampai di senayan. Senayan ide mendadak yang muncul tanpa direncanakan, saya dan mbak eny berfikir bahwa hari libur jalanan pasti bisa dikendalikan, karena orang-orang banyak yang beristirahat di rumah. Senayan menjadi impian karena bayangan kita di senayan pasti akan dipenuhi orang-orang yang juga berolahraga, dan ternyata benar tidak hanya orang-orang yang berolahraga tetapi juga banyak para pedagang yang berspekulasi mengais rejeki.

Sepanjang jalan menuju senayan, saya mencoba berbagi cerita dengan mbak eny. Kadang-kadang kita berdua tertawa-tawa sendiri, kadang marah-marah sama mobil dan motor yang mengklakson tanpa ampun. Saya yang paling tidak terima, menurut saya pengendara mobil dan motor terlalu berlebihan. Mungkin mereka bermaksud mengingatkan saya dan mbak eny agar tidak ke tengah. Tapi mengklakson menurut saya bukan cara yang bijak, karena mengagetkan saya dan mbak eny, dan kami berdua selalu hampir meloncat setiap mendengar klakson. Karena sepeda kami tidak ada spionnya apalagi lampu sen, sehingga kami harus ekstra berhati-hati.

Kita berdua melewati jalan daerah tanah kusir, karena menurut kami jalan itulah yang paling dekat menuju senayan, selain tanjakannya tidak terlalu banyak dibandingkan jika harus lewat ulujami dan kebayoran lama. Banyak hal yang kita berdua dapatkan seperti dengan bersepeda kita berdua merasa lebih jeli melihat satu persatu rumah dan bangunan yang berdiri di pinggir jalanan. Berbeda dengan menggunakan sepeda motor, kita tidak akan punya banyak waktu untuk mengamati sekitar jalan raya.

Pukul 06.15 saya dan mbak eny telah tiba di senayan dengan senang hati tentunya, senang karena apa yang kita berdua angankan bisa tercapai dengan tanpa suatu halangan apapun. Kita berdua masuk ke senayan dan berkeliling senayan dengan menggunakan sepeda. Beberapa waktu setelah itu saya dan mbak eny mencari makan disekitar situ, karena kita berdua baru sadar bahwa kita berdua kelaparan dan kehausan. Kita beruda makan lontong sayur dengan mencoba menikmatinya, karena kadang orang lapar sering tidak bisa menilai makanan secara objektif.

Setelah makan dan minum kita berdua bercerita tentang banyak hal, seperti biasa saya yang banyak melontarkan tema untuk diskusi. Mbak eny sebagai sahabat yang baik dan tidak banyak menuntut, dia oke saja sama tema-tema yang saya ajukan. Dimanapun dan dalam keadaan apapun, ketika saya dan mbak eny bersama, saya selalu mengajaknya untuk mendiskusikan sesuatu yang up to date. Diskusi dengan mbak eny adalah diskusi yang sangat menyenangkan dan mengasyikkan. Dia bisa menjadi pendengar yang baik sekaligus menjadi lawan diskusi yang menarik. Saya tidak pernah bosan berdiskusi dan bercerita tentang apapun kepada sahabat saya tersebut.

Usai berdiskusi saya dan mbak eny kembali bersepeda keliling senayan, dan secara tidak sengaja kita berdua menemukan teman kecil yang bernama noval dan ayu. Kita berjabat tangan dan saling menanyakan jati diri masing-masing, berikut petikan dialog kami:
Saya: hai kawan kecil?
Noval: hai juga kawan.
Saya: kelas berapa dek?
Noval: kelas dua sekolah dasar.
Mbak Eny: kalian siapa namanya?
Noval: saya noval dan teman saya ayu.
Saya: ayu kelas berapa?
Ayu: saya kelas TK b.
Mbak eny: kalian hebat ya, kesini sama siapa?
Noval: saya sama ibu dan ibu lagi belajar nyetir mobil.
Saya: kalau ayu sama siapa, bareng sama noval?
Ayu: saya sama mama saya kak.
Saya: jadi kalian berdua satu mobil?
Noval: iiihhh kok enggak paham-paham sih? saya sama ayu mobilnya beda-beda.
Saya: hah? maaf ya dek.
Noval: makanya dengering dunk kalau saya lagi menjelakan?
Saya: iya maaf ya noval sama ayu?
Noval: yaudah saya maafkan dech.

Saya senang kenal sama noval dan ayu, dan saya dan mbak eny memutuskan mengajak mereka berdua balapan sepeda. Alhamdulillah noval bersedia diajak balapan, meskipun ayu terlihat keberatan. Ayu merasa tidak sanggup mengalahkan rekan-rekannya yang lebih tua dari dirinya. Balapanpun dimulai dan ternyata sepeda noval bagus dan kita berdua kalah cepat dari noval. Ada yang lebih kalah lagi yaitu ayu, karena ayu jauh di belakang kita berdua. Selesai balapan kita berempat foto-foto dan kami kembali mengulang balapan untuk yang kedua kalinya. Bahkan yang kedua kalinya pun saya dan mbak eny tetap kalah cepat sama noval. Itu anak memang luar biasa cara bersepedanya, kayaknya saya dan mbak eny harus banyak belajar lagi dari noval.

Pukul 09.00 saya dan mbak eny memutuskan untuk pulang, karena terik matahari telah memanggang kulit kita berdua. Pulangnya kita tidak lagi lewat tanah kusir, kita berspekulasi lewat kebyaoran lama. Sebenarnya kita sadar bahwa jalanan itu sangat tinggi tanjakannya, bahkan tanjakannya sangat banyak, tetapi kita berdua memutuskan untuk tidak lewat jalan yang sama, biar tidak bosan kata mbak eny. Ternyata benar, kita berdua sangat kecapean dan hampir tepar gara-gara banyaknya tanjakan. Tapi alhamdulillah saya dan mbak eny akhrinya bisa sampai bintaro dengan selamat tanpa halangan apapun. Pukul 11.00 kita berdua sampai bintaro, dan perjalanan pulang agak lama karena saya dan mbak eny harus muter-muter dulu di kebayoran, saya dan mbak eny ada urusan sebentar disana.

Sampai rumah saya rebahan dikasur dan bermaksud istirahat, ternyata saya ketiduran dan baru bangun sekitar pukul 17.30. Saya tiba-tiba merasa sangat lelah dan kecapean, badan saya terasa pegel semuanya. Saya langsung ke mbak eny dan mengkhawatirkan keadaan mbak eny, dan ternyata benar mbak eny juga sedang kecapean dan kepegelan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan naik sepedanya, yang salah adalah kebiasaan saya dan mbak eny yang jarang olah raga tiba-tiba olah raga pakai sepeda ke senayan. Tapi seperti apapun keadaan saya dan mbak eny, saya dan mbak eny merasa tidak pernah kapok. Kita berdua merasa senang dan kapan-kapan akan kembali bersepeda ke tempat yang lebih jauh lagi, ke monas atau kebundaran HI misalnya, semoga tercapai amien.
Continue Reading...

Tuesday, December 22, 2009

Tahun Baru Islam...

Tahun Baru 1431 Hijriyah seharusnya sebagai momentum untuk memperbaiki diri guna meraih kehidupan yang lebih baik. Karena manusia yang baik adalah manusia yang jika:
1. Hari ini lebih baik dari hari kemaren
2. Hari esok lebih baik dari hari ini

Kebaikan memang sangat abstrak dan terkadang terasa sangat subjektif, tetapi kita tidak boleh menafikkan bahwa ada kebaikan-kebaikan yang sifatnya universal atau diakui oleh semua agama di dunia. Agama apapun secara substansi mengajarkan akan kebaikan, karena tujuan keberadaan agama yaitu mengajarkan kebaikan dan kemuliaan.

Tahun baru Islam jua hendaknya mampu menjadikan umat Islam lebih progresif dan toleran, karena selama ini pertikaian antar agama yang ada di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kurangnya toleransi antar umat beragama. Masing-masing agama merasa agamanya paling baik dan paling benar, sehingga memandang agama lain buruk dan tidak benar. Ego tersebut ada baik dan ada buruknya, baiknya jika diaplikasikan dalam bentuk komitmen beribadah, sedangkan buruknya jika diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang disitu terdapat lebih dari satu agama. Dan bentuk aplikasinya berupa merendahkan dan menganggap agama lain sebagai musuh yang harus diberantas.

Dalam tahun baru Islam ini, hendaknya merupakan refleksi bersama bagi umat Islam di Indonesia khususnya. Seperti halnya tentang kasus terorisme yang belakangan ini terjadi di Indonesia. Klaim yang berkembang teroris itu adalah Islam, sementar Islam jelas tidak pernah mengajarkan kejahatan karena Islam adalah agama yang menginginkan kedamaian dalam hidup. Klaim teroris tentunya bukan tanpa alasan, karena secara kebetulan pelaku bom yaitu orang yang beragama Islam. Meskipun menurut saya agama tersebut hanya kebetulan bukan suatu kesengajaan.

Dalam masalah terorisme, umat Islam perlu melakukan klarifikasi damai kepada agama-agama lain bahwa Islam bukan agama keras dan juga bukan agama yang membenarkan teror. Pihak agama lainpun harus dapat berfikir secara objektif, bahwa terorisme sesungguhnnya tidak ada hubungannya dengan agama. Karena semua orang dengan agama apapun bisa melakukan teror jika memang mental dan jiwanya terganggu.

Islam memang mayoritas di Indonesia, tetapi tidak dibenarkan jika Islam merasa paling hebat dan paling kuat. Indonesia adalah negara hukum dan negara demokrasi, Indonesia punya aturan hukum yang jelas yang dapat digunakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Indonesia punyai nilai-nilai pancasila yang dapat digunakan untuk pedoman bagi kehidupan bermasyarakat. Intinya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, dan perbedaan itu akan selalu ada dalam kehidupan, sehingga penyikapan terhadap perbedaan tidak perlu dengan cara-cara anarkis. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang lembut, orang-orang yang berhati mulia, dan orang-orang yang menghargai perbedaan.

Baru artinya membuka sesuatu yang baru atau sama dengan mensucikan kembali diri kita dari segala dosa dan keburukan yang telah kita lakukan selama hidup. Penghapusan dosa memang hak mutlak Allah, dan kita tidak punya hak untuk memaksa Allah agar mengampuni dosa-dosa kita. Tetapi usaha untuk menjadi lebih baik dan lebih bijaksana saya kira tidak perlu mendapat persetujuan dari Allah. Karena pada hakikatnya Allah adalah suci dan Allah mencintai hamba-hambanya yang berusaha untuk mensucikan dirinya.
Continue Reading...

Koin-Koin...

Fenomena koin untuk Prita adalah fenomena sosial yang sangat hebat dan cepat. Fenomena itu adalah fenomena riil sebagai bentuk kepeduliaan dan kasih sayang terhadap sesama manusia. Karena saya yakin semua manusia pasti sadar bahwa hidup tidak akan eksis tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain yang berada di sekitar diri kita. Fenomena sosial untuk Prita tidak hanya sekedar fenomena biasa, tetapi adalah fenomena kepekaan rakyat Indonesia yang akhir-akhir ini tercabik-cabik oleh bobroknya sistem di negara Indonesia tercinta. Masyarakat ibu kota Jakarta sudah diklaim sebagai masyarakat yang hedon, cuek, acuh, dan mementingkan diri sendiri. Dengan koin Prita masyarakat akhirnya bisa membaca bahwa klaim terhadap orang Jakarta tidak mutlak benar.

Justru menurut saya, koin Prita ini perlu digalakkan lebih giat lagi untuk membantu orang-orang yang miskin dan butuh pertolongan. Masih banyak Prita-Prita lain yang juga butuh untuk di support dan dibantu. Jakarta memang pusat ibu kota, tetapi Jakarta juga merupakan pusat kekumuhan dan kemiskinan. Di balik gedung-gedung megah terdapat rumah-rumah kumuh yang setiap saat akan berterima kasih jika dibantu. Kemiskinan, pengangguran, perampokan, dan kasus kriminal lainnya memang tanggung jawab pemerintah. Tetapi masyarakat juga punya andil yang besar jika ternyata pemerintah tidak mampu melaksanakan fungsinya dengan baik.

Masyarakat Jakarta adalah masyarakat kaya yang jika diminta koinnya pasti tidak akan keberatan. Saya berhayal seandainya saja koin-koin itu dikumpulkan tiap hari oleh semua warga Jakarta yang bekerja, maka koin-koin itu pasti akan bisa mengatasi kemiskinan dan kekumuhan di ibu kota Jakarta.Tidak perlu mengemis-ngemis dan menunggu uluran tangan dari pemerintah yang kelihatannya sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tidak perlu mengais program-program pemerintah yang katanya diperuntukkan bagi warga miskin di seluruh Indonesia.

Maka dari itu saya secara pribadi berharap kepada warga di ibu kota Jakarta dan warga di seluruh Indonesia untuk mulai menyisihkan uang koinnya, dalam rangka bahu-membahu mengatasi kemiskinan di Indonesia tercinta. Seperti apapun kemiskinan itu tidak menyenangkan dan kemiskinan itu sangat menyengsarakan. Bagaimana tidak? di jaman modern seperti ini ada orang yang makan hanya satu kali dalam sehari, atau bahkan tidak sempat makan sama sekali dalam sehari. Kemiskinan harus menjadi beban bersama dan harus menjadi usaha bersama dalam proses pemberantasannya. Karena segala sesuatu jika dikerjakan secara bersama-sama maka hasilnya akan lebih optimal dan maksimal.
Continue Reading...

Ibu...

Aku tak mampu memakna tentang cintaku kepadanya, rasanya begitu aneh dan hampa.
Bahkan aku hampir saja membencinya dalam nalar subjektifku.
Aku merasa bahwa dia telah mentelantarkan aku.
Aku merasa bahwa dia terlalu menyayangi dirinya.
Aku merasa bahwa dia cuek dengan aku dan adekku.
Sehingga aku harus besar oleh nenekku.
Nenek yang begitu sabar dan begitu membimbingku.
Nenek yang meluangkan banyak waktunya untuk menggantikan dia.
Nenek yang selalu ada untukku dan adekku.

Aku hampir tega mencampakkannya.
Hampir tega tidak menganggapnya ada.
Hampir tega melupakan bahwa dia orang yang telah melahirkanku.
Aku merasakan itu dalam ketidakinginanku.
Aku merasa semua serba begitu saja.
Tanpa harap dan inginku.

Dewasa aku mulai membuka mata.
Bahwa aku ada karena dia.
Bahwa aku eksis karena dia.
Bahwa aku mengerti hidup juga karena dia.
Aku sadar dengan hatiku.
Bahwa aku mulai merasa penderitaannya sebagai ibu.
Sebagai ibu yang hidup tanpa suami.

Bukan keterpaksaan akhirnya aku menyadari.
Menyadari akan ketulusannya.
Menyadari akan kepeduliannya.
Menyadari akan kasih sayangnya.

Tidak ada ibu yang jahat.
Tidak ada ibu yang pilih kasih.
Tidak ada ibu yang berkhianat.
Dan tidak ada ibu yang tidak peka.

Ibu, kuminta maafmu dari jiwaku.
Kuminta doamu dalam langkahku.
Kuminta saranmu dalam masa depanku.
Kuminta senyummu dalam langkahku.
Kuminta restumu dalam hidupku.

Wajahmu ayu, senyummu memikat.
Gerakmu enerjik, dan keputusanmu tepat.
Auramu terpancar oleh kesucian.
Konstribusimu sungguh tak terhargakan.

Ibu, maafkan atas segala kesalahan.
Maafkan atas segala kecongkakan dan kesombongan.
Maafkan jika aku telah berburuk sangka terhadapmu.
Tanpa kau bilang:
Aku tahu bahwa engkau mencintaiku.
Menyayangi dan menginginkan keberhasilan berpihak dipundakku.

Kesombonganku terlalu besar bagai gunung.
Kekasaranku kala itu sering melukaimu.
Keangkuhanku membuatmu menumpahkan air mata.

Ibu, maafkan aku.
I Love You Mother.
Continue Reading...

Monday, December 21, 2009

Khitan Perempuan...

Khitan laki-laki adalah syiar, sedangkan khitan perempuan kemulyaan. Hal ini sering diartikan bahwa klitoris perempuan harus dikurangi atau dibersihkan sedikit. Menurut bidan tertentu khitan perempuan itu membersihkan sedikit bagian klitoris yang dianggap kotor.

Menurut pandangan Islam seharusnya melihat pandangn tentang khitan terlebih dahulu. Tidak boleh asal potong tanpa alasan yang jelas. Tapi kalau sekedar membersihkan mungkin bisa dimaklumi karena Islam juga mengajarkan kebersihan.

Dikalangan ulama’ tidak ada kesepakatan tentang khitan bagi perempuan. Aisyiyah berpendapat bahwa jelas berbeda hukum bagi laki-laki dan perempuan. Khitan dianggap sebagai bentuk yang disesuaikan dengan kontekstulitas sosial masyarakat.

Para ulama’ berpendapat bahwa khitan perempuan itu sebenarnya bisa merampas hak-hak perempuan dalam hal reproduksi dan kesenangan seks perempuan. Kenyataan dilapangan tidak sesuai dengan sunatullah, tetapi lebih pada praktek kekerasan terhadap perempuan. Klitoris perempuan pada prakteknya dipotong secara penuh, sehingga banyak perempuan korban khitan menjadi kesakitan saat berhubungan seksual. Bahkan ada banyak perempuan yang akhirnya trauma untuk berhubungan seksual. Ada juga yang akhirnya vaginanya mengalami infeksi setelah di khitan.

Ada beberapa rumah sakit Islam yang ternyata juga melegalkan khitan bagi perempuan, sehingga ormas Islam hendaknya respon dengan persoalan itu. Sehingga hadist yang dianggap sebagai sebuah tuntunan harus diperjelas perintahnya.

Pertanyaan:
Mumun Muniasari:
Ada pasien yang minta kepada bidannya untuk dipotong sebagian klitorisnya, akhirnya bidan tersebut mengikutinya.

Fatimah:
Jika hanya dipotong sedikit namanya apa?
Dibolehkan dari segi agama atau tidak?

Immawati
Sosialisasi yang efektif untuk menyadarkan masyarakat agar tidak mengkhitan perempuan?

Jawab:
-Definisi khitan secara agama tidak jelas, perempuan tidak bisa disamakan dengan laki-laki yang dipotong khulufnya.
-Tugas masyarakat memberi penjelasan agar ortu sadar bahwa khitan itu tidak signifikan dengan ajaran agama.
-Khitan itu hanya simbolik bahwa anaknya telah memasuki usia akhil baligh.
-Pertanyaannya kenapa pengaruh Afrika ada di Indonesia.
-Ajaran di Arab Saudi tentang khitan perempuan bukan berarti ajaran agama yang harus dilaksanakan.
-Khitan bertujuan membersihkan kotoran yang ada di dekat kemaluan.
-Smegma yang ada di alat kelamin laki-laki memang harus dibersihkan dengan cara mengkhitan.
-Jika dilukai apabila infeksi maka akan merambat ke saluran reproduksi perempuan, karena jaran vagina ke rahim sangat dekat.
-Bisa mengakibatkan tidak punya anak karena infeksi.
-Di Jawa Barat ada khitan perempuan yang kliptorisnya dipotong habis.
-Janganlah berlebihan karena hal itu akan lebih dicintai suaminya.
-Membersihkan itu sebenarnya sudah cukup disebut sebagai khitan bagi perempuan.
-Tidak melanggar hukum menyunat perempuan jika tidak menyakiti.

Pertanyaan:
Ninuk:
Teman saya bertanya bagaimana rasanya orgasme? Dia tidak tahu orgasme karena dia disunat vaginanya. Setelah disunat bisa diketahui atau tidak tipe disunatnya yang mana?

Vitri:
Bisa operasi atau tidak setelah di khitan?
Bagusnya khitan umur berapa?
Kenapa dampak khitan bagi perempuan bisa di sesar saat melahirkan?



Anis:
Organ perempuan sangat rentan, apa indikasi awal infeksi kerusakan pada alat reproduksi perempuan?

Jawab:
-Jika klitoris dipotong maka tidak akan bisa merasakan orgasme.
-Secara kasat mata bisa terlihat disunat atau tidak.
-Klitoris yang sudah dipotong tidak lagi bisa di operasi pada saat dewasanya.
-Sesar di Indonesia adalah rejeki buat dokter, harusnya jumlah sesar di rumah sakit maksimal 14% dari jumlah kehamilan.
-Sesar: pinggul kecil, kontraksi lemah, da senang sesar.
-Wasir bisa disebabkan karena kehamilan.
-Keputihannya banyak maka bisa diindikasikan terkena infeksi.
-Tidak ada pedoman kapan harus di khitannya, bagusnya setelah si anak bisa berkomunikasi atau bicara. Khitan pada bayi bisa memang ada bagusnya mengurangi infeksi, karena bayi masih diawasi oleh dokter. Khtan yang lebih efektif dengan cara di couter.

Pertanyaan:
Upik:
Bayi perempuan apakah mengalami pendarahan?

PD NA:
Anak kesakitan saat disunat kenapa? Dan setelah itu sampai dua hari dia tidak bisa keluar air kencing? Biji pelirnya cuma satu kenapa?

Virgo:
Ketika proses khitan perempuan sudah terlanjur, bagaimana dia harus menuntut jika dia mengalami masalah psikologis pasca di sunat bagi perempuan?

Jawab:
-Tidak apa-apa itu normal meski tidak semua bayi tidak seperti itu, darah itu namanya flek dan disebabkan karena hormonal.
-Sunat ada yang dilipat, dan ada yang dipotong ujungnya.
-Pelir cuma satu karena satunya tidak turun, jika masih kecil bisa di operasi tapi jika sudah dewasa maka akan susah.
-Ormas harus melakukan perjuangan agar sunat perempuan bisa dihapuskan di muka bumi ini.
-Ortu tidak bisa disalahkan secara mutlak karena ortu juga mendapatkan ajaran dari ortu terdahulunya.
-Harus ada penafsiran ulang tentang khitan terhadap perempuan, sehingga khitan bagi perempuan tidak disalah artikan.
-Jika memang untuk kebersihan vagina perempuan berarti tidak harus dipotong.
-Kepada korban khitan perempuan semoga suaminya bisa menerima keadaan istrinya.
Continue Reading...

Sunday, December 13, 2009

Jerawat...

Manusia sering tidak percaya diri dengan kekurangannya. Orang gemuk tidak percaya diri dengan kegemukannya. Orang kuruspun tidak yakin dan tidak percaya diri dengan kekurusannya. Orang kaya kadang takut dibilang sombong, sedangkan orang miskin tidak percaya diri dengan sedikitnya harta yang dia miliki.

Manusia secara nalar logis tidak bakal ada yang sempurnya, masing-masing manusia mempunyai kurang dan lebih yang sesuai dengan kapasitasnya. Masing-masing seharusnya mensyukuri apa yang telah dimilikinya tanpa mengeluh secara berlebihan. Kegemukan syukuri dengan berbaik sangka bahwa Allah memang membahagiakannya di dunia. Kekurusan syukuri dengan berbaik sangka bahwa Allah menjauhkannya dari penyakit.

Orang hitam tidak perlu rendah diri dan orang putih tidak perlu berbangga diri karena putihnya kulit. Allah sudah memberikan yang terbaik pada diri kita baik secara fisik dan non fisik. Allah tidak mungkin berlaku tidak adil terhadap hamba-hambanya, karena pada hakikatnya Allah mencintai semua hambanya baik yang beriman maupaun yang tidak beriman.

Saya memang berkulit wajah berminyak, itu artinya wajah saya sangat rentan dengan jerawat. Saya sudah menggunakan perawatan dokter kulit sejak lama, dan bisa dibilang saya tergantung dengan dokter kulit. Ketika tidak menggunakan dokter kulit, wajah saya tiba-tiba berjerawat dan minyaknya keluar secara berlebihan. Sehingga kulit wajah saya selalu disapa oleh cream-cream dari dokter yang sebenarnya semi obat.

Beberapa waktu kemaren wajah saya tiba-tiba ditumbuhi beberapa jerawat yang agak besar dan bikin saya pusing kepala. Saya pusing kepala karena saya belum pernah ditumbuhi jerawat segede itu, otomatis saya menjadi malu dan tiba-tiba tidak percaya diri untuk berhadapan dengan banyak orang. Saya tiba-tiba malu dan tidak berani menatap wajah orang dengan wajah saya yang ada jerawat besarnya.

Saya tiba-tiba pusing memikirkan kenapa muka saya tiba-tiba ditumbuhi jerawat yang agak besar dan sakit. Saya membuat beberapa spekulasi diantaranya: saya merasa bahwa jerawat saya disebabkan oleh debu yang tercampur dengan air hujan, atau karena saya jarang cuci muka pada siang hari, atau karena makanan saya yang sering pedas, atau karena saya belakangan mengkonsumsi minuman vitamin c secara berlebihan.

Saya malu karena asumsi-asumsi masyarakat tentang kecantikan itu secara fisik bukan secara substantif. Secara nalar saya sepakat bahwa penampilan orang itu dilihat pertamanya dari fisik bukan dari hati, karena fisik cenderung terlihat oleh kasat mata. Tetapi secara nurani saya berfikir bahwa kecantikan orang itu tidak ada hubungannya dengan fisik atau lebih kepada persoalan aura yang terpancar dari wajahnya.

Dengan jerawat besar ini saya mulai merefleksi diri saya untuk bilang bahwa kecantikan itu tidak selalu dari fisik tetapi lebih menarik jika merupakan perpaduan dari fisik dan jiwa. Kecantikan fisik bisa tidak bertahan lama alias akan cepat punah, sedangkan kecantikan jiwa akan bertahan lama dan akan menggembirakan banyak orang.
Continue Reading...

Tanya Jalan...

Terkadang kita tidak perhatian dengan apa yang disekitar kita, sama dengan realitas bahwa kita lebih dekat dan lebih sayang dengan kawan kita dari pada dengan saudara sendiri. Kita lebih sering kangen dengan orang lain atau kawan dari pada dengan orang terdekat kita. Sehingga kita baru sedih dan kehilangan ketika saudara kita sudah tidak berada di samping kita. Ketika mereka masih di dekat kita seolah kita lupa bahwa di samping kita ada orang yang seharusnya kita sayangi dan cintai.

Malam itu saya hendak ke Salihara daerah Pasar Minggu dekat dengan kampus Unas, saya hendak menghadiri pemutaran film balibo di Salihara. Saya datang terlambat sehingga saya panik saat mencari alamat, padahal saya tidak tahu alamat yang dimaksud. Seingat saya alamatnya adalah jalan Salihara nomor sekian. Saya sudah dapat kabar dari teman kalau Salihara berada di dekat Unas, sehingga patokan saya hanya kampus Unas.

Sempat salah gang untuk menuju ke Unas tapi alhamdulillah akhirnya ketemu juga dengan kampus Unas. Saya tanya dengan dua mahasiswa cowok dimana jalan Salihara dan keduanya tidak ada yang tahu dimana jalan Salihara. Yang terakhir saya tanya dengan mahasiswa cewek yang sedang berdiri dimana jalan Salihara, dia tahu tapi tidak jelas dimana tepatnya, tetapi dia menunjukkan arah selatan Unas. Saya mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa cewek tersebut dan segera siap untuk mencari jalan Salihara. Saat saya ingin menancap gas motor saya dan posisi saya masih di depan si mahasiswa cewek, saya melihat ada plang tulisan jalan di depan mata saya persis yaitu jalan Salihara.

Saya kaget sekaligus merasa sangat aneh, jalan yang saya tanyakan ternyata ada di depan mata saya. Mungkin wajar buat saya tapi menjadi tidak wajar buat mahasiswa Unas yang tiap harinya disitu tetapi tidak ngeh alias tidak memperhatikan bahwa di samping Unas persis ada jalan namanya jalan Salihara. Sambil merasa keheranan saya melaju menuju tempat yang saya maksud untuk menonton film balibo. Film yang dilarang diputar di negara Indonesia karena alasan ketakutan pemerintah akan adanya klaim kurang baik terhadap pemerintah.

Film balibo menurut saya film yang biasa dan juga menarik, disana diceritakan tentang pembunuhan enam wartawan Australia oleh orang-orang Indonesia. Pembunuhan dilakukan dalam rangka agar para wartawan asing tersebut tidak menyebarkan berita tentang perselisihan antara Timor Portugis dengan Indonesia. Mungkin jika ditonton oleh anak-anak film tersebut akan terkesan sadis dan bisa memperburuk citra Indonesia di mata anak-anak tersebut, tapi jika yang menonton orang dewasa saya kira dia telah tahu mana yang benar dan mana yang tidak benar.
Continue Reading...

Fans...

Band indie di Indonesia ada banyak seperti: Agrikulture, Overload Romance, Sandra, Ritmic-Traumatic, Everybody Loves Irene dan Sore. Saya tidak banyak tahu tentang band-band indie di Indonesia, yang saya tahu hanya Endang Sukamti dan Superman Is Dead, itupun hanya tahu dan sekedar suka tidak sampai maniak seperti saya menyukai bang Iwan Fals. Mungkin bukan tidak maniak tetapi lebih pada tertarik karena syair-syair yang dibawakan oleh SID dan Endang Sukamti yang memang luar biasa menarik.

Para penyuka band-band atau penyanyi solo biasa disebut dengan fans, dan kata fans ini mempunyai makna yaitu bahwa para fans adalah orang-orang yang mendedikasikan dirinya dengan tulus ikhlas. Para fans merelakan waktu dan dirinya untuk bisa berjumpa dan bernyanyi bersama band atau penyanyi yang digemarinya. Karena dengan bertemu dia akan merasakan kenikmatan yang luar biasa yang bahkan tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Saya mencintai Iwan Fals berarti saya benar-benar menggandrungi semua lagu yang dibawakan oleh bang Iwan Fals, bahkan tidak sekedar senang dengan syairnya tetapi juga memaknai syairnya dengan hati. Kepuasan tidak hanya pada kesenangan terhadap syair tetapi juga terhadap kepribadian dan karakter orangnya. Saya bahkan mengamati dan melihat karakter bang Iwan Fals dalam kesehariannya. Dan ketika saya melihat bang Iwan Fals melakukan kegiatan yang bermanfaat maka saya termotivasi untuk mengikutinya.

Fans menurut saya tidak sekedar mencari kepuasan semata, ada makna lain yang saya kira menarik untuk diamati dan dicermati oleh para fanster di seluruh Indonesia, bahwa menjadi fans kita bisa memetik banyak hikmah seperti:
1. Motivasi
Ada kondisi dimana kita sebagai fans sering tiba-tiba merasa memiliki motivasi yang tinggi ketika sedang berhadapan dengan band atau penyanyi kesayangan kita. Motivasi itu bentuknya beragam seperti tiba-tiba kita menjadi manusia yang ingat akan kematian. Kita tiba-tiba menjadi orang yang ingat akan cita-cita masa depan. Kita tiba-tiba sadar bahwa hidup hanya sekali dan harus memberi banyak makna bagi kehidupan diri sendiri dan orang lain. Dan kadang kita tiba-tiba ingin sukses dan berhasil di masa depannya. Motivasi itu sangat abstrak dan tidak bisa dihitung dengan angka, motivasi itu hanya bisa dirasakan oleh dirinya secara subjektif dan sangat subjektif.

2. Pesan Moral
Untuk lagu-lagu yang syairnya sangat indah seperti lagunya bang Iwan Fals misalnya, akan memberi pesan moral bagi para fansnya agar bisa seperti yang diinginkan bang Iwan Fals. Misalnya tentang lagu wakil rakyat, digambarkan bahwa wakil rakyat seharusnya merakyat dan benar-benar menjadi aspirator bagi rakyat. Sehingga bagi para masyarakat yang jika dia menjadi wakil rakyat, dia harus menjadi wakil rakyat yang amanah.

3. Silaturahmi
Kadang kita tidak sadar bahwa pertemuan antar fans bisa dijadikan ajang untuk silaturahmi dengan teman-teman yang sudah kita kenal maupun yang belum kita kenal sama sekali. Untuk orang-orang yang sudah dikenal mungkin biasa, tapi untuk orang-orang yang belum dikenal kita bisa menjadikan mereka sebagai sahabat baru kita. Saya kira tidak salah jika kita akhirnya harus mempunyai banyak teman yang tentunya akan menguntungkan hidup kita. Karena bagaimanapun hidup kita tidak mungkin dijalani seorang diri. Karena sudah hukum alam bahwa manusia hidup membutuhkan bantuan dan pertolongan orang lain.

4. Penyegaran otak
Menjadi fans juga bisa menyegarkan otak saat kita menonton konsernya, menyegarkan otak karena disitu kita bisa teriak-teriak dan berjingkrak-jingkrak riang tanpa ada yang marah dan terganggu. Semua orang bicara pada nada yang sama, semua orang bergerak pada gerak yang seirama, semua orang mencinta pada perasaan yang juga sama.

Para fans band-band baik yang indie maupun yang bukan indie rata-rata adalah anak muda atau remaja. Saya mencoba mengamati dan menganalisis secara subjektif bahwa anak-anak remaja tersebut tertarik menjadi fans karena jiwa mereka masih pada posisi memilih untuk bersenang-senang. Menjadi fans merupakan kesenangan tersendiri dan kebanggaan tersendiri, dan anak muda bisa bebas mengikuti konser band yang disukainya tanpa ada yang menghalangi. Selain itu anak muda juga pada posisi mencari nilai dalam hidupnya, sehingga dirinya tertarik dengan ajakan-ajakan kearah perdamaian dengan cara-cara yang tidak memaksa. Dan kita harus mengakui dengan sempurna bahwa ajakan-ajakan kebaikan sangat efektif disampaikan lewat syair lagu, bukan lewat pidato politik atau lewat iklan di televisi.

Saya bahka melihat dengan mata sendiri ketika nonton konser bang Iwan Fals atau konser musik lainnya, para fanster sampai rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh band atau penyanyi yang disukainya. Saya pernah berfikir jangan-jangan SBY sebagai presiden bisa tidak didengar oleh mereka, dan bisa jadi mereka akan lebih mendengarkan Iwan Fals atau Endang Sukamti dari pada ceramah atau ajakan sang presiden RI. Justru momen ini harus diperhatikan dengan baik oleh para band-band yang digandrungi oleh banyak fanster. Jadikan momen itu untuk mengajak anak muda kepada kebaikan yang sempurna. Ajaklah anak-anak muda untuk bertanggung jawab pada dirinya dan keluarganya. Ajaklah juga anak-anak muda untuk mencapai cita-citanya agar kelak dia menjadi orang yang berhasil.

Ada contoh lagu dari band indie SID Kita Vs Mereka:

Hey kau yang terluka karna engkau berbeda
Jangan pernah menyerah hancurkan kesedihan
Kita kan bersama, ayo lawan dunia
Injak kesombongan dan keangkuhannya

Kita bukan mereka
Kita bukan anak bangsa sempurna
Kita bukan bangsawan
Nan rupawan, yang harus dihor
Matilah keseragaman, kedangkalan hidup di dunia

Jarum dan tinta, kulit berwarna
Buktikan kubisa, akan kurubah dunia

Hey kau yang terluka karna engkau berbeda
Jangan pernah menyerah hancurkan kesedihan
Kita kan bersama, ayo lawan dunia
Injak kesombongan dan keangkuhannya

Kita slalu ditekan
Dilupakan, tersudut dan terdiam
Orang-orang memuja
Pemikiran sempit nan membosankanku
Ku akan teriak, hingga kaca pecah terserak

Kuangkat gelas, kita nyanyikan
Lagu perlawanan
Kita versus mereka!

Kenapa kita mesti seragam
Mungkinkah kitahidup saling jaga
Walaupun berbeda!

Hey kau yang terluka karna engkau berbeda
Jangan pernah menyerah hancurkan kesedihan
Kita kan bersama, ayo lawan dunia Injak kesombongan dan keangkuhannya

Lagu itu menceritakan tentang perbedaan, bahwa perbedaan itu sesuatu yang tidak perlu disesalkan dan persalahkan. Karena pada hakikatnya manusia itu tidak ada yang sama bahkan manusia yang kembar sekalipun. Biarkan perbedaan dan samakan persamaan, atau jadikan perbedaan sebagai bumbu penguat untuk persatuan. Sangat luar biasa syairnya dan kita bisa bilang bahwa nilai yang terkandung dalam syair lagu tersebut yaitu bhineka tunggal ika yaitu meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan.
Continue Reading...

Warung Pojok Kampus...

Malam itu saya baru saja ketemu sama mahasiswa-mahasiswa di kampus daerah mampang untuk bimbing skripsi, saya baru sadar 100% bahwa saya belum makan nasi dari pagi. Tiba-tiba perut saya terasa sangat lapar dan terasa protes untuk segera diberi asupan makanan yang bernama nasi. Berharap ada makanan enak dan panas, tapi setelah keliling dekat kampus saya hanya menemukan warung pojok ujung dekat kampus. Tidak yakin ada nasi dan lauk saya bertanya sama penjaga warungnya dan ternyata memang warung nasi, tanpa babibu dan memperhatikan kotornya warung saya langsung masuk dan memesan nasi beserta lauknya. Saya memilih lauk sayur sop, bakwan, telurr goreng, kentag dipedesin, sama kerupuk.

Saya ambil sesuap dua suap tiga suap dan seterusnya sambil mengobrol dengan dua mbak-mbak yang ternyata berasal dari jawa timur. Mereka masih terlihat muda dan ternyata benar baru berusia 18 tahun dan hanya tamatan smp. Awalnya mereka berdua banyak bertanya tentang pekerjaan saya dan asal saya, mereka juga bertanya berapa lama saya di jakarta. Lama kelamaan pertanyaan mereka terdengan seperti curahan hati yang lama terbendung dan baru bisa tertumpahkan. Saya mencoba asyik mendengarkan supaya mereka berdua tidak tersinggung dan merasa nyaman curhat sama saya.

Mereka bercerita bahwa gajinya tidak seberapa, yang punya warung galaknya minta ampun, dan mereka tidur di warung yang ukurannya sangat kecil untuk mereka berdua. Tidak hanya kecil, kondisi warung juga terlihat kurang bersih dan cenderung kotor. Mereka tidur jam 23.00 malam dan harus bangun jam 04.00 pagi untuk memasak lauk-lauk dan nasi. Mereka juga bercerita bahwa bosnya tidak memberi hari libur kepada mereka untuk sekedar mencari teman baru di jakarta, padahal jiwa muda mereka mengatakan bahwa mereka ingin jalan-jalan dan mencari pacar. Tapi apa mau dikata mereka hanya mampu pasrah pada keadaan yang membelenggu jiwa merdekanya, bagaimanapun mereka harus komitmen dengan pekerjaan karena mereka harus memberi uang untuk keluarga mereka di kampung.

Sedih dan miris mendengarkan cerita mbak-mbak tersebut, apalagi setelah saya tahu bahwa gaji mereka sangat tidak sebanding dengan pengorbanan mereka sehari-harinya. Ingin sekali ngobrol dan membuat persetujuan ulang dengan pemiliknya yang kebetulan waktu itu sedang ada disitu, tapi saya pikir-pikir lagi tidak mungkin karena saya bukan siapa-siapa, apalagi melihat kondisi warung yang sangat-sangat sederhana dan biasa-biasa saja. Saya menyimpulkan sendiri bahwa si pemilik juga pasti bukan orang kaya, apalagi mbak-mbak itu cerita bahwa ibu pemilik warung juga ngontrak dan tidak punya rumah di jakarta.

Sambil makan saya terus mengobrol dengan mbak-mbak penjaga warung, saya baru sadar bahwa ternyata lauknya sangat tidak enak. Mohon maaf ya mbak, sopnya asin, bakwannya setengah basi, kerupuknya sudah tengik, kentangnya terlalu kering. Saya memang tidak bisa masak sama sekali, tapi untuk sekedar merasakan saya masih sanggup. Saya tidak menuntaskan makan saya, dan makanan saya masih tersisa sangat banyak terutama lauknya. Saya melihat mbaknya agak tidak suka dan akhirnya bertanya:
Si mbak: "lauknya tidak enak ya mbak?"
Saya: "ehm bukan tidak enak mbak, agak kurang cocok sama lidah saya"
Si mbak: "saya memang belum pintar masak sih, baru latihan dan coba-coba"
Saya: "oh begitu ya? enggak apa-apa mbak, masih mending kok dari pada saya tidak bisa masak"
Si mbak: "emang kenapa enggak bisa masak?"
Saya: "perempuan kan tidak harus bisa masak mbak? masak itu pekerjaan siapa saja yang suka"
Si mbak: "iya juga sih, lagipula sekarang banyak warung ya mbak, kalau laper tinggal beli saja"
Saya: "betul 100% buat mbak"
Si mbak: "mbak ini keren banget ya orangnya?"
Saya: "hehehe makasih, oya saya pamit dulu ya mbak? mau ada kegiatan lagi"
Si mbak: "hati-hati ya mbak, jangan lupa mampir kesini lagi?"
Saya: "insya allah ya mbak"

Keluar dari warung perut saya sangat mual karena tidak cocok dengan makanannya, akhirnya saya memuntahkan makanan tersebut. Mohon maaf bukan apa-apa tapi benar-benar tidak sanggup menahan mual lantaran teringat bakwan basi yang telah masuk ke dalam perut saya. Saya tidak pernah menyesal makan di warung tersebut, karena meskipun makanannya tidak enak tetapi pelayanannya sangat enak dan memuaskan. Justru saya sedang berfikir bahwa membuat orang senang ternyata jauh lebih enak dan mengenyangkan dari pada makan nasi yang enak dan mahal.
Continue Reading...

Wednesday, December 09, 2009

say no to corruption...

Berdialog dengan mahasiswa dan anak smu tentang korupsi di Indonesia.
Pertanyaan yang saya ajukan yaitu apa pengertian korupsi?
Jawaban mereka yaitu:
Korupsi adalah perbuatan melanggar ham.
Korupsi adalah perbuatan mengambil hak orang lain.
Korupsi adalah perbuatan memakan uang milik negara tanpa ijin.
Korupsi yaitu maling alias perampok.

Pertanyaan kedua yang saya ajukan yaitu, kenapa orang melakukan korupsi?
Jawaban mereka yaitu:
Karena maruk.
Karena kekurangan ekonomi.
Karena terpengaruh lingkungan.
Karena tidak punya iman.

Kesimpulan jawaban dari dua pertanyaan di atas yaitu bahwa koruptor sama dengan maling yang tidak punya iman.

Aksi yang akan dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat di Jakarta dan daerah-daerah merupakan aksi yang biasa-biasa saja, sehingga tidak pantas dan kurang layak jika Presiden menanggapi dengan buruk sangka. Dalam sistem demokrasi di negara manapun rakyat mempunyai hak penuh untuk mengontrol dan mengevaluasi program kerja dan kinerja pemerintahan. Sehingga seperti orang yang sedang dikritik karena kesalahannya, seharusnya Presiden tidak perlu was-was dan gemetaran ketika sedang dikritik oleh rakyatnya. Kritikan adalah masukan, kritikan adalah bentuk perhatian, dan kritikan dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja agar lebih baik lagi.

Presiden seharusnya tidak perlu panik secara berlebihan, karena rakyat tidak bermaksud berkepentingan secara mendalam. Rakyat hanya ingin yang terbaik dan terkeren untuk masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Bagaimanapun keadaan negara Indonesia adalah tanggung jawab bersama-sama, seperti halnya hutang yang dimiliki oleh bangsa ini adalah merupakan hutang bersama yang harus dibayar secara bersama-sama.

Banyak kalangan yang bilang bahwa Presiden sudah semakin menunjukkan otoritasnya, Presiden sudah semakin terlihat hampir seperti orde baru. Kasus hari anti korupsi sedunia dibesar-besarkan secara berlebihan, sehingga efeknya Presiden harus mensiagakan banyak pasukan untuk mengantisipasi aksi yang akan dilaksanakan tanggal 09-12-2009. Bukan tidak boleh mengantisipasi, tapi semestinya Presiden seharusnya mendukung aksi anti korupsi yang akan dilaksanakan pada tanggal 09-12-2009. Sekali lagi Presiden harus mengerti bahwa rakyat juga memiliki kuasa atas negeri ini, dan rakyat dapat menjatuhkan pemerintah jika memang pemerintah dianggap sudah tidak layak memimpin negeri ini. Jika Presiden tidak merubah gaya kepemimpinannya dan semakin menunjukkan otoritasnya, maka Presiden dipastikan tidak akan lama menjabat sebagai Presiden Indonesia yang baru.

Kaus Century yang menghilangkan uang sekitar 6,7 trilliun adalah fenomena yang sangat memiriskan hati. Bagaimana tidak, jika dengan uang sebanyak itu para ibu-ibu bisa membeli susu untuk anak-anaknya. Atau para anak putus sekolah bisa kembali melanjutkan sekolah tanpa biaya. Masih banyak kemiskinan yang harus diperhatikan dan dibela. Sehingga sepertinya sangat tidak manusiawi jika ada orang yang tega melakukan korupsi, sementara kondisi sekelilingnya masih termiskinkan oleh sistem yang ada di Indonesia.

Apapun alasannya korupsi adalah perbuatan yang menyengsarakan orang lain. Korupsi juga menyebabkan negara mengalami kerugian yang luar biasa. Sehingga bagaimanapun caranya korupsi di Indonesia dan di dunia harus dihapuskan dengan tuntas dan segera. Negara yang bebas dari korupsi adalah negara yang bersih dari perbutan keji dan mungkar. Negara yang bersih akan lebih fokus dan teliti mengurus kekurangan yang dimiliki oleh negerinya.

Katakan tidak pada korupsi di Indonesia dan di seluruh dunia, karena korupsi adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama manapun.
Continue Reading...

Friday, November 27, 2009

Desaku....

Mangga matang pada tempatnya.
Embun kering pada rumput-rumputnya.
Semak belukar tumbuh tanpa penghalang.
Keramaian tergambar dengan nyata.
Keramahan muncul tanpa kepentingan.
Senyuman diberikan tanpa pamrih.
Perhatian dicurahkan dengan tulus.

Lapangan ramai segerombol remaja kreatif.
Mereka berolahraga sambil menjalin silaturahmi.
Sesama tetangga saling memberi makanan.
Bahkan saling tukar menukar bumbu dapur.

Polusi udara hampir tidak terlihat.
Bunyi bising motor hampir tak terdengar.
Harga es hanya 500 perak.
Gorenganpun 500 perak.
Uang masih sangat aji.

Begitulah kehidupan di desa.
Kehidupan yang sesungguhnya penuh dengan kedamaian sejati.
Kehidupan yang penuh dengan kenyamanan.
Kehidupan yang damai dan sejahtera.
Kehidupan dengan rentang waktu yang sangat berharga.

Aku selalu rindu desaku.
Aku selalu ingin kembali memeluk harumnya embun pagi.
Aku selalu ingin membelai rumput lapangan dengan kakiku.
Aku selalu ingin bisa bermain air dilautku.
Mencari kerang-kerang di batu karang.
Naik sepeda menuju pasar tradisional.
Bersilaturahmi kerumah teman-teman lamaku.
Bertegur sapa dengan tulus kepada semua orang.

Kota hanyalah lautan curahan obsesi.
Kota hanyalah tempat pencarian.
Kota hanyalah ladang ilmu.
Kota hanyalah pembelajaran untuk pembelajaran peradaban.
Kota bagiku hanyalah tempat persinggahan.
Persinggahan untuk menjadi orang.
Persinggahan untuk mengerti diri.
Persinggahan untuk menggali.
Persinggahan untuk prestasi.

Sampai kapanpun.
Jiwa dan ragaku akan tetap kembali kedesaku.
Hati dan rasaku akan selalu merindukan tanah kelahiranku.
Darah dan nadiku tetap kupersembahkan untuk kampungku tercinta.
I love my village with all sincerity.
Diperbarui 11 detik yang lalu · Komentar · SukaTidak Suka
Continue Reading...

Tuesday, November 24, 2009

Sepeda...

Waktu kecil sepeda menjadi sahabat bagiku dan teman-teman sebayaku.
Sepeda selalu menemani langkah ayuhan kakiku.
Kami selalu akur dengan penuh kebersamaan.
Kemanapun kumelangkah sepeda selalu menyertaiku.
Tidak hanya ketika SD, bahkan SMP dan SMU pun aku masih berteman dengan sepeda.
Ketika SD temanku itu bernama BMX.
Ketika SMP temanku itu berganti nama menjadi Federal.
Ketika SMU temanku itu berganti nama lagi menjadi Jengki.
Pergantian itu bukan bermaksud untuk selingkuh.
Tetapi lebih pada penyesuaian keuangan orang tuaku.
Beliau membelikanku sepeda sesuai dengan minimnya keuangan yang ada.
Akupun menerima tanpa pernah menuntut.
Apalagi menuntut untuk memiliki motor.
Aku menerima dengan lapang dada.
Bahkan dengan kebahagiaan yang membuncah.
Karena bersepeda pada hakikatnya adalah menyehatkan.
Bersepeda sama dengan berolah raga.
Bersepeda sama dengan membangkitkan semangat hidup.
Bersepeda sama dengan bersentuhan langsung dengan angin sepoi-sepoi.

Bersepeda di kampung tentu beda dengan bersepeda di kota.
Di kampungku sampai saat ini masih banyak pengguna sepeda.
Mereka anak-anak sekolah masih menikmati senangnya bersepeda.
Meskipun tidak sedikit juga yang mulai bergelayut dengan motor.
Anak-anak pengguna sepeda rata-rata anak-anak yang hidupnya penuh semangat.
Mereka begitu menikmati hidup dan terpancar dari kayuhan kaki mereka saat menggenjot.
Bersepeda di kampung bukan hal yang memalukan.
Bahkan merupakan hal yang sangat dimaklumkan.

Berbeda dengan bersepeda di kota.
Orang-orang pengguna sepeda di kota bukan orang miskin.
Mereka adalah orang-orang kaya yang hanya mengambail satu inisiatif beda.
Inisiatif untuk berolah raga dengan santai.
Inisiatif untuk menghilangkan kebosanan karena seringnya menggunakan mobil.
Inisiatif untuk tampil beda.
Meski jalanan ibu kota tidak mendukung 100%.
Banyak pengguna jalan yang hampir tidak mengerti pengguna sepeda.
Mereka mengencangkan klakson hanya untuk menyingkirkan sepeda.
Atau minimal hanya untuk menganggap betapa pengguna sepeda sangat mengganggu.
Sangat mengganggu pengguna motor dan mobil.

Sore itu aku sedang bersepeda.
Euforiaku tiba-tiba mengembang terhadap sebuah sepeda yang terparkir di depan Primagama.
Sepeda itu punya teman dekatku.
Dua hari sebelumnya aku telah menggunakan sepeda itu untuk berolah raga.
Aku melakukan perjalanan sejauh 10 km.
Didampingi temanku.
Dia menggunakan motor disamping sepedanya yang dinaiki aku.
Sore itu aku tiba-tiba ingin meminjam sepedanya lagi.
Bermaksud jalan-jalan ke arah timur.
Kujalankan niatku dengan tulus ikhlas.
Sepanjang perjalanan aku disebalkan dengan beberapa orang.
Yang akhirnya harus kumaki-maki karena mereka memakiku.
Memakiku karena mereka menganggap aku bersepeda dengan ceroboh.
Begini ceritanya:

Cerita I
Aku mau nyebrang ke kiri dan ternyata dibelakangku ada motor dengan pengendara seorang perempuan berjilbab.
Dia: "Woi ngawur jalannya"
Aku: "Woi biasa aja kali tidak usah teriak-teriak, lebai banget sih mbak"
Dia: "Huh dasar"
Aku: "Eh tidak usah sewot ya, biasa aja kali, ribet amat jadi orang"
Aku melihatnya sangat kesal dan sambil berlalu, aku sebenarnya tidak terima tapi akhirnya nalar rasaku mengatakan bahwa aku tidak perlu berdebat dengan orang-orang sinting kayak dia.

Cerita II
Waktu aku pulang dari jalan-jalan tersebut, dibelakangku ada mobil mewah dengan pengendara seorang laki-laki.
Dia mengklakson aku sekali, dua kali, akhirnya sampai tiga kali.
Pada klakson ketiga aku langsung memalangkan sepedaku di depan mobilnya.
Aku: "Berhenti sekarang juga"
Dia: "Tersenyum sambil membuka kaca mobil"
Aku: "Maksudnya apa mengklakson sampai berkali-kali gitu, ada masalah?"
Dia: "Masih senyum-senyum"
Aku: "Ini jalanan umum tidak ada ceritanya bagi sepeda dilarang lewat sini, tidak usah macam-macam deh"
Dia: "Tetap tersenyum dan menutup kaca mobilnya"
Aku: "Dasar orang kaya aneh"

Begitulah cerita pada sore hari itu.
Aku pikir tidak perlu disimpulkan.
Satu hal yang pasti.
Bahwa kita masih sering meremehkan orang lain, tanpa tahu maksud dan keinginan orang lain tersebut.
Pakailah motor seperlunya.
Dan gunakan sepeda semampunya.
Hidup alam sehat.
Hehehehe.
Makasih sobat, telah mengingatkanku untuk bersepeda.
Continue Reading...

Monday, November 23, 2009

Membuntuti Makna....

Hari itu terik matahari begitu menyengat kulitku, perjalanan baru sampai daerah Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Saat saya menanjak arah ke Pasar Kebayoran Lama saya melihat segerombolan anak-anak dengan seragam smu sekitar 40 orang berjalan dikanan kiri jalan raya tersebut. Saya tiba-tiba berfikir bahwa mereka sedang akan melakukan tawuran. Karena keyakinan yang sangat subjektif dan karena kepentingan ingin tahu, saya membuntuti teman-teman smu tersebut. Saya melihat mereka sedang membajak metro mini dan saya melihat dibelakang metro mini ada polisi yang hendak membubarkan mereka. Anak-anak langsung naik ke atas metro mini sebagian lagi naik mobil pick up, dan bus metro mini langsung tancap gas dengan kencangnya. Saya langsung meluncurkan motor saya dengan sangat cepat agar tidak ketinggalan kecepatan metro mini.

Di daerah Permata Hijau saya melihat anak-anak yang di mobil pick up pindah ke metro mini jurusan Joglo, jalanan sempat macet karena jumlah mereka lumayan banyak. Saya tidak mempedulikan klakson motor dan mobil dibelakang saya, yang saya perhatikan hanya satu kerjasama mereka untuk saling tolong menolong saat menaiki metro mini bajakan tersebut. Setelah semua naik ke metro mini, metro kembali melaju dengan kencangnya, saya juga ikut mengencangkan motor saya agar tidak tertinggal terlalu jauh. Sampai Joglo metro mini berhenti dan anak-anak pindah bus metro mini arah ke Ciledug. Saya masih setia mengikuti mereka meskipun pakaian seluruh badan telah basah kuyup, dan saya telah merasakan kedinginan yang teramat dalam.

Mereka berhenti di depan smu swasta dan saya kira mereka akan tawuran sama smu tersebut, ternyata mereka hanya berhenti dan menuju kompleks perumahan di daerah Ciledug lewat jalur belakang. Karena mereka jalan kaki, laju motor saya kurangi supaya tidak keteteran membuntuti mereka. Langkah mereka begitu cepat dan tergesa-gesa, mereka juga terlihat kedinginan oleh air hujan. Satu lagi yang saya yakin mereka pasti kelaparan dan kehausan karena jalan lumayan jauh. Pengen sekali bisa bergabung dengan mereka sekedar untuk berbagi minuman atau makanan snack, tapi saya takut mereka curiga dengan saya. Tiba-tiba saya kehilangan mereka dan saya langsung mempercepat laju motor saya agar bisa mengejar mereka. Waktu ditikungan saya kaget saat laju motor cepat saya berpapasan dengan segerombolan mereka yang sedang nogkrong dengan nyamannya. Saya kaget karena dijegat mereka, dan karena sudah terkepung saya langsung pura-pura bilang: "maaf bukan murid-murid saya kan?". Pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu saya tanyakan, karena jelas-jelas yang disitu bukan murid-murid saya. Setelah mereka menjawab: "bukan" saya langsung ngacir dengan motor saya.

Saat ngacir tersebut tiba-tiba saya merasa kasihan dengan mereka, saya tahu mereka pasti sangat lapar dan haus, apalagi baju mereka basah kuyup oleh air hujan. Saya puter balik dan berhenti di warung tegal sederhana semi permanen, berharap bisa membelikan mereka minum dan roti. Saat saya merenung di warteg tersebut tiba-tiba ada empat anak-anak tersebut datang dengan maksud membeli minum dan roti untuk teman-temannya. Saya langsung tersenyum dan menyapa mereka, mereka juga ikut tersenyum meski agak sinis. Saya memperkenalkan diri dan saya mengakui bahwa saya telah membuntuti mereka dari Kebayoran Lama. Saya minta maaf apabila mereka ada yang tidak berkenan, tetapi alhamdulillah mereka tidak masalah dan nyaman-nyaman saja. Akhirnya sebagai bentuk pertemanan dan sebagai bentuk permintaan maaf, saya membelikan mereka minum dan roti untuk mengganjal perut mereka. Saya berkenalan dengan mereka dan menawarkan diri untuk menjadi sahabat mereka. Mereka tidak memberitahu asal sekolah dan tidak memberi nomor hp ke saya, akhirnya saya yang berinisiatif memberikan nomor hp saya ke mereka.

Akhirnya saya mengaku kalau saya guru di salah satu smu swasta di Jakarta, saya berpamitan karena harus mengajar di Primagama. Saya mengucapkan terima kasih dan mengungkapkan kebahagiaan saya karena bisa berbagi cerita banyak kepada mereka. Saya pamit dan saya kaget karena masing-masing mereka mencium tangan saya. Saya kaget karena selama ini masyarakat begitu mengklaim mereka sebagai remaja yang bandel dan tidak tahu aturan. Ternyata klaim masyarakat tidak selamanya benar, bahkan dari peristiwa itu bisa kita simpulkan bahwa mungkin mereka kurang dari sisi diri mereka yang lain. Sementara mereka sempurna (baik) dari sisi mereka yang kita masyarakat tidak pernah tahu itu. Terima kasih kawan, teruskan pencarian hidupmu, jangan stagnan hanya pada tawuran tetapi carilah yang lebih bernilai dari itu semuanya, saya percaya kalian pasti mampu.
Continue Reading...

Friday, November 20, 2009

Sepak Bola Indonesia...

Sepak bola adalah salah satu cabang olah raga yang disukai dan diminati oleh banyak orang, tidak terkecuali saya pribadi. Olah raga sepak bola menjadi menarik menurut saya karena jenis olah raga yang dimainkan oleh banyak orang sehingga karena banyaknya orang tersebut sepak bola adalah satu jenis contoh olah raga yang didalamnya terdapat: saling kerjasama, saling tolong-menolong, saling bahu-membahu, dan saling kompak. Tanpa kerjasama yang solid antar masing-masing personal, sepak bola tidak akan berhasil mengegolkan bola ke gawang musuh.

Saya menyukai sepak bola sejak saya kecil dan kebetulan karena rumah saya bersebelahan denga lapangan sepak bola. Saya hampir setiap ada pertandingan pasti menonton dari awal sampai akhir. Memang tujuan saya menonton awalnya karena ingin jajan, karena kebetulan setiap ada pertandingan antar desa para pedagang tiba-tiba menjamur. Namanya juga masih sekolah dasar, pasti doyan sama yang namanya jajanan. Lama kelamaan orientasi saya nonton bola bukan lagi jajan tetapi benar-benar ingin mendukung sepak bola dari desa saya. Saya mulai menggerombol dengan perempuan-perempuan dewasa, dan saya juga mulai belajar mendukung tim desa dengan berteriak-teriak. Bahkan para perempuan-perempuan tersebut tidak jarang membawa kertas yang sudah dipotong-potong untuk ditaburkan saat tim desa saya memasukkan bola ke gawang musuh.

Kemeriahan atas kemenangan begitu rupa dan begitu riuhnya, hingga lawan merasa tidak suka karena dipermalukan oleh para penonton. Kemeriahan orang-orang didukung dengan berhamburannya mereka ke tengah lapangan saat bola berhasil masuk ke gawang. Bahkan tidak hanya keriangan makian juga sering menghiasi mulut untuk sekedar membuat jengkel tim sepak bola lawan. Saya begitu menikmati situasi tersebut tanpa protes, apalagi jika para pemain bola lawan cakep-cakep. Sudah rahasia umum bagi para perempuan untuk menyukai para pemain yang cakep-cakep, meski niat menonton tidak untuk cakep saja tetapi benar-benar karena ingin mendukung tim sepak bola dari kampung.

Saat dewasa saya masih suka bola meskipun tidak lagi intens dan rutin. Bola bagi saya hanya sekedar untuk hiburan jika sedang tidak banyak kerjaan. Tetapi akan saya lupakan jika saya benar-benar tidak punya waktu dan sibuk dengan rutinitas pekerjaan. Semua kembali membuncah saat ada film garuda didadaku, saya menonton dan mengamati ketika nonton di 21. Sebagai guru PPKn saya begitu bangga dan terharu dengan film tersebut. Bangga karena penulis skenario dan sutradara begitu hebat menggambarkan alur film dan terharu karena ada pesan moral dalam film tersebut. Pesan moral yang sungguh luar biasa yaitu: bahwa seburuk apapun citra persepakbolaan Indonesia, kita tetap tidak punya hak mengklaim tim nasional Indonesia, bagaimanapun mereka telah memberikan yang terbaik untuk negara Indonesia.

Saya mengajak murid-murid dan mahasiswa saya untuk menonton film garuda didadaku. Saya tidak akan mendogma mereka, saya hanya ingin mereka menikmati dan mengambil hikmah dari film tersebut. Saya ingin para murid dan mahasiswa saya juga sepakat dengan saya, bahwa masih ada harap untuk tim nasional Indonesia terutama untuk timnas usia mudanya. Saya juga ingin murid-murid dan mahasiswa paham bahwa ada banyak kesalahan yang harus dibenahi secara bersama-sama. Buruknya citra persepakbolaan Indonesia tidak mutlak karena kualitas SDM para pemain, tetapi ada sistem yang bermain didalamnya. Banyak sistem yang harus dirombak secara total, banyak pola permainan yang harus segera diperbaharui demi majunya timnas Indonesia dimasa yang akan datang.

Beberapa waktu lalu saya nonton pertandingan bola di senayan, pertandingan antara Indonesia dengan Kuwait. Saya nonton bareng dengan murid-murid saya yang kebetulan rata-rata anak kelas tiga ipa dan ips. Kita berangkat bareng dan menyewa mikrolet, suasana begitu riuh dan menyenangkan atas keramaian anak-anak. Saya bangga dengan mereka, karena semangat nasionalisme yang terpancar dari mukanya sama sekali tidak ternilai oleh apapun. Mereka bilang: bahwa mereka menonton untuk mendukung dan juga untuk bilang kesemua orang bahwa mereka mencintai Indonesia dengan titik darah penghabisannya.

Kebahagiaan kembali membuncah dengan sempurna saat kami tiba di senayan, begitu banyak orang yang hadir di senayan dalam rangka membeirkan support bagi tim nasional Indonesia yang akan bertanding melawan Kuwait. Kita merangsek masuk dengan sedikit memaksa karena pintu hanya dibuka satu jalur, dengan berdesak-desakkan akhirnya masuk juga ke dalam senayan. Riuh, rame, penuh sesak, penuh keriangan dan penuh semangat nasionalisme. Selama pertandingan semua penonton antusias memberikan dukungan lewat: teriakan, tabuh gendang, terompet, mengibarkan bendera merah putih, dan masih banyak lagi cara-cara digunakan untuk menyenangkan para pemain tim nasional Indonesia.

Tidak hanya bola tentunya, bangsa Indonesia harus bangga dengan apa yang dimiliki oleh Indonesia. Sepak bola hanya menjadi gambaran riil saja, dan hanya menjadi cerminan atas cabang-cabang olah raga yang lainnya. Warga negara Indonesia harus optimis menatap masa depan, termasuk harus menyiapkan generasi mudanya agar berperan dalam tim nasional Indonesia. Semua yang ada di Indonesia harus lebih baik lagi dibandingkan masa-masa yang kemaren. Pesimisme harus dikubur dalam-dalam dan jangan dimunculkan lagi, karena pesimisme adalah ladang kehancuran bagi setiap bangsa. Hidup Indonesiaku saat ini dan maju Indonesiaku di masa yang akan datang. Yakinlah bahwa masih banyak generasi muda yang layak kita percaya dengan sempurna.

Bahkan kita harus sepakat bahwa kebaikan itu sangat subjektif sifatnya. Klaim mutlak yang selama ini kita luncurkan untuk para generasi muda Indonesia, menurut saya terlalu kejam dan membabi buta. Anak-anak pelajar yang kita anggap bermasalah dan bejat, mereka adalah anak-anak baik dalam sisi lain. Disitulah kita musti bertanya, sudahkah kita baik, sehingga kita seolah berhak mengklaim mereka?
Continue Reading...

Monday, November 16, 2009

Mengantuk...

Penyebab mengantuk saat berkendaraan roda dua (motor)...
1. Malam harinya kurang tidur/tidak cukup istirahat
2. Suka bergadang malam-malam entah karena tugas atau cuma kongkow-kongkow saja
3. Dasar suka ngantuk dari kecil
4. Kurang makan makanan yang bergizi
5. Tidak konsentrasi saat mengendarai motor
6. Dalam keadaan tidak sehat/sakit
7. Kurang minum air putih
8. Terlena dengan sepoi angin

Ada beberapa tips untuk mengatasi mengantuk saat berkendaraan roda dua (motor)...
1. Jika dijalan ada tempat untuk berwudlu segeralah berhenti dan mangambil air wudlu, tidak harus sholat minimal membasahi diri dengan air.
2. Ikatan slayer/masker jangan terlalu kencang.
3. Buka kaca helm lebar-lebar supaya muka kita terkena angin sejuk jalanan.
4. Senam muka berulang-ulang.
5. Dengarkan musik keras-keras tapi harus hati-hati takut tidak dengar klakson.
6. Makan permen yang pedes atau asem sekalian.
7. Ingat lagu-lagu yang kamu suka dan menyanyilah dengan keras, tidak usah malu dilihatin orang.
8. Selonjorkan kaki kedepan agar lebih rileks.
9. Gerakkan kepala ke kanan dan ke kiri.
10. Pelototin pengendara di sebelah kanan dan kiri cari yang mukanya seger.

Jika cara-cara di atas masih kurang efektif dan efisien, ada dua cara yang sepertinya mujarab untuk dipakai yaitu:
1. Siapkan cabe rawit yang pedas di saku jaket anda, taroh dimulut anda satu biji dan jangan diapa-apain sampai anda mulai mengantuk. Jika anda sudah mulai mengantuk gigitlah cabe tersebut pelan-pelan sampai terasa pedasnya, dijamin rasa ngantuk anda akan hilang dengan segera.
2. Atau cari tempat aman untuk memarkir motor anda dan kunci rapat-rapat, rebahkan diri anda di tempat tersebut hingga dua jam atau sampai rasa kantuk anda hilang, dijamin setelah bangun tidur rasa kantuk anda akan hilang dengan sendirinya, semoga motor anda tidak ikut hilang juga.

Rasa kantuk saat berkendaraan motor harus diatasi dan dicegah, karena jika dibiarkan akan membahayakan keselamatan sipengendara. Jangan sampai nyawa melayang gara-gara penyakit mengantuk yang tidak diinginkan oleh anda. Selamat mencoba ya kawan.
Continue Reading...

Sunday, November 15, 2009

Demonstrasi...

Masuk kelas bermaksud menyampaikan materi perkuliahan secara tekstual.
Sedikit tergelitik dengan orasi anak IMM yang mengajak mahasiswa yang sedang kuliah untuk demo.
Tergelitik dan teringat ketika dulu jaman suka demo.
Aku ingin mahasiswaku juga ikut merasakan betapa enaknya demo.
Betapa nikmatnya berpanas-panasan dijalan demi memperjuangkan sebuah aspirasi.
Aspirasi rakyat yang hampir tidak didengar lagi oleh penguasa.
Bukan menuduh tuli, tetapi memang rakyat sudah kehabisan suaranya.
Untuk sekedar bilang: bahwa mereka ingin hidup layak.
Atau minimal bisa makan sehari tiga kali.

Dengan bulat tekat aku putuskan untuk membubarkan kuliah.
Dan mengajak teman-teman turun ke jalan.
Mohon maaf, aku tidak meminta saran dari teman-teman.
Karena aku yakin banyak dari teman-teman yang keberatan.
Keberatan untuk turun ke jalan.
Tentu karena berbagai alasan yang mungkin aku tidak paham.
Tapi percaya teman-teman.
Niatku cuma satu: berjuanga untuk rakyat yang tertindas.
Tertindas oleh kepentingan subjektif penguasa.
Kepentingan atas nama sebuah kekuasaan.

Bahkan hak rakyat sebagai penguasa.
Tidak terhargakan dengan sempurna.
Pemerintah sering otoriter dalam sebuah kebijakannya.
Boro-boro meminta pendapat rakyat.
Bahkan keputusannyapun dianggap sebagai sebuah kemutlakan.
Kemutlakan yang wajib ditaati bagai perintah Tuhan.

Pukul 14.30 dua bus yang siap segera berangkat.
Menuju ke gedung DPR/MPR RI.
Untuk menyuarakan suara hati rakyat Indonesia.
Sayang, sebelum tiba di tujuan macet sungguh luar biasa.
Sehingga teman-teman harus berjalan lumayan agak panjang.
Tapi tak mengapalah.
Itung-itung untuk olah raga sore hari.
Tiba di gedung DPR/MPR RI saat bus meninggalkan tempat.
Hujan turun begitu derasnya tanpa kompromi.
Sehingga para demonstran tidak ada pilihan lain kecuali berhujan-hujanan.
Mengenang masa kecil dulu.
Meski aku sempat khawatir dengan kesehatan mereka.
Barangkali ada yang tidak pernah hujan-hujanan.
Tapi menjadi hilang ketika ada teman yang teriak:
Mahasiswa tidak takut mati.
Apalagi hanya sekedar air hujan.

Dari DPR/MPR RI masa menuju ke BPK.
Di BPK hujan tambah semakin deras.
Seolah memberi tanda, bahwa alampun ikut menangis atas Indonesia.
Menangis atas segala yang terjadi di tanah air.
Atas segala bentuk ketidak adilan.
Atas usaha mahasiswa yang sering tak terdengar.
Atau memang sengaja tidak didengar.

Di BPK aku menggigil sampe ketulang.
Dingin menusuk relung badan dengan mutlak.
Hujan semakin deras saja.
Seolah tidak menggubris rintihan kedinginan teman-teman.
Tidak hanya baju.
Jaketpun telah rata oleh basah.
Trauma atas dingin kembali merasuk.
Tapi aku paksakan untuk tetap eksis.
Atas nama sebuah perjuangan.
Karena aku tidak sendiri saat itu.
Ada banyak mahasiswa yang juga mempertaruhkan nyawanya.
Demi sebuah nilai.

Dari BPK maksudnya mau ke KPK.
Tetapi sopir salah jalan dan KPKpun terlewat dengan sempurna.
Akhirnya rombongan memutuskan untuk kembali ke Uhamka.
Untuk mengantarkan para mahasiswa kembali kekampusnya.
Tidak disangka dan tidak diduga.
Sopir bus tidak begitu tahu jalan.
Sehingga mahasiswa harus berlama-lama di bus.
Dalam keadaan kedinginan.
Bahkan air hujan meresap kedalam badan.
Tanpa ampun sama sekali.
Perasan air dari baju tiada henti.
Angin meniup menambah dinginnya badan.

Kesal dengan lambatnya bus.
Kesal dengan realitas kemacetan ibu kota.
Kesal dengan sopir dan kondektur yang tid hafal jalan.
Kesal dengan suasana hati karena kedinginan.
Kesal karena merasa bersalah dengan mahasiswa.
Merasa tidak enak atas keputusan yang aku ambil.
Bukan merasa tidak bermakna.
Tetapi lebih pada persoalan teknis.

Tapi kemudian aku berfikir.
Mungkin itulah realitas kehidupan kita.
Tidak seindah harap kita.
Tidak sesempurna ingin kita.
Tidak secantik hayal kita.
Dan tidak semulus usaha kita.
Bahwa hidup kita syarat dengan rintangan.
Bahwa hidup kita syarat dengan godaan dan cobaan.
Bahwa hidup kita sering merupakan ujian dari alam.

Terima kasih kawan-kawan mahasiswa.
Tanpamu perjuangan akan berakhir.
Tanpamu pemerintah akan kering masukan.
Tanpamu nilai tidak akan terkuak dengan sesungguhnya.
Maaf untuk yang kurang berkenan.
Ambillah hikmahnya.
Karena perjuangan kita masih panjang.
Perjuangan kita masih butuh proses yang lama.
Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan peduli...???
Continue Reading...

Wednesday, November 11, 2009

Banyak Tanya Di Indonesia...

Tanya yang hampir tanpa jawab.
Terlalu sering termuntahkan tanpa makna.
Hampir-hampir putus asa dibuatnya.
Mendiang diam saja dari pada kecewa.

Realitas hanya menjadi fisisme tak berguna.
Padahal banyak orang yang merasa mampu berteori.
Sayang teori itu untuk memenuhi harap individunya.
Tanpa ada rasa empati secuilpun.
Boro-boro empati, dirinya sendiri saja merasa selalu kurang.

Kemiskinan, kelaparan, dan segumpal penyakit masyarakat lainnya.
Berserakan dimana-mana.
Bukan tanpa peraturan.
Negeri ini begitu kaya akan hukum.
Bahkan begitu detail dan hampir sempurna.
Meski hukum itu menjadi bangkai.
Bangkai yang tak tersentuh oleh tangan.

Kepedulian menjadi subjektifitas personal.
Bukan lagi menjadi khasanah bersama.
Toleransi hanya menjadi kata yang sering tak bernilai.
Kekeluargaan, tolong-menolong, dan saling memberi.
Semua kabur lenyap bersama asap api dari sampah.

Negeri ini terlalu kaya untuk sebuah pemsikinan.
Negeri ini terlalu baik untuk sebuah penelantaran.
Negeri ini terlalu santun untuk sebuah pembohongan.
Negeri ini terlalu adil untuk sebuah ketimpangan.

Atau aku saja yang sesungguhnya tidak mengenal negeri ini dengan baik.
Mungkin aku terlalu terobsesi dengan negeri ini.
Atau bahkan aku terlalu berharap banyak dari negeri ini.
Harap yang kurasa diingini semua orang.
Karena semua orang pada hakikatnya butuh jawaban.
Jawaban atas banyaknya pertanyaan.
Pertanyaan yang selama ini tertunda.
Tertunda karena tulinya telinga.
Tertunda karena bungkamnya suara.
Tertunda karena mampetnya rasa.

Pun demikian.
Tentunya tak layak kita mengklaim secara brutal.
Karena aku yakin.
Sinar harap masih bertahan.
Meski sinar itu sudah hampir redup.
Karena tak terurus dengan benar.
Continue Reading...

Tuesday, November 10, 2009

Mati Lampu...

Kuliah dialihkan ke ruang sidang utama gara-gara mati lampu, ruangan yang biasanya dingin oleh ac menjadi sangat panas dan pengap. Hampir semua mahasiswa dan dosen merasa sangat gerah dan kurang nyaman dengan kondisi yang tidak diinginkan tersebut. Sebenarnya hidup sehari-hari tidak selalu menggunakan ac, paling dalam kondisi kerja saja yang benar-benar bersentuhan dengan ac. Tetapi terkadang kita menjadi sangat berlebihan ketika tiba-tiba berada di dalam kondisi titik penurunan. Meski titik penurunan tersebut seharusnya tidak perlu mengagetkan kita. Setelah saya amati dan saya juga merasakan kondisi kaget tersebut sebenarnya hanya menjadi kebiasaan manusia pada nalar yang berlebihan. Alhamdulillah tepat pukul 12.00 lampu di kampus Universitas Negeri Jakarta kembali menyala dan ac bisa kembali mendinginkan ruangan kuliah.

Pulang dari UNJ sekitar pukul 17.30 saya lewat daerah tanah abang arah ke palmerah lurus kemudian bisa tembus kebayoran lama. Di daerah setelah pasar kebayoran lama yang dalam saya menyelinap masuk ke dalam gang kecil yang setahu saya bisa tembus ke dosqi. Ternyata saya salah jalan dan gang yang saya ambil adalah gang yang sangat kecil dan sempit dimana di dalamnya sangat padat dengan warga yang mukim. Awalnya saya biasa saja tetapi setelah saya amati betapa padatnya rumah-rumah kontrakan yang ada. Barang-barang rumah tangga, motor, sepeda, terlihat angkuh berserakan ke luar rumah. Kepadatan terlihat begitu lengang dalam gelapnya malam, akan kondisi itu saya jadi teringat ketika pertama kali saya datang ke Jakarta. Saya ketika itu transit di rumah bulek saya di daerah jakarta timur. Bulek saya ngontrak di dalam kompleks kontrakan yang juga padat akan orang-orang yang rata-rata orang jawa. Saya teringat kala tinggal di bulek karena saya terkesan pertama kali dengan jakarta saat tinggal di daerah jakarta timur di tempat bulek saya.

Kala itu jakarta begitu mengesankan karena begitu berbeda dengan kampung saya di jawa tengah. Jakarta menjadi sesuatu yang menarik sekaligus memprihatinkan untuk disaksikan dengan mata telanjang. Menarik dengan bangunan gedung-gedung pencakar langitnya, memprihatinkan karena adanya rumah-rumah kumuh dan banyaknya anak-anak jalanan yang terlantarkan oleh negara. Saya kala itu menjadi begitu terobsesi dengan jakarta karena ingin banyak belajar tentang kemajuan sekaligus ingin tahu kenapa banyak orang memilih merantau ke jakarta. Obsesi saya kemudian menjadi tujuan hidup saya pasca kuliah di semarang jawa tengah.

Sampai di daerah bintaro keadaan sama gelapnya dengan di kebayoran lama, ternyata bintaro juga sedang mati lampu karena pemadaman bergilir. Saya masuk kontrakan dengan kondisi gelap gulita hanya diterangi sebatang lilin di dekat kamar mandi. Tidak perlu marah dengan kondisi yang ada meski sejatinya saya tidak begitu nyaman dengan gelap. Saya merasa tidak nyaman karena saya agak takut dalam gulita yang berada diruangan sempit yaitu di kamar, kecuali ada yang menemani saya. Gelap bagi saya adalah kesuraman dan kepengapan yang jauh dari makna. Otak saya menjadi sangat tumpul ketika dalam keadaan gelap, ketakutan saya tiba-tiba muncul tak terkendali dengan benar. Mungkin itulan yang dinamakan dengan phobia yang berlebihan yang seharusnya tidak perlu saya rasakan. Karena phobia pada dasarnya bisa diterapi atau bahkan dimusnahkan.

Apalagi mati lampu ketika saya tidak siap untuk mati lampu, semalam pukul 02.00 malam tiba-tiba mati lampu. Saya terbangun dengan kaget dan langsung panik karena kamar saya gelap gulita. Saya bingung karena sendirian dalam kegelapan. Tapi untungnya semalam kondisi badan saya agak kurang enak pasca pelatihan di bekasi, sehingga ketakutan saya terkubur oleh kelelahan yang saya rasakan. Alhasil saya kembali tidur terlelap tanpa dibayangi phobia akan gelap yang menyelimuti.

Wahai pemerintah tidak ada yang melarang anda memadamkan listrik secara bergilir, selama tidak merugikan kepentingan masyarakat. Bagaimanapun lampu adalah sumber kehidupan bagi warga masyarakat apalagi masyarakat ibu kota. Malam hari bagi orang-orang jakarta adalah aktivitas tambahan yang belum bisa diselesaikan di kantor. Sehingga jika pemadaman terlalu lama maka akan menghambat kerja tambahan di rumah. Usul saya boleh pemadaman tapi jangan terlalu lama dan kalau bisa gardu yang rusak bekas kebakaran segera untuk diperbaiki, sehingga pemadaman tidak perlu lagi terjadi.
Continue Reading...

Wednesday, November 04, 2009

Ruma Rumaida...

Bersama teman-teman pelajar aku melenggang ke 21 untuk menonton film baru.
Kami berjumlah sekitar 16 orang ditambah sekitar 8 orang yang telat jadi semuanya 24 orang.
Teman-teman yang telah tidak sengaja telat, mungkin hanya susah saja untuk terbiasa disiplin.
Maklum masih anak-anak pelajar.
Meski pelajar seharusnya bukan komunitas untuk bermalas-malasan.
Justru pelajar seharusnya menjadi tonggak teladan bagi generasi dibawahnya.
Pelajar harus mampu meyakinkan generasi tua.
Pelajar harus memberikan konstribusi nyatanya untuk negara Indonesia.

Aku mengajak teman-teman pelajarku nonton ruma rumaida karena alasan film bagus.
Bagus meski secara subjektif.
Bagus karena film tersebut bercerita tentang pendidikan yang tersia-siakan.
Bercerita tentang anak jalanan yang tidak terperhatikan.
Bercerita tentang para pejuang jalanan yang disepelekan.
Bercerita tentang penggusuran.
Bercerita tentang sejarah Indonesia yang diperoleh dengan tumpahan darah.
Bercerita tentang betapa anak muda saat ini sangat loyo.
Bercerita tentang terjadinya sumpah pemuda.
Bercerita agar anak muda mengilhami semangat para pemuda pada masa itu.

Perjuangan harus diperjuangkan oleh semua orang.
Kemerdekaan harus secara substansial bukan sekedar fisik.
Kemerdekaan harus menyeluruh dan sempurna.
Kemerdekaan berarti pengentasan kemiskinan.
Kemerdekaan berarti bebas dari hutang.
Kemerdekaan berarti kesejahteraan.
Kemerdekaan berarti terbitnya keadilan.
Kemerdekaan berarti bebas dari penindasan.
Kemerdekaan berarti lepas dari penjajahan baik fisik maupun non fisik.

Tidak pantas memang jika hanya mengeluh.
Tanpa tahu harus berbuat apa.
Bagaimanapun ketakutan berasal dari diri sendiri.
Sama halnya dengan keberanian yang juga muncul dari kesadaran diri.
Hilangkan ketakutan untuk melawan.
Munculkan keberanian untuk maju tanpa harus menoleh kebelakang.

Kuamati wajah teman-teman pelajarku begitu serius.
Mereka bangga dengan maida seorang perempuan gigih dan tangguh.
Aku yakin teman-teman pelajarku terinspirasi untuk menjadi seperti itu.
Terinspirasi untuk menjadi seorang pejuang.
Pejuang bagi ketidak adilan dan penindasan yang terstruktur.
Bangkitlah teman-teman pelajarku.
Kepadamulah bangsa ini berharap.
Kepadamulah bangsa ini menyandarkan diri.
Kepadamulah bangsa ini berteduh.
Demi kelangsungan masa depan bangsa tercinta ini.

Kata teman-teman pelajarku:
"Filmnya bagus banget,
aku ingin seperti maida,
memerah keringatnya tanpa harga,
mencuatkan tenaganya tanpa kesal,
memberikan pikirnya tanpa sesal,
meluapkan cintanya untuk anak-anak Indonesia"

Aku balas kata-katanya dengan:
Senyuman dukungan.
Senyuman kebahagiaan.
Senyuman keyakinan.
Continue Reading...

Monday, November 02, 2009

Cagito Ergo Sum...

Ketika saya berfikir saya ada...

Saya ada karena diadakan...
Saya tidak ada karena saya ditiadakan...

Ada kehidupan...
Ada kematian...

Ada permulaan...
Ada akhir...

Ada pertemuan...
Ada perpisahan...

Kebahagiaan karena diusahakan...
Kesedihan juga karena ada sebab...

Kecerdasan karena berfikir...
Kebijakan karena kebaikan...

Ada untuk kemanfaatan...
Ada untuk dibutuhkan...

Ketika saya berfikir bahwa saya ada...
Maka saya sadar bahwa saya memang nyata...

Ketika saya ragu bahwa saya ada...
Maka saya setengah sadar bahwa saya memang tidak ada...

Eksistensi bukan sekedar fisis...
Eksistensi adalah perpaduan atas nama kesempurnaan...

Kesempurnaan yang diterjemahkan oleh persepsi subjektif kita...
Sehingga ketika kita berfikir maka kita ada dan kita eksis....
Continue Reading...

Sunday, November 01, 2009

Musibah...

Selesai kegiatan FGD di YJP Pancoran saya memutuskan mampir ke rumah teman saya di daerah Pejaten Timur sebut saja namanya Ana. Karena baru sekali kesana, saya sempat salah masuk gang beberapa kali sampe akhirnya saya menemukan gang rumahnya yang benar. Tepat saat saya mau belok kanan masuk ke gang rumahnya ada seorang anak muda laki-laki jatuh dengan motornya karena menabrak taksi. Saya kaget karena kejadian itu persis di depan mata saya. Saya langsung turun dan berusaha membantu pemuda tersebut, orang-orang berdatangan dan langsung meminggirkan motor si pemuda tersebut. Pemuda tersebut terlihat kaget dan sangat lelah, saya mengamati luka-lukanya dan alhamdulillah tidak banyak luka. Saya tidak terlalu lama disitu dan mensegerakan untuk kembali mencari rumah teman saya. Sesaat sebelum saya pergi, supir taksi terlihat ingin meminta ganti rugi atas kerusakan taksinya kepada si pemuda tersebut. Saya tidak tega aja membayangkan bahwa ternyata si pemuda itu tidak cukup memiliki banyak uang untuk menggantikan kerusakan taksi tersebut.

Sehari sebelumnya saya juga melihat kecelakaan di daerah Kampung Melayu Jakarta Timur, tabrakan beruntun di depan mata saya menyebabkan salah seorang pembonceng mengalami luka parah hingga pingsan. Saya tidak berhenti sama sekali karena alasan saya harus segera menjenguk teman saya ke rumah sakit di daerah kemayoran. Bukan tidak peduli, tapi saya berfikir jalanan pasti akan macet jika saya juga harus memarkir motor saya di pinggir jalan raya, sementara para pengendara lainpun melakukan hal yang sama seperti saya.

Sehari sebelum kecelakaan di Kampung Melayu, saat lewat daerah senayan arah mau ke Pakubuwono saya juga ditabrak oleh dua motor. Untung saya bisa tetap seimbang sehingga tidak jatuh total, tetapi sayangnya dua pengendara motor tersebut malah jatuh secara bersama-sama. Saya awalnya mau berhenti tapi setelah saya pikir-pikir akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan mereka. Bukan lari dari masalah, karena justru sayalah yang ditabrak oleh mereka.

Saya tidak tahu kenapa kejadian itu bisa berurutan dalam selanga tiga hari, yang pasti saya masih yakin bahwa kelalaian kita memang cenderung mencelakakan diri kita sendiri. Karena bagaimanapun diri kitalah yang bertanggung jawab atas diri kita, bukan orang lain. Orang lain hanya menjadi teman bagi kehidupan kita, itupun hanya dalam wilayah fisis yang kasat mata. Teman kita tidak bisa masuk secara mendalam dalam wilayah hidup kita, karena hanya diri kitalah yang paham akan karakter diri kita.

Kembali ke daerah Pejaten Timur, saya akhirnya menemukan rumah teman saya, saya dapati rumahnya gelap gulita. Tapi setelah saya telephone teman saya keluar rumah dan membukakan pintu untuk saya, ternyata dia terlihat baru menyelesaikan sholat maghrib. Saya memarkir motor saya di garasi rumahnya dan saya langsung merebahkan diri ke sofa di ruang tamunya yang begitu empuk. Saya beristirahat sebentar karena merasa begitu lelah, kemudian saya berbincang dengan teman saya tentang UTS mata kuliah filsafat ilmu yang akan dilangsungkan hari senin. Teman saya menawari saya makan dan telah menyiapkan makanan untuk saya di meja makan.

Saya meluncur ke meja makan dan karena tidak tahu saya langsung membuka rice cooker yang berada di pojok meja, teman saya langsung bilang bahwa nasi sudah ada di meja. Saya tidak melihat nasi di meja karena nasi tersebut sangat sedikit, dan sepertinya teman saya memang sedang kehabisan nasi karena di rice cooker terlihat sedang ada beras yang baru dimasak. Saya awalnya tidak paham dan langsung makan, ternyata saya lihat teman saya tidak ikut makan, dia beralasan bahwa dia sudah makan. Sambil makan saya jadi berfikir bahwa sebenarnya dia hanya sedang mengorbankan dirinya untuk saya, seorang tamu yang mungkin harus dihormatinya.

Jadi inget cerita pada jaman nabi, nabi pernah mendapat seorang tamu dan kebetulan hidangan dirumah tidak cukup untuk dimakan bersama-sama. Akhirnya kalau tidak salah ingat lampu dimatikan sehingga saat tamu makan dia tidak tahu bahwa nabi tidak sedang makan karena tidak cukupnya makanan yang tersedia. Nabi sangat menghormati dan memuliakan sang tamu, bahkan kita diajari untuk menghormati tamu semaksimal yang kita mampu. Seperti halnya penerima tamu, si tamupun juga harus memuliakan tuan rumahnya, sehingga jika kita sedang bertamu hendaknya jangan menyakiti si tuan rumah dengan tidak meminum atau tidak mencicipi hidangan yang disediakan.

Saya belajar dua hal dari kejadian itu: musibah dan menghargai orang lain. Musibah yang terjadi pada diri kita atau teman kita menurut saya adalah bagian dari hidup kita yang sangt kompleks. Musibah bagian dari kehidupan kita, karena manusia tidak mungkin selamanya bahagia. Sama halnya dengan kabahagianpun merupakan bagian dari hidup kita, karena manusia tidak selamanya akan sedih. Menghargai orang lain adalah suatu kewajiban dan bukan pilihan lagi, karena kita akan dihargai orang ketika kita telah menghargai orang lain. Bagaimanapun perbuatan baik akan di balas dengan perbuatan baik, itu sudah menjadi hukum alam.
Continue Reading...

Wednesday, October 28, 2009

I Love Indonesia...

Satu nusa...
Satu bangsa...
Satu bahasa kita...
Tanah air...
Pasti jaya...
Untuk slama-lamanya...
Indonesia pusaka...
Indonesia tercinta...
Nusa bangsa dan bahasa...
Kita bela bersama...

Aku cinta Indonesia...
Bahkan aku sangat mencintai Indonesia...
Aku tidak peduli orang masih mempertanyakan cintaku...
Yang penting aku selalu cinta Indonesia...

Aku bangga menjadi warga negara Indonesia...
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya...
Mungkin saat ini Indonesia sedang terpuruk...
Tapi aku yakin suatu saat Indonesia akan bangkit dengan kesempurnaannya...

Aku sedih ketika tidak mampu menangsi untuk Indonesia...
Aku merasa bahwa empatiku untuk negeri ini dipertanyakan...
Aku iri ketika melihat para veteran meneteskan air mata ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya...
Ketulusan mereka tak ternilai...
Bahkan tak tergambarkan dengan fisis apapun...

Aku memang orang desa...
Aku memang tidak banyak tahu tentang teks dan konteks...
Tapi menurutku tidak berarti kita melarang anak-anak jalanan untuk cinta Indonesia...
Nurani manusia sama secara prinsip...
Empati tulus manusiapun aku pikir tidak jauh berbeda...

Semua warga negara Indonesia...
Mencintai negeri ini...
Mencintai dengan hati...
Mencintai dengan akal...
Mencintai dengan karya...
Mencintai dengan linangan air mata...

Para TKI tidak bosan kembali ke luar negeri...
Hanya untuk devisa...
Hanya untuk mengepakkan sayap Indonesia...
Mereka merelakan fisik dan jiwanya untuk dicaci dan dimaki...
Bahkan untuk mati...

Para petani rela berpanas-panasan seharian...
Bergelayut dengan lumpur dan terik matahari...
Untuk upah yang hanya cukup untuk sesuap nasi...
Keringatnya mengucur mengaliri badan...
Tapi mereka tidak pernah mengeluh...
Meski hasil panen mereka tidak terhargai...
Pemerintah masih saja impor beras...
Di tengah banyaknya beras lokal...

Gelandangan di ibu kota juga selalu sabar...
Sabar dengan kesengsaraannya...
Sabar dengan penderitaan hidupnya yang hampir tiada akhir...
Sabar dengan kelaparan yang dirasa perutnya...
Sabar dengan ketidakpastian akan hari esok...

Para pelacur jalanan...
Kehilangan rasa takutnya akan HIV/AIDS...
Bukan tidak takut maut...
Tetapi mereka tidak cukup punya alasan untuk sekedar takut...
Anggapan orang yang melekat...
Bahwa mereka adalah sampah masyarakat tidak dihirau lagi...
Di depan matanya hanya sesuap nasi...
Masa bodoh dengan penderitaan dan ego laki-laki...
Yang tanpa kompromi ketika meniduri...
Air matanya terkuras tak tersisa...
Boro-boro kepada pemerintah...
Kepada Tuhanpun mereka enggan mengeluh...
Karena mereka terlalu malu untuk sekedar menyebut Tuhan...

Indonesia...
Bergairahlah...
Banyak yang menunggumu...
Banyak yang menyimpan harap atas keberhasilanmu...
Banyak yang menyayangimu...
Banyak yang membanggakanmu...
Tidak terkecuali orang-orang yang bahkan sama sekali tidak mengenalmu secara teks dan konteks...
Tetapi mereka punya secuil ruang hati untukmu...
Meski secuil...
Ruang itu begitu manis...
Ruang itu begitu cantik...
Ruang itu begitu indah...
Dan ruang itu tidak mengharapkan imbalan...
Darah mereka dimuntahkan untukmu...
Raga mereka diwakafkan untukmu...
Semangat mereka melebihi semangat para birokrat...
Percayalah...

Indonesia...
I will always love you with heart and soul. Until this life separate from my body.
Continue Reading...

28 Oktober...

Pemuda Indonesia adalah pemuda yang mempunyai jati diri.
Pemuda Indonesia adalah pemuda yang mempunyai keinginan.
Pemuda Indonesia adalah pemuda yang selalu optimis.
Pemuda Indonesaia adalah pemuda yang jujur.
Pemuda Indonesia adalah pemuda yang berani menatap masa depan, sepahit apapun masa depan itu.

Tidak perlu menangis dan tidak usah bersedih.
Tidak perlu berteriak dan tidak usah malu.
Tidak perlu gundah dan tidak usah gelisah.

Beginilah wajah Indonesia tercinta.

Seperti apapun Indonesia, sang merah putih tetap kebanggaan.
Seperti apapun Indonesia, bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu.
Seperti apapun Indonesia, kita tetap harus bangga menjadi warga negara Indonesia.

Jangan tanyakan konstribusi pemerintah untuk rakyat.
Tetapi tanyakan apa yang telah kita berikan untuk Indonesia?
Jangan-jangan kita hanya mampu berkata.
Tetapi sama sekali tak mampu memberikan makna untuk Indonesia.

Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren.
Hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Manusia tidak ada yang sempurna.
Tetapi bukan alasan pembenar bagi kita untuk tidak berkarya.
Indonesia butuh partisipasi kita.
Tunjukkan karya nyata kita.

Korupsi, penyakit masyarakat, ketidakadilan, kemiskinan, pengangguran dan lain-lannya adalah realitas yang tidak perlu kita ingkari.
Semua harus kita hadapi dengan kebijaksanaan.
Kebijaksanaan yang bernurani.
Tanpa kepentingan subjektifitas yang dibungkus dengan sutra.

Hampir susah membedakan.
Hampir malas memilah.
Hampir setengah hati menjadi wni.
Hampir lelah berkata.
Hampir menghilangkan empati dan simpati.

Tapi.
Hati kita tak sekotor ketakutan kita.
Nurani kita tak semati bangkai.
Jiwa kita tak sekotor limbah.
Otak kita tak selicik tikus got.
Sifat kita tak seburuk raja yang otoriter.

Masih ada hari cerah di esok hari.
Masih ada angin sepoi membelai wajah kita.
Masih ada hujan setelah musim kemarau.
Masih ada kebaikan di atas klaim keburukan.

Seburuk apapun Indonesia.
Banggalah menjadi warga negara Indonesia.

Berbaik sangkalah akan apa yang terjadi.
Lanjutkan baik sangka dengan konstribusi.

Indonesia hari esok.
Tergantung di tangan para pemudanya.
Continue Reading...

Monday, October 26, 2009

Nurani....

Pagi-pagi harus ngotot ngadepin dosen...
Lantaran keinginan beliau tak sama dengan keinginanku...
Mungkin juga keinginan hampir sebagian teman-temanku yang lain...
Hanya saja sepertinya teman-temanku memilih untuk mengalah...
Mengalah karena struktur birokrasi tingkatan...
Bahwa anak harus patuh pada orang tuanya...
Bahwa pembantu harus melayani majikannya...
Bahwa rakyat sepertinya harus hormat pada presidennya...

Akhirnya dalam kelelahan...
Aku dipaksa diam oleh temanku...
Aku dipaksa untuk mengerti bahwa aku hanyalah mahasiswa...
Aku lelah dan sedih...
Hampir kehilangan rasa sabar....
Dan dalam hati yang paling ujung, aku ingin kuliah jangan diganti hari jum'at...
Karena aku mempunyai kewajiban lain...
Yaitu mengajar...

Aku bilang ketemenku...
"Besok lagi tidak usah melarang aku bicara,
aku cukup mengerti tentang etika,
aku cukup paham tentang aturan-aturan,
dan aku cukup dewasa untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik"
Temanku hanya tersenyum penuh penyesalan...
Menyesal karena telah menginjak hakku...
Tapi dengan kepolosannya itu aku sangat memaafkannya...

Pindah cerita masih pada hari yang sama hanya beda kelas...
Aku agak gontok sama temanku...
Kata-katanya begitu sinis dan sadis...
Dia menyinggungku dan menuduhku akan hal yang tidak benar...
Mungkin ucapannya hanya gurau...
Tapi hatiku ketika sedang masam dan terluka...
Sehingga otakku sangat tidak jernih untuk sekedar mencerna makna...
Aku tidak terima dan aku langsung bilang kedia...
"Aku sudah bayar spp kok, apa urusanmu?"
Dia menjadi sangat tidak enak dan langsung diam...
Aku tidak tahu arti diamnya...
Penyesalankah?
Atau perenungankah?
Atau tidak kedua-duanya...

Selang hanya beberapa menit...
Temanku yang lain mengelak akan kesalahannya pada kuliah beberapa hari lalu...
Dia ngotot bahwa dia sudah menghubungi dosen...
Tetapi sang dosen nomornya tidak aktif...
Kejadiannya yaitu bahwa dosen yang kata temanku sudah dihubungi...
Tiba-tiba datang untuk mengajar...
Sementara teman-temanku sudah pada pulang semua...
Aku ngotot menjelaskan kejadian tersebut...
Tetapi dia jauh lebih ngotot dengan egonya...

Kuliah jam terakhir...
Disitulah aku tertawa...
Karena sang dosen memberiku kesejukan...
Kesejukan yang mencerahkan...
Juga bisa mendamaikan hatiku yang sepertinya sedang kacau atau acak...
Tertawaku sangat ku syukuri...
Tertawaku sangat ku ingini...
Tertawaku membuatku tersenyum akan diriku sendiri...
Karena dari tertawalah aku mampu sedikit memakna nilai...

Buru-buru lari keparkiran motor...
Jaraknya lumayan dekat dari gedung kuliah...
Agak ngeri karena mendung sudah bergelayut mesra...
Kutancap gas dan segera kabur...
Ternganga di perempatan pasar rumput...
Ada seorang perempuan duduk ditrotoar tanpa alas kaki...
Bajunya lusuh dan kumal...
Orang pasti akan bilang bahwa dia orang gila...
Takut ikut sepakat dengan pendapat orang, aku segera menepis klaim itu...
Aku memaksakan diri untuk bilang bahwa dia tidak gila...
Kuamati dengan setengah sempurna...
Dia mengambil plastik bekas es teh manis yang masih sedikit tersisa...
Kemudian diteguknya dengan kepasrahan dan kenikmatan...
Huuuuhhhh, aku tidak tega melihatnya...
Aku hampir turun menghampiri...
Tapi ternyata lampu hijau begitu cepat muncul...
Sehingga dengan penyesalan aku harus meninggalkanya...
Jauh dalam pandangan kasat mata...

Tentang orang gila...
Aku ingin menganggap mereka bukan orang gila...
Sehingga mereka harus menerima pengasingan...
Tidak ada manusia dibelahan bumi manapun yang ingin gila...
Bahkan ketika dikasih hadiah sekalipun orang dapat dipastikan memilih tetap waras...
Gila bukan pilihan...
Sehingga menganggap orang gila juga tentu bukan pilihan...
Percayalah...
Orang-orang gila itu...
Adalah orang-orang yang tidak menutup kemungkinan hatinya tidak gila...
Continue Reading...

Sunday, October 25, 2009

Berkaca dari Roti...

Hari ketika itu begitu terik
Kurasakan bahagia karena masuk ruangan ber ac
Tapi ternyata kebahagiaan itu seketika pergi menyelonong tanpa permisi
Kesejukan ac yang kubayangkan dimatikan oleh padatnya manusia-manusia dengan tujuan sama
Yaitu membeli roti khas Bogor
Mereka pastinya tidak sengaja begitu
Karena masing-masing yang ada disitu pasti ingin tidak gerah
Ingin bisa menikmati dinginnya ac
Tapi sudahlah semua sudah terjadi
Tak pantas sepertinya terlalu banyak mengeluh
Karena orang yang suka mengeluh adalah orang-orang yang lemah

Niatku dan teman-temanku membeli roti tersebut
Meski aku sama sekali belum tahu roti itu
Yah seperti biasa dan seperti dalam kebudayaan kita bahwa orang cenderung percaya
Percaya tanpa tanya
Percaya tanpa curiga

Aku kaget dengan banyaknya pembeli
Padatnya pembeli
Hingga pelayannya tidak kelihatan batang hidungnya
Aku mencoba menerobos para pembeli yang sama sekali tidak mau antri
Namun aku gagal
Gagal karena nalar logisku bilang bahwa tidak perlu bersusah payah untuk sebuah roti
Ada yang lebih penting dari sekedar itu

Akhirnya aku mundur dan membiarkan temenku maju
Aku sengajakan diri berdiri disitu hanya untuk mengamati
Mengamati aktivitas pelanggan dan pelayan
Aku juga menyesalkan kenapa tidak menggunaka sistem antri
Kenapa juga tidak disediakan tempat duduk banyak untuk menunggu
Atau dilengkapi dengan lagu-lagu sendu suapaya lebih mendamaikan
Terus aku mengamati
Teriakan-teriakan dari pelanggan datang tanpa henti
Masing-masing bersahutan dan ingin didahulukan

Kemudian aku melihat wajah pelayan
Muram durja kehilangan senyumnya
Boro-boro untuk sekedar berbasa-basi
Menjawab pertanyaan pelanggan saja hampir enggan
Mereka hanya menerima selembar kertas dari pelanggan
Yang isinya catatan pesanan
Kemudian setelah membaca sang pelayan langsung sibuk mengambili roti-roti
Dan kemudian memasukkannya ke dalam kardus
Bahkan kulihat ada yang berwajah sinis
Sinis lantaran terlalu pusing dengan yang dihadapinya setiap hari

Begitulah hari itu
Aku belajar banyak dari roti
Aku belajar banyak tentang pentingnya antri
Dan aku belajar banyak tentang terkadang kita kurang bisa memuaskan orang
Terkadang kita hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri saja
Terkadang kita terlalu egois untuk sekedar menjadi baik buat banyak orang
Continue Reading...
 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog