Thursday, October 15, 2009

Pak Polisi...

Waktu adek saya SMU dia pernah ditangkap polisi lantaran tidak memakai helm dan tidak mempunyai SIM. Adek saya dan teman-temannya tidak melawan karena memang bersalah, akhirnya adek saya dan teman-temannya menyerahkan STNKnya kepada Pak Polisi. Saat polisi berbalik arah tiba-tiba polisi tersebut terjatuh, dan secara spontan adek saya dan teman-temannya mentertawakan Pak Polisi. Karena tidak terima Pak Polisi menghampiri adek saya dan teman-temannya, Pak Polisi yang sedang tidak terima memarahi teman-teman adek saya dan menojok perut adek saya. Setelah itu Pak Polisi langsung pergi meninggalakan adek saya dan teman-temannya yang terkaget-kaget karena telah dimarahi dan ditonjok sama Pak Polisi. Sampe rumah mereka semua cerita kepada saya, karena tidak terima saya bermaksud melabrak dan mencari Pak Polisi tersebut, tetapi adek saya melarang saya, alasannya dia merasa bersalah karena telah melanggar aturan lalu lintas.

Waktu kuliah saya sering membawa motor, kadang motor punya PW IRM kadang motor sendiri, dan saya juga termasuk orang yang sering ketangkap sama Pak Polisi. Saya sering ketangkap lantaran kesalahan saya yaitu berani mengemudi motor padahal belum membuat SIM. Bukan tidak sadar hukum, tapi kalau tidak salah waktu itu belum sempat saja membuat SIM lantaran terlalu sibuk kuliah dan di PW IRM Jateng. Saya tidak tahu apakah saya yang memang salah, atau memang di Semarang Pak Polisi terlalu sering mengadakan razia.

Dengan almarhum Mbak Lela saya kurang lebih dua kali tertangkap Pak Polisi, saya waktu itu sempat mau kabur dan mengambil jalan lain, tetapi karena Mbak Lela orangnya sangat baik dia meminta saya untuk tidak melarikan diri dan hendaknya bertanggung jawab atas kesalahan saya. Karena sayang banget sama Mbak Lela, saya akhirnya menyerah pada operasi yang sedang diadakan oleh Pak Polisi.

Pernah juga saya jarak jauh yaitu Semarang Purwokerto berani menggunakan motor padahal belum punya SIM. Saya ditemani oleh Afri teman dekat saya, saat terkena operasi di Banjarnegara saya memohon kepada Pak Polisi untuk dilepaskan karena alasan saya tidak punya uang dan saya tidak ada waktu untuk mengurus STNK ke Banjarnegara. Mungkin karena kasihan sama saya dan Afri saya akhirnya diijinkan lewat tanpa di tilang.

Pernah lagi saat lewat Temanggung sama Afri juga saat itu sedang ada operasi gabungan Temanggung dan Magelang, saya dari jarak jauh sudah melihat ada operasi. Karena tidak punya SIM saya langsung mampir ke warung makan dan pura-pura sedang makan disitu. Pak Polisi sempat mampir ke warung dan menanyakan saya dan Afri, tetapi karena saya beralasan sedang makan Pak Polisi akhirnya meninggalakan saya dan Afri.

Yang agak parah saya pernah mengantar teman saya ke Bandara Ahmad Yani Semarang, saya lupa ternyata STNK saya kebawa sama teman saya. Jarak beberapa ratus meter dari Bandara ada Pak Polisi yang sedang operasi gabungan. Karena STNK saya tidak ada otomatis saya ditangkap, tetapi karena merasa bahwa teman saya belum terbang saya bilang ke Pak Polisi bahwa STNK saya terbawa sama teman saya. Karena motor sudah ditahan saya naik becak mengambil STNK yang terbawa sama teman. Sekembalinya di tempat operasi, motor saya sudah dinaikkan ke atas mobil. Dan karena tidak terima saya marah-marah dan teriak-teriak, saya bilang bahwa Pak Polisi kejam dan tidak kompromi sama sekali. Padahal saat kejadian itu saya sedang melakukan kebaikan yaitu mengantar seorang teman ke Bandara.

Itu hanya beberapa cerita tertangkapnya saya, masih banyak cerita yang tidak saya ingat dan tidak mungkin saya ceritakan satu persatu. Apapun alasannya, saya tidak akan pernah menyalahkan Pak Polisi yang tengah menjalankan tugasnya. Karena saya juga harus sadar, bahwa saya memang melakukan kesalahan yaitu melanggar hukum lalu lintas. Meskipun setiap ingat kejadian-kejadian di atas saya hampir geram dan jengkel.

Di Jakarta, saya jarang menemukan Pak Polisi melakukan operasi gabungan. Yang saya lihat yaitu Pak Polisi sedang menangkap pengendara motor atau mobil lantaran menerobos lampu merah. Atau paling-paling pengendara motor yang tidak menggunakan helm atau plat nomornya tidak ada. Tadi sore agak sedikit kaget saja meski sebenarnya saya sudah sering menyaksikan pemandangan itu. Pak Polisi sedang menangkapi motor-motor yang masuk jalur bus way. Memang salah karena akan membahayakan pengendara motor, bagaimanapun bus way kan cepat sehingga harus punya jalur khusus.

Tetapi ada yang mengganjal tadi sore, saya merasa tiba-tiba ingin membela para pengendara motor karena memang jalanan motor dan mobil sangat macet dan sesak padat. Sementara di sebelah jalan motor mobil ada jalan bus way yang kosong melompong sedang tidak digunakan oleh bus way. Secara logika manusia, orang pasti akan tertarik menggunakan jalan kosong tersebut dari pada berebut-rebutan di jalan yang sempit dan sesak padat. Seharusnya untuk kasus itu Pak Polisi harus bisa memaklumi, karena jalanan begitu tidak normal dan sangat padat. Sehingga jika tidak ada yang berinisiatif menggunakan jalan bus way kendaraan-kendaraan pasti akan stagnan dan tidak bergerak sama sekali.

Saya kira semua orang tahu betapa macetnya Jakarta dikala pagi hari dan sore hari, macet karena orang-orang mulai berangkat dan akan pulang ke rumah. Hanya siang, hari libur, dan malam buta jakarta agak sedikit lengang dan sepi, itupun tetap ada beberapa banyak motor dan mobil yang melintas, ditambah lagi taksi. Sehingga seharusnya, Pak Polisi dan pengendara motor mobil bisa saling pengertian dan bekerjasama dengan baik serta benar.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog