Sunday, December 13, 2009

Warung Pojok Kampus...

Malam itu saya baru saja ketemu sama mahasiswa-mahasiswa di kampus daerah mampang untuk bimbing skripsi, saya baru sadar 100% bahwa saya belum makan nasi dari pagi. Tiba-tiba perut saya terasa sangat lapar dan terasa protes untuk segera diberi asupan makanan yang bernama nasi. Berharap ada makanan enak dan panas, tapi setelah keliling dekat kampus saya hanya menemukan warung pojok ujung dekat kampus. Tidak yakin ada nasi dan lauk saya bertanya sama penjaga warungnya dan ternyata memang warung nasi, tanpa babibu dan memperhatikan kotornya warung saya langsung masuk dan memesan nasi beserta lauknya. Saya memilih lauk sayur sop, bakwan, telurr goreng, kentag dipedesin, sama kerupuk.

Saya ambil sesuap dua suap tiga suap dan seterusnya sambil mengobrol dengan dua mbak-mbak yang ternyata berasal dari jawa timur. Mereka masih terlihat muda dan ternyata benar baru berusia 18 tahun dan hanya tamatan smp. Awalnya mereka berdua banyak bertanya tentang pekerjaan saya dan asal saya, mereka juga bertanya berapa lama saya di jakarta. Lama kelamaan pertanyaan mereka terdengan seperti curahan hati yang lama terbendung dan baru bisa tertumpahkan. Saya mencoba asyik mendengarkan supaya mereka berdua tidak tersinggung dan merasa nyaman curhat sama saya.

Mereka bercerita bahwa gajinya tidak seberapa, yang punya warung galaknya minta ampun, dan mereka tidur di warung yang ukurannya sangat kecil untuk mereka berdua. Tidak hanya kecil, kondisi warung juga terlihat kurang bersih dan cenderung kotor. Mereka tidur jam 23.00 malam dan harus bangun jam 04.00 pagi untuk memasak lauk-lauk dan nasi. Mereka juga bercerita bahwa bosnya tidak memberi hari libur kepada mereka untuk sekedar mencari teman baru di jakarta, padahal jiwa muda mereka mengatakan bahwa mereka ingin jalan-jalan dan mencari pacar. Tapi apa mau dikata mereka hanya mampu pasrah pada keadaan yang membelenggu jiwa merdekanya, bagaimanapun mereka harus komitmen dengan pekerjaan karena mereka harus memberi uang untuk keluarga mereka di kampung.

Sedih dan miris mendengarkan cerita mbak-mbak tersebut, apalagi setelah saya tahu bahwa gaji mereka sangat tidak sebanding dengan pengorbanan mereka sehari-harinya. Ingin sekali ngobrol dan membuat persetujuan ulang dengan pemiliknya yang kebetulan waktu itu sedang ada disitu, tapi saya pikir-pikir lagi tidak mungkin karena saya bukan siapa-siapa, apalagi melihat kondisi warung yang sangat-sangat sederhana dan biasa-biasa saja. Saya menyimpulkan sendiri bahwa si pemilik juga pasti bukan orang kaya, apalagi mbak-mbak itu cerita bahwa ibu pemilik warung juga ngontrak dan tidak punya rumah di jakarta.

Sambil makan saya terus mengobrol dengan mbak-mbak penjaga warung, saya baru sadar bahwa ternyata lauknya sangat tidak enak. Mohon maaf ya mbak, sopnya asin, bakwannya setengah basi, kerupuknya sudah tengik, kentangnya terlalu kering. Saya memang tidak bisa masak sama sekali, tapi untuk sekedar merasakan saya masih sanggup. Saya tidak menuntaskan makan saya, dan makanan saya masih tersisa sangat banyak terutama lauknya. Saya melihat mbaknya agak tidak suka dan akhirnya bertanya:
Si mbak: "lauknya tidak enak ya mbak?"
Saya: "ehm bukan tidak enak mbak, agak kurang cocok sama lidah saya"
Si mbak: "saya memang belum pintar masak sih, baru latihan dan coba-coba"
Saya: "oh begitu ya? enggak apa-apa mbak, masih mending kok dari pada saya tidak bisa masak"
Si mbak: "emang kenapa enggak bisa masak?"
Saya: "perempuan kan tidak harus bisa masak mbak? masak itu pekerjaan siapa saja yang suka"
Si mbak: "iya juga sih, lagipula sekarang banyak warung ya mbak, kalau laper tinggal beli saja"
Saya: "betul 100% buat mbak"
Si mbak: "mbak ini keren banget ya orangnya?"
Saya: "hehehe makasih, oya saya pamit dulu ya mbak? mau ada kegiatan lagi"
Si mbak: "hati-hati ya mbak, jangan lupa mampir kesini lagi?"
Saya: "insya allah ya mbak"

Keluar dari warung perut saya sangat mual karena tidak cocok dengan makanannya, akhirnya saya memuntahkan makanan tersebut. Mohon maaf bukan apa-apa tapi benar-benar tidak sanggup menahan mual lantaran teringat bakwan basi yang telah masuk ke dalam perut saya. Saya tidak pernah menyesal makan di warung tersebut, karena meskipun makanannya tidak enak tetapi pelayanannya sangat enak dan memuaskan. Justru saya sedang berfikir bahwa membuat orang senang ternyata jauh lebih enak dan mengenyangkan dari pada makan nasi yang enak dan mahal.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog