Sunday, May 22, 2011

Cerita Tentang Pak Polisi...

Saya kok jadi parno sama POLISI ya?
Nggak logis sebenarnya, apalagi saya ngajar PKn yang nggak bakal lepas ama HUKUM di Indonesia.
Saya trauma dengan polisi setelah mengalami beberapa KEJADIAN.


Almarhum adek saya ketika SMA pernah di tonjok PERUTnya sama POLISI.
Gara-garanya dia MENTERTAWAKAN polisi yang jatuh dari MOTOR pasca MENILANG adek saya.
Adek saya ditilang karena teman yang diboncengnya tidak memakai HELM.
Setelah menilang POLISI itu jatuh dan ditertawakan oleh adek saya.
Karena malu dan TIDAK TERIMA di tertawakan, dia menghampiri adek saya dan teman adek saya.
Adek saya ditonjok di bagian PERUT sedangkan temannya di TAMPAR di pipi kiri dan kanan.


Waktu kuliah di SEMARANG, saya sering ketilang POLISI gara-gara belum punya SIM.
Semarang termasuk sangat sering terjadi RAZIA polisi.
Saya kerap NGUMPET-NGUMPET ketika melihat RAZIA polisi, tapi sepertinya saya kalah PINTER sama tu POLISI.
Seolah saya memang sudah di takdirkan KETILANG sama polisi.
Saya memang salah karena belum membuat SIM tetapi sudah berani naik MOTOR.
Tapi saya tidak penrah mau kalah sama polisi, meski salah saya tetap NGOTOT setiap kali ketilang.


Saya juga pernah dengan cerita teman kuliah saya, yang ketilang POLISI karena menerobos LAMPU MERAH.
Dia buru-buru karena ada wawancara kerja, waktu itu kami baru saja LULUS Sarjana.
Polisi tidak mau tahu alasan Ruhadi dan tetap MENILANGnya.
Padahal teman saya sedang BURU-BURU dan tidak mempunyai UANG.
Uang yang dia pegang hanya cukup untuk membeli BENSIN.


Tapi kakak sepupu saya menikah dengan POLISI.
Tentu saya tidak MEMBENCI kakak ipar saya itu, hehehe.
Saya juga sempat disukai sama polisi, tapi saya MENOLAK dengan baik-baik.
Mohon maaf, bukannya anti POLISI, tetapi waktu itu belum MAU saja.
Padahal polisi yang SUKA sama saya baik banget orangnya, pendiam dan RAMAH.


Di Jakarta saya juga beberapa kali KETILANG karena melanggar LAMPU MERAH.
Beneran, pelanggaran itu tidak saya sengaja dan lebih karena SAYA meleng tidak NGEH sama LAMPU MERAH yang sudah nyala.
Tapi saya masih BERUNTUNG, beberapa kali ditilang tersebut saya DIBEBASKAN karena saya guru PKn.
Terima kasih ya BAPAK POLISI, ternyata engkau masih MEMIHAK kepada kaum GURU.
Tentu tidak akan saya ULANGI lagi, dan saya akan lebih cermat terhadap LAMPU LALU LINTAS dan RAMBU jalan raya.


Terakhir motor saya KETILANG setelah WISUDA murid-murid saya yang kelas XII.
Saya punya SIM dan STNK, tapi saya kurang beruntung karena ketika kena RAZIA, SIM dan STNK tidak kebawa.
Akhirnya saya memutuskan untuk DITILANG dan tidak mau DAMAI, hahaha.
Seumur-umur selama bawa motor, baru kali ini mau menghadapi SIDANG tilang motor.
Nikmati sajalah dan jadikan PENGALAMAN hidup, biar ngerasain gimana rasanya SIDANG tilang motor.


Selain kasus TILANG, saya juga sering berhadapan dengan POLISI baik di JALAN maupun di KANTOR POLISI.
Kebetulan saya sedang penelitian yang subjek PENELITIANNYA berhubungan sama POLISI.
Beberapa kali saya keluar masuk kantor polisi sekedar jadi SAKSI atau menjenguk beberapa teman muda saya.
Terakhir, KTP saya sempat diminta sama polisi karena ketika polisi mendatangi TONGKRONGAN saya sedang berada disitu.
Polisi yang saya hadapi sering KASAR dan MENAKUTKAN, wajar mungkin yang saya tongkrongi menurut persepsi polisi adalah tongkrongan yang tidak BAIK.
Mungkin KETEGASAN polisi tersebut sebenarnya bukan untuk saya.
Tapi karena saya berada disitu, saya merasa itu ditujukan kepada saya.


Padahal saya pernah beberapa kali mengajar POLISI.
Tapi memang beda tempat beda RASA.
Ketika saya mengajar POLISI saya begitu enjoy dan SANTAI.
Tapi dalam sisi lain saya benar-benar TRAUMA dengan polisi.


Mungkin pembelajaran buat kita adalah:
Jangan menilai SESEORANG secara subjektif (menurut pendapat kita), karena SUBJEKTIFITAS tidak selalu benar.
Dan ketika kita TIDAK SUKA dengan sesuatu HAL, jangan sekali-kali kita mengeneralisir yang lainnya.
Continue Reading...

Friday, May 06, 2011

Fenomena Poligami..........

Sebelum menikah untuk yang kedua kali, A’a Gym adalah seorang da’i kondang di Indonesia. A’a Gym di elu-elukan oleh umat Islam di seluruh pelosok negeri terutama oleh ibu-ibu. Kesederhanaannya, kelembutannya, kesantunannya, kelucuannya, dan metode dakwahnya yang ringan dan mudah dicerna menjadi alasan kenapa banyak umat Islam di Indonesia tertarik dengan sosok A’a Gym. Saya termasuk salah satu penggemar A’a Gym, saya menyukai A’a Gym karena ceramahnya terkesan bersahabat dan tidak menggurui.

Tahun 2006 A’a Gym menikahi Teh Rini sebagai istri keduanya, dan secara tiba-tiba euforia masyarakat terhadap A’a Gym menjadi berkurang, terutama euforia dari para ibu-ibu yang sebelumnya begitu mengelu-elukan A’a Gym. Tidak usah orang lain, saya pun secara pribadi menjadi kurang simpatik terhadap sosok A’a Gym. Bagaimana tidak, saya tiba-tiba seolah bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Teh Ninih. Meskipun secara publik, Teh Ninih merasa biasa-biasa saja dan tidak terganggu dengan kehadiran istri kedua A’a Gym yaitu Teh Rini.

Saya masih meyakini secara subjektifitas saya, bahwa manusia itu tidak akan mampu berbuat adil dengan seadil-adilnya. Kalaupun dia merasa mampu berbuat adil, saya yakin bahwa keadilan tersebut keadilan yang sangat subjektif (personal). Mungkin akan banyak yang menanyakan Nabi kita Muhammad saja melakukan poligami? Menurut saya Nabi Muhammad berbeda dengan manusia biasa seperti kita. Nabi Muhammad diberikan kelebihan oleh Allah untuk bisa berbuat adil kepada semua istri-istrinya. Dan kita semua pasti tahu bahwa istri-istri Nabi Muhammad dinikahi karena alasan kepentingan Islam di kala itu.

Satu lagi tentang Nabi Muhammad, kita semua pasti ingat bahwa sebelum berpoligami Nabi Muhammad bermonogami dengan Khadijah. Beliau begitu menyayangi dan mencintai Khadijah hingga akhir hayat Khadijah. Nabi Muhammad sangat kehilangan dan sangat sedih ketika ditinggal meninggal oleh istrinya Khadijah. Bagaimanapun Khadijah adalah perempuan sempurna dan perempuan kaya yang berhati mulia. Khadijah adalah istri yang begitu mendukung aktivitas dagang dan aktivitas dakwah Nabi Muhammad.

Secara sangat personal, saya adalah orang yang tidak sepakat dengan poligami, apalagi poligami untuk alasan masuk syurga. Mohon maaf, jalan untuk menuju syurga itu sangat banyak seperti; berwakaf, memberi makan fakir miskin, infaq untuk musholla/masjid, menyantuni anak yatim, berzakat, menyantuni orang panti-panti jompo, memberikan beasiswa untuk anak yang tidak mampu sekolah, membuat rumah singgah untuk anak jalanan, membuat sekolah gratis dan masih banyak aktivitas amal lainnya sebagai jalan menuju syurga.

Secara logika subjektif saya, cinta itu tidak bisa dibagi secara bersamaan. Ketika pacaran saja, masing-masing pasangan berjanji untuk komitmen dan tidak akan berselingkuh. Sekalinya ada kasus misalnya salah satu selingkuh, pasti pasangannya sangat geram dan tidak terima. Dan tidak jarang yang akhirnya mengambil jalan untuk putus/pisah dari status pacarannya, putusnya tersebut jelas karena alasan merasa dikhianati oleh pasangannya. Bagaimana jika itu terjadi dalam rumah tangga, sang suami tiba-tiba minta ijin kepada istrinya untuk menikah lagi? Coba sekarang kita balik, bagaimana perasaan suami jika tiba-tiba istrinya bilang bahwa dia mencintai laki-laki lain? Saya yakin, pasti si suami sangat berang dan sangat murka, bisa jadi dia langsung menceraikan istrinya karena kecewa dengan pilihan istrinya yang sangat tidak setia.

Perasaan laki-laki dan perempuan menurut saya sama, laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai cinta dan sama-sama tidak suka jika pasangannya membagi cintanya kepada orang lain. Atas dasar itulah saya tidak sepakat dengan poligami, bagaimanapun perempuan adalah manusia biasa yang juga bisa sakit hati dan bersedih. Coba bayangkan jika anda jadi perempuan yang suaminya menikah lagi, bayangkan ketika sang suami sedang berada di rumah istri keduanya, kira-kira bagaimana perasaan anda saat itu?

Dari kecil saya tinggal seatap sama nenek kandung saya yang biasa saya panggil Mbah Ju, setelah masuk Sekolah Dasar saya baru tahu bahwa ternyata Mbah Ju adalah istri kedua dari kakek saya yang biasa saya panggil Mbah Dul. Mbah Dul ternyata bukan kakek kandung saya, karena anak Mbah Ju dari Mbah Dul meninggal dunia waktu masih kecil. Kakek kandung saya sudah meninggal saat saya belum lahir, sehingga saya tidak pernah melihat wajah kakek kandung saya. Tetapi meskipun bukan kakek kandung, Mbah Dul sangat menyayangi saya seperti layaknya cucu kandungnya. Saya tidak pernah kenal dengan istri pertama Mbah Dul. Tapi kata Mbah Ju istri pertama Mbah Dul sangat galak dan sadis. Bahkan nenek saya pernah mau dibunuh sama istri pertama Mbah Dul.

Saya tidak menyalahkan istri pertama Mbah Dul, karena dia pasti sangat sakit hati atas kehadiran Mbah Ju. Saya masih ingat, ketika pulang kerja dari Jakarta Mbah Dul pasti ke rumah Mbah Ju dulu baru ke rumah istri pertamanya. Mbah Dul terlihat lebih menyayangi Mbah Ju dari pada istri pertamanya. Mbah Dul selalu memberi kesempatan kepada Mbah Ju untuk memilih oleh-oleh terlebih dahulu baru sisanya diberikan kepada istri pertamanya. Mbah Dul juga terlihat lebih sering dan lebih lama di rumah Mbah Ju dari pada di rumah istri pertamanya.

Terakhir saya hanya ingin berpesan kepada para laki-laki dan perempuan, sayangilah pasangan kita dengan sepenuh hati kita. Karena pasangan kita adalah manusia yang punya perasaan sakit jika dikecewakan. Bagi laki-laki yang ingin menikah lagi, itu tandanya dia sudah tidak mencintai pasangannya. Jika memang sudah tidak mencintai pasangannya jangan asal menikah lagi, selesaikan dulu dengan pasangannya baru kemudian menikah lagi. Sehingga tidak banyak perempuan-perempuan yang menjadi korban poligami.

Tidak usah takut dengan jumlah perempuan yang lebih banyak dari laki-laki. Perempuan lebih banyak karena daya tahan hidup perempuan lebih tinggi dari laki-laki, sehingga masih banyak perempuan usia tua/lanjut yang masih bertahan hidup. Jika laki-laki ingin berpoligami silahkan, tapi nikahi perempuan-perempuan yang usia tua/lanjut. Karena jumlah perempuan yang masih muda jumlahnya hampir sama dengan jumlah laki-laki yang juga masih muda. Atau tidak usah beralasan tentang nafsu laki-laki yang katanya lebih tinggi dari nafsu perempuan, menurut saya laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai nafsu syahwat yang harus disalurkan, tentu dengan jalur yang benar yaitu pernikahan.
Continue Reading...
 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog