Wednesday, October 21, 2009

Tambal Ban...

Pulang dari acara pembekalan yang diadakan oleh diknas di Hotel Mega Anggrek, saya melewati daerah Kemanggisan hendak menuju ke Kebayoran Lama. Kondisi waktu itu agak panik karena saya tidak hafal jalan, yang kedua panik karena bensin saya sudah benar-benar habis, saya ngeri ajah jika harus menuntun motor lantaran kehabisan bensin. Bukan apa-apa, saya tidak tahan sama rasa malunya aja masa menuntun motor sendirian, masih mending kalau ada temannya.

Dalam kondisi panik tersebut saya masih sempat ngebut berharap menemui penjual bensin yang dipinggir jalan. Tiba-tiba ada anak SMU yang bilang ke saya bahwa ban motor saya kempes, sponan tambah aja tu kepanikan, ngeri aja kalau tidak ada tukang tambal ban yang dekat situ. Ditengah kepanikan itu tiba-tiba saya merasa lega karena ada tukang tambal ban sekitar dua tempat, tidak tahu kenapa saya langsung ingat berita-berita di TV tentang banyaknya tukang tambal ban yang curang dengan menyebar paku-paku disekitar tempat tambal pan.

Tiba-tiba saja saya menjadi sangat sebel sama tukang tambal ban yang kebetulan bapak-bapak, saya langsung bilang ke orang yang lagi nambal ban juga:
saya: kok bisa ada paku segede itu ya pak?
bapak: yah namanya juga jalanan mbak.
saya: heran aja, kok bisa pakunya besar dan ada rafianya ya?
bapak: mungkin paku bekas jemuran mbak.
saya: tetap aja tidak masuk akal pak, jadi sebel aja ni. maksudnya apa sih? kalau niat cari uang jangan pakai cara tidak halal dunk? itu kan merugikan orang. kalau butuh uang bilang aja, tidak usah membuat orang jadi sebel.
bapak: kita kan tidak bisa berburuk sangka dulu mbak, apalagi kita tidak punya bukti nyata.
saya: saya tahu pak, kita memang tidak bisa menuduh tanpa ada bukti, tapi berita di TV sudah sering diungkap pak, saya sudah bosan membaca beritanya.
bapak: ya terserah mbak sajalah.

Si bapak telah kelar tambal bannya dan pergi meninggalkan saya dan si tukang tambal ban. Saya masih sebel dan masih mengklaim bahwa si tukang tambal banlah yang menyebar paku disekitar tempat tambal ban. Bahkan saya tidak peduli lagi dengan belas kasihan dan ketidakbolehan menuduh tanpa bukti. Yang saya pikirkan saat itu adalah saya pernah tahu bahwa ada modus penyebaran paku secara sengaja untuk mendapatkan mangsa.

Si bapak bilang bahwa ban saya rusak berat bahkan tersayat-sayat, akhirnya saya harus ganti ban. Paku sempat disimpan lagi sama si bapak, karena takut dipakai lagi paku saya minta dan saya masukkan kedalam tas saya. Ban yang hancurpun saya simpan di jok motor untuk kenang-kenangan. Ternyata si bapak menjual bensin juga, dan karena bensin saya habis saya sekalian beli bensin disitu. Tanpa tersadar sisi nurani saya berbicara bahwa saya berterima kasih ke si bapak karena telah menjual bensin, sehingga saya tidak perlu menuntun sepeda motor saya.

Teman-temanku semuanya, dalam kehidupan kita sering kita membuat kesalahan terhadap orang lain. Kita juga terkadang menyakiti orang lain secara sengaja. Kita selalu mengklaim dan menyalahkan orang tanpa kompromi sama sekali. Kita tidak pernah mau mencoba untuk mengoreksi diri sendiri dan menyalahkan diri sendiri. Kita terlalu bangga dan asyik membuka aib-aib orang lain. Padahal kita secara pribadi sangat marah dan tidak terima jika kita diklaim dan disalahkan orang lain tanpa ada bukti. Sepertinya mulai sekarang kita harus sedikit menurunkan ego kita untuk tetap menghargai orang lain, meskipun kita dalam keadaan emosi.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog