Saturday, November 30, 2013

Yakin Berbuat...

Suatu ketika saya sedang ngobrol dengan senior di organisasi tentang banyak hal, salah satunya tentang kedekatan saya dengan anak-anak SMK/STM di DKI Jakarta.
Saya bercerita panjang tentang kondisi teman-teman SMK/STM yang telah lama menjadi sahabat baik saya.
Saya berani bilang sahabat baik karena hubungan diantara kami benar-benar erat dan terjalin.
Kami saling tahu satu sama lain, dari masalah sekolah, masalah rumah, masalah di tongkrongan, dan masalah dengan lawan jenisnya.
Kami juga selalu menyempatkan waktu untuk bersama dan sekedar berbagi cerita satu sama lain.

Bagi saya keberadaan teman-teman SMK/STM sangat penting.
Karena dari merekalah saya belajar tentang 'nilai' dalam hidup dan kehidupan.
Dari merekalah saya paham betapa pentingnya sebuah keberanian dan persahabatan.
Dari mereka juga saya belajar tentang keberanian berkorban untuk orang lain.
Insya Allah sampai kapanpun saya akan selalu ada untuk mereka sahabat-sahabat baik saya.
Hingga kelak mereka menjadi orang-orang hebat di negeri yang indah ini.

Di tengah lamunan itu tiba-tiba senior saya berkata panjang lebar:
"Dek menurut saya kamu sudah berlebihan dan kebablasan, kamu terlalu mengorbankan diri dan hidup kamu untuk mereka anak-anak SMK/STM yang bukan saudara kandung kamu. Saya sih bukannya tidak boleh atau tidak suka, tapi lebih tepatnya menurut saya yang kamu lakukan cenderung merugikan diri kamu sendiri. Kenapa saya bilang begitu, karena saya lihat kamu hampir tidak bisa menabung karena sering mengurusi keperluan mereka. Padahal sesungguhnya uang itu bisa kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup kamu yang saya pikir sangat banyak sekali. Jadi menurut saya mulai sekarang kamu harus sudah berubah dan tidak lagi menghabiskan waktu kamu untuk mereka, toh mereka juga mempunyai sanak saudara, jadi kamu tidak perlu merasa bertanggung jawab penuh terhadap keberadaan mereka. Saya takut kamu hanya berhenti diputaran ini dan tidak bisa berkembang lebih pesat lagi, sayang sekali jika demikian dikarenakan usia kamu masih relative muda dan masih bisa melakukan banyak hal".

Masya Allah, sungguh saya tertohok dan tersinggung atas apa yang disampaikan oleh senior saya tersebut. Saya merasa telah diacak-acak hati saya, hati yang sudah saya bangun benar-benar supaya menjadi hati yang putih dan suci. Karena perkataan dari senior saya tersebut, prinsip saya hampir goyah dan buyar. Saya sempat berfikir begini: "iya juga ya, ada benarnya juga yang disampaikan oleh senior saya tersebut, sepertinya selama ini saya terlalu berlebihan mengurusi anak-anak, sehingga saya hampir lupa mengurusi diri saya sendiri".

Hingga akhirnya saya berdiskusi dengan mahasiswa saya perihal persoalan diatas, dan alhamdulillah menemukan sebuah jawaban yang gemilang dan cerdas. Kata mahasiswa saya begini: "lho ibu, kenapa ibu musti gentar dan goyah? bagi kami ibu adalah orang hebat dan orang baik, kami saja iri lho sama ibu, setiap kali ibu cerita tentang teman-teman ibu anak-anak SMK/STM kami selalu berfikir kapan bisa seperti ibu, kapan bisa meluangkan waktu untuk ikut serta mendampingi mereka? bagi kami ibu sangat luar biasa, karena ditengah kesibukan ibu yang luar biasa masih mempunyai waktu untuk mendampingi dan menyayangi anak-anak SMK/STM, jadi menurut kami ibu tidak usah gentar, dan kami yakin dari hati yang paling dalam ibu pasti sepakat dengan kami dan menolak pendapat senior ibu di organisasi, yakin saja bu bahwa rejeki itu dari Allah SWT, yakin juga bahwa semakin banyak kita berbuat baik kepada orang lain maka Allah akan semakin sayang dan ingat dengan keberadaan kita, amien".

Subhanallah, terima kasih mahasiswa saya yang sungguh mulia dan cerdas. Terima kasih telah mengembalikan hati saya untuk kembali suci dan bersih. Dan terima kasih pula untuk senior saya di organisasi yang telah mengingatkan saya untuk hidup hemat. Nasehatmu sungguh berarti dan ada baiknya juga, bahwa hidup hemat itu penting, dan bahwa dalam memilih sesuatu harus berdasarkan skala prioritas mana yang paling penting untuk didahulukan.

Pesan saya untuk semuanaya adalah: yakinlah dalam berbuat sesuatu apalagi sesuatu itu bernilai baik.
Continue Reading...

Friday, November 29, 2013

Beda...

Waktu aku kecil, aku ingat ibuku bilang begini:
"Kamu harus manggil Dian itu Mbak meskipun kamu lebih tua dari Dian".

Sahutku:
"Lho memangnya kenapa bu?, mustinya Dian dong yang manggil aku Mbak?"

Jawab ibuku:
"Karena dia orang kaya, dan kita orang biasa-biasa saja".

Sangat tidak logis mendengar nasehat ibuku tentang hal diatas.
Tapi mau bagaimana lagi, akupun mengikuti yang ibu katakan tanpa melawan.
Meski hati kecilku sesungguhnya tidak sepakat dengan hal tersebut.

Suatu ketika ibuku berkata lagi begini:
"Kamu manggil ibu 'Emak' saja ya nak, karena tidak enak jika ibu".

Kataku dengan heran:
"Memangnya kenapa lagi bu?"

Jawab ibuku:
"Karena kita orang biasa-biasa saja berbeda dengan mereka yang kaya".

Kesal sekali kala itu, tapi aku tak mampu menterjemahkan kekesalanku.
Karena kala itu aku masih terlalu kecil untuk paham tentang yang namanya 'kasta'.
Yang aku tahu adalah aku harus mengikuti nasehat dari ibuku tercinta.
Karena bagiku kala itu ibuku adalah segalanya.

Ketika lulus SMK aku diterima di kampus Universitas Negeri Semarang Jawa Tengah.
Aku lolos jalur PMDK (raport), alhamdulillah karena nilaiku bagus dan memuaskan.
Dengan sangat senang aku melaporkan kabar gembira itu kepada ibuku.Dengan harap ibuku akan ikut bersuka cita.

Keinginanku untuk bahagia belum tercapai ketika ibuku bilang:
"Ibu senang kamu lolos PMDK, tapi ibu takut nak, sungguh-sungguh takut berspekulasi".

Timpalku:
"Ibu takut kenapa?"

Jawab ibuku tegas:
"Kamu harus ingat dan sadar, bahwa kita bukan orang kaya, jadi ibu takut tidak mampu membiayai kuliahmu hingga lulus Sarjana".

Ya Tuhan, ternyata sangat tidak enak sekali menjadi orang biasa-biasa saja.
Seolah orang biasa-biasa saja itu tidak bisa melakukan banyak hal.
Seolah orang biasa-biasa saja itu tidak layak untuk dihormati dan dihargai.
Padahal bukannya manusia itu sama saja.
Yang membedakan hanyalah kualitas keimanan dan kecerdasannya saja.
Sehingga semestinya tidak layak melihat orang dari fisik bukan dari hatinya.

Alhamdulillah dengan yang biasa-biasa tersebutlah aku bisa menyelesaikan S1.
Dan bisa merampungkan S2.
Sekarang tinggal menyelesaikan S3.
Insya Allah tinggal selangkah lagi.

Jadi tidak sepatutnya kita menyepelekan yang biasa-biasa saja.
Karena tidak ada jaminan bahwa yang tidak biasa itu bisa lebih sukse dari yang biasa-biasa saja.

Jadi, hari gini masih ngomongin 'kasta'?
Tidak jaman lagi.
Continue Reading...

Thursday, November 28, 2013

My Profile...

I want to deliver my presentation on my profile in front of audiens.

My name is Immawati.
Please call me Imma.
My date of birth is 16 maret 19...
I am from Batang Central Java.
I am Indonesian citizen.
I am proud of being Indonesian people.

I am Imma, i am short, only 153 cm.
My weight is about 57 Kgs.
My skin is brown with short hair.
I have brown eyes, my nose is not sharp.

Every day i am wearing a long dress.
I like blue color swits to my hijab.
I also wearing wrist watch, bracelet, and glasses.
Sometimes i wear a scarf.

I am calm, cool, and critical.
And my principle is "life is only one, and me spend only for kindness".

My strong behavior shows me as a brave women and determind.
I like something done perfectly, i don't respect to someone who works not good accouplished.

My profession is a lecturer at faculty of education sciences at Muhammadiyah University of Jakarta.

My life is flat but i am happy.
I always thank to Allah SWT.
Due to "as good as human beings, those are thankful to Allah".

Thanks for all.
Greet for kindness.
Continue Reading...
 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog