Sunday, November 15, 2009

Demonstrasi...

Masuk kelas bermaksud menyampaikan materi perkuliahan secara tekstual.
Sedikit tergelitik dengan orasi anak IMM yang mengajak mahasiswa yang sedang kuliah untuk demo.
Tergelitik dan teringat ketika dulu jaman suka demo.
Aku ingin mahasiswaku juga ikut merasakan betapa enaknya demo.
Betapa nikmatnya berpanas-panasan dijalan demi memperjuangkan sebuah aspirasi.
Aspirasi rakyat yang hampir tidak didengar lagi oleh penguasa.
Bukan menuduh tuli, tetapi memang rakyat sudah kehabisan suaranya.
Untuk sekedar bilang: bahwa mereka ingin hidup layak.
Atau minimal bisa makan sehari tiga kali.

Dengan bulat tekat aku putuskan untuk membubarkan kuliah.
Dan mengajak teman-teman turun ke jalan.
Mohon maaf, aku tidak meminta saran dari teman-teman.
Karena aku yakin banyak dari teman-teman yang keberatan.
Keberatan untuk turun ke jalan.
Tentu karena berbagai alasan yang mungkin aku tidak paham.
Tapi percaya teman-teman.
Niatku cuma satu: berjuanga untuk rakyat yang tertindas.
Tertindas oleh kepentingan subjektif penguasa.
Kepentingan atas nama sebuah kekuasaan.

Bahkan hak rakyat sebagai penguasa.
Tidak terhargakan dengan sempurna.
Pemerintah sering otoriter dalam sebuah kebijakannya.
Boro-boro meminta pendapat rakyat.
Bahkan keputusannyapun dianggap sebagai sebuah kemutlakan.
Kemutlakan yang wajib ditaati bagai perintah Tuhan.

Pukul 14.30 dua bus yang siap segera berangkat.
Menuju ke gedung DPR/MPR RI.
Untuk menyuarakan suara hati rakyat Indonesia.
Sayang, sebelum tiba di tujuan macet sungguh luar biasa.
Sehingga teman-teman harus berjalan lumayan agak panjang.
Tapi tak mengapalah.
Itung-itung untuk olah raga sore hari.
Tiba di gedung DPR/MPR RI saat bus meninggalkan tempat.
Hujan turun begitu derasnya tanpa kompromi.
Sehingga para demonstran tidak ada pilihan lain kecuali berhujan-hujanan.
Mengenang masa kecil dulu.
Meski aku sempat khawatir dengan kesehatan mereka.
Barangkali ada yang tidak pernah hujan-hujanan.
Tapi menjadi hilang ketika ada teman yang teriak:
Mahasiswa tidak takut mati.
Apalagi hanya sekedar air hujan.

Dari DPR/MPR RI masa menuju ke BPK.
Di BPK hujan tambah semakin deras.
Seolah memberi tanda, bahwa alampun ikut menangis atas Indonesia.
Menangis atas segala yang terjadi di tanah air.
Atas segala bentuk ketidak adilan.
Atas usaha mahasiswa yang sering tak terdengar.
Atau memang sengaja tidak didengar.

Di BPK aku menggigil sampe ketulang.
Dingin menusuk relung badan dengan mutlak.
Hujan semakin deras saja.
Seolah tidak menggubris rintihan kedinginan teman-teman.
Tidak hanya baju.
Jaketpun telah rata oleh basah.
Trauma atas dingin kembali merasuk.
Tapi aku paksakan untuk tetap eksis.
Atas nama sebuah perjuangan.
Karena aku tidak sendiri saat itu.
Ada banyak mahasiswa yang juga mempertaruhkan nyawanya.
Demi sebuah nilai.

Dari BPK maksudnya mau ke KPK.
Tetapi sopir salah jalan dan KPKpun terlewat dengan sempurna.
Akhirnya rombongan memutuskan untuk kembali ke Uhamka.
Untuk mengantarkan para mahasiswa kembali kekampusnya.
Tidak disangka dan tidak diduga.
Sopir bus tidak begitu tahu jalan.
Sehingga mahasiswa harus berlama-lama di bus.
Dalam keadaan kedinginan.
Bahkan air hujan meresap kedalam badan.
Tanpa ampun sama sekali.
Perasan air dari baju tiada henti.
Angin meniup menambah dinginnya badan.

Kesal dengan lambatnya bus.
Kesal dengan realitas kemacetan ibu kota.
Kesal dengan sopir dan kondektur yang tid hafal jalan.
Kesal dengan suasana hati karena kedinginan.
Kesal karena merasa bersalah dengan mahasiswa.
Merasa tidak enak atas keputusan yang aku ambil.
Bukan merasa tidak bermakna.
Tetapi lebih pada persoalan teknis.

Tapi kemudian aku berfikir.
Mungkin itulah realitas kehidupan kita.
Tidak seindah harap kita.
Tidak sesempurna ingin kita.
Tidak secantik hayal kita.
Dan tidak semulus usaha kita.
Bahwa hidup kita syarat dengan rintangan.
Bahwa hidup kita syarat dengan godaan dan cobaan.
Bahwa hidup kita sering merupakan ujian dari alam.

Terima kasih kawan-kawan mahasiswa.
Tanpamu perjuangan akan berakhir.
Tanpamu pemerintah akan kering masukan.
Tanpamu nilai tidak akan terkuak dengan sesungguhnya.
Maaf untuk yang kurang berkenan.
Ambillah hikmahnya.
Karena perjuangan kita masih panjang.
Perjuangan kita masih butuh proses yang lama.
Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan peduli...???

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog