Sunday, November 01, 2009

Musibah...

Selesai kegiatan FGD di YJP Pancoran saya memutuskan mampir ke rumah teman saya di daerah Pejaten Timur sebut saja namanya Ana. Karena baru sekali kesana, saya sempat salah masuk gang beberapa kali sampe akhirnya saya menemukan gang rumahnya yang benar. Tepat saat saya mau belok kanan masuk ke gang rumahnya ada seorang anak muda laki-laki jatuh dengan motornya karena menabrak taksi. Saya kaget karena kejadian itu persis di depan mata saya. Saya langsung turun dan berusaha membantu pemuda tersebut, orang-orang berdatangan dan langsung meminggirkan motor si pemuda tersebut. Pemuda tersebut terlihat kaget dan sangat lelah, saya mengamati luka-lukanya dan alhamdulillah tidak banyak luka. Saya tidak terlalu lama disitu dan mensegerakan untuk kembali mencari rumah teman saya. Sesaat sebelum saya pergi, supir taksi terlihat ingin meminta ganti rugi atas kerusakan taksinya kepada si pemuda tersebut. Saya tidak tega aja membayangkan bahwa ternyata si pemuda itu tidak cukup memiliki banyak uang untuk menggantikan kerusakan taksi tersebut.

Sehari sebelumnya saya juga melihat kecelakaan di daerah Kampung Melayu Jakarta Timur, tabrakan beruntun di depan mata saya menyebabkan salah seorang pembonceng mengalami luka parah hingga pingsan. Saya tidak berhenti sama sekali karena alasan saya harus segera menjenguk teman saya ke rumah sakit di daerah kemayoran. Bukan tidak peduli, tapi saya berfikir jalanan pasti akan macet jika saya juga harus memarkir motor saya di pinggir jalan raya, sementara para pengendara lainpun melakukan hal yang sama seperti saya.

Sehari sebelum kecelakaan di Kampung Melayu, saat lewat daerah senayan arah mau ke Pakubuwono saya juga ditabrak oleh dua motor. Untung saya bisa tetap seimbang sehingga tidak jatuh total, tetapi sayangnya dua pengendara motor tersebut malah jatuh secara bersama-sama. Saya awalnya mau berhenti tapi setelah saya pikir-pikir akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan mereka. Bukan lari dari masalah, karena justru sayalah yang ditabrak oleh mereka.

Saya tidak tahu kenapa kejadian itu bisa berurutan dalam selanga tiga hari, yang pasti saya masih yakin bahwa kelalaian kita memang cenderung mencelakakan diri kita sendiri. Karena bagaimanapun diri kitalah yang bertanggung jawab atas diri kita, bukan orang lain. Orang lain hanya menjadi teman bagi kehidupan kita, itupun hanya dalam wilayah fisis yang kasat mata. Teman kita tidak bisa masuk secara mendalam dalam wilayah hidup kita, karena hanya diri kitalah yang paham akan karakter diri kita.

Kembali ke daerah Pejaten Timur, saya akhirnya menemukan rumah teman saya, saya dapati rumahnya gelap gulita. Tapi setelah saya telephone teman saya keluar rumah dan membukakan pintu untuk saya, ternyata dia terlihat baru menyelesaikan sholat maghrib. Saya memarkir motor saya di garasi rumahnya dan saya langsung merebahkan diri ke sofa di ruang tamunya yang begitu empuk. Saya beristirahat sebentar karena merasa begitu lelah, kemudian saya berbincang dengan teman saya tentang UTS mata kuliah filsafat ilmu yang akan dilangsungkan hari senin. Teman saya menawari saya makan dan telah menyiapkan makanan untuk saya di meja makan.

Saya meluncur ke meja makan dan karena tidak tahu saya langsung membuka rice cooker yang berada di pojok meja, teman saya langsung bilang bahwa nasi sudah ada di meja. Saya tidak melihat nasi di meja karena nasi tersebut sangat sedikit, dan sepertinya teman saya memang sedang kehabisan nasi karena di rice cooker terlihat sedang ada beras yang baru dimasak. Saya awalnya tidak paham dan langsung makan, ternyata saya lihat teman saya tidak ikut makan, dia beralasan bahwa dia sudah makan. Sambil makan saya jadi berfikir bahwa sebenarnya dia hanya sedang mengorbankan dirinya untuk saya, seorang tamu yang mungkin harus dihormatinya.

Jadi inget cerita pada jaman nabi, nabi pernah mendapat seorang tamu dan kebetulan hidangan dirumah tidak cukup untuk dimakan bersama-sama. Akhirnya kalau tidak salah ingat lampu dimatikan sehingga saat tamu makan dia tidak tahu bahwa nabi tidak sedang makan karena tidak cukupnya makanan yang tersedia. Nabi sangat menghormati dan memuliakan sang tamu, bahkan kita diajari untuk menghormati tamu semaksimal yang kita mampu. Seperti halnya penerima tamu, si tamupun juga harus memuliakan tuan rumahnya, sehingga jika kita sedang bertamu hendaknya jangan menyakiti si tuan rumah dengan tidak meminum atau tidak mencicipi hidangan yang disediakan.

Saya belajar dua hal dari kejadian itu: musibah dan menghargai orang lain. Musibah yang terjadi pada diri kita atau teman kita menurut saya adalah bagian dari hidup kita yang sangt kompleks. Musibah bagian dari kehidupan kita, karena manusia tidak mungkin selamanya bahagia. Sama halnya dengan kabahagianpun merupakan bagian dari hidup kita, karena manusia tidak selamanya akan sedih. Menghargai orang lain adalah suatu kewajiban dan bukan pilihan lagi, karena kita akan dihargai orang ketika kita telah menghargai orang lain. Bagaimanapun perbuatan baik akan di balas dengan perbuatan baik, itu sudah menjadi hukum alam.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog