Monday, March 02, 2009

Ojek Payung...

Sore itu saya mengajar di primagama pondok aren, karena bel masuk belum berbunyi, saya pergi ke super market untuk membeli minuman dingin. Setelah saya keluar dari super market, ternyata hujan sangat deras disertai gelegar petir yang memekakkan telinga saya. Karena jarak dari super market ke primagama tidak dekat, saya memutuskan untuk menunggu hujan hingga reda. Sayapun bersandar ke tembok sambil mengamati lalu lalang orang yang lewat di depan mata saya. Saat sedang santai memandang, tiba-tiba saya melihat seorang anak laki-laki masih menggunakan seragam SD sedang berlari kesana-kemari mencari orang yang mau ngojek payung. Karena tertarik, saya memutuskan untuk berdiam diri di depan super market tersebut sampai hujan agak sedikit reda, dan tujuan saya hanya satu yaitu ingin mengamati respon orang terhadap si ojek payung.

Ada-ada saja respon orang terhadap si anak tersebut. Si anak mengejar mobil yang baru parkir dan langsung memayungi ibu-ibu yang baru keluar dari mobil, setelah diantar si ibu memberikan uang 1000 ke anak tersebut. Ada banyak orang yang terlihat memilih menerobos hujan, dibandingkan harus membayar ojek payung 1000. Ada beberapa mahasiswa stan yang sepertinya karena kasihan kemudian memutuskan mengojek payung. Ada juga orang yang marah karena diikutin terus oleh si anak. Dari sekian pengojek, rata-rata membayar 1000 rupiah.

Setengah jam telah berlalu, dan ternyata hujan belum juga berhenti. Karena harus segera mengajar, saya memutuskan menggunakan ojek payung tersebut. Sambil jalan, saya mencoba berdialog dengan si anak, begini dialog saya dengan dia:

Saya: kamu sekolah gak dek?
Anak: sekolah bu.

Saya: kelas berapa?

Anak: kelas 6 SD bu.

Saya: orang tua kamu tahu gak kalo kamu ngojek payung?

Anak: tahu bu, dan mereka mengijinkan, karena uang hasil ngojek payung saya celengin.

Saya: kamu punya celengan? sejak kapan nyelengi?

Anak: sejak dua tahun lalu bu.

Saya: uangnya untuk apa rencananya?

Anak: untuk masuk smp bu, saya orang tidak punya, tapi saya pengen banget sekolah sampai tinggi.

Saya: bagus dek, oya saya sudah sampai, makasih ya.

Anak: ibu guru ya? makasih juga ya bu uangnya.

Saya: sama-sama dan sukses ya dek.

Kawan, betapa mulianya si anak, di usia sekecil itu, dia sudah berfikir jauh ke depan. Pemikiran untuk bisa berpartisipasi terhadap kehidupan orang tuanya yang kurang beruntung. Padahal kita semua tahu, bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab penuh orang tua. Ketika orang tua tidak mampu, tidak kemudian anak menjadi harus disalahkan dan harus membantu orang tuanya. Karena anak dilahirkan tidak untuk diterlantarkan, tetapi untuk dibesarkan dan dibahagiakan secara psikis dan fisik.

Satu lagi, kadang kita sering acuh tak acuh dengan anak-anak seperti anak pada cerita di atas. Kita merasa bahwa anak-anak seperti cerita di atas, dan anak-anak lain seperti pengemis dan pengamen hanya mengada-ada saja. Dan kadang kita dengan kejamnya mengklaim bahwa sebenarnya mereka tidak miskin, mereka mengemis dan mengamen hanya karena mereka kita anggap malas bekerja.

Sebenarnya kita tidak salah, karena memang secara realitas, banyak orang yang menyalahgunakan jabatan mengamen dan mengemis, atau juga mengojek payung. Tetapi coba kita berfikir sedikit logis tentang keikhlasan, bahwa keikhlasan itu hendaknya tanpa kepentingan apapun. Bahwa keikhlasan itu tidak diembel-embeli dengan pertanyaan. Bahwa keikhlasan itu adalah memberikan yang kita punyai tanpa mengharapkan balasan.

Maksud saya, bisa nggak kita memberi dengan tulus tanpa bertanya:
1. Benar nggak sih dia itu pengamen?
2. Benar nggak sih dia itu pengemis?
3. Benar nggak sih dia itu cacat?
4. Jangan-jangan dia berbohong?

Jika ternyata kita belum mampu untuk menyembunyikan tanya prasangka kita, menurut hemat saya, mending kita tidak usah dulu memberi apapun. Karena, memberi dengan kepentingan akan banyak menyakitkan hati. Berbeda dengan memberi tanpa kepentingan, rasanya sangat indah dan tanpa beban sedikitpun.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog