Saturday, October 03, 2009

Demokrasi...

Ketika itu saya mengajar mahasiswa semester satu di kampus saya Uhamka, karena mahasiswa baru mereka belum memiliki komting atau ketua kelas, kalau istilah mereka yaitu ketua mahasiswa atau KM. Karena saya mengajar mata kuliah PPKn, saya menawarkan mereka untuk belajar berdemokrasi melalui pemilihan ketua kelas atau KM. Tentunya setelah melalui tahap perkenalan antar mahasiswa, supaya tidak salah pilih tentunya.

Setelah saling kenal ada tiga nama yang muncul sebagai calon yaitu: Rahmawati, Rahma Yulmi, dan Siti Khadijah. Dari ketiga nama tersebut ada seorang yaitu Siti Khadijah yang sebenarnya tidak bersedia dicalonkan, tetapi karena untuk meramaikan demokrasi dia akhirnya bersedia menjadi calon. Cara pemilihan dilakukan dengan memilih secara langsung dan dengan one man one vote. Setelah dilakukan pemilihan langsung ternyata Rahmi Yulmi mendapatkan suara terbanyak baru setelah itu Rahmawati dan Siti Khadijah. Rahma Yulmi karena menang mutlak dia langsung bersedia menjadi ketua mahasiswa dan segera akan merencanakan program kelas, agar kelas angkatannya bisa berhasil bersama-sama.

Ada satu hal yang agak mengganjal perasaan saya yaitu pada masa pencalonan, saya bahkan tidak memberikan kesempatan kepada para mahasiswa laki-laki yang jumlahnya hanya empat orang, sedangkan perempuan jumlahnya ada sekitar empat puluh orang. Saya bahkan berkompromi dan memina ijin ke para mahasiswa laki-laki untuk legowo dan alhamdulillah mereka justru senang jika ketua mahasiswanya perempuan. Saya bukan tidak percaya dengan kepemimpinan laki-laki, justru saya ingin secara subjektif perempuan berani mengajukan diri menjadi pimpinan. Karena bukan apa-apa, di kelas itu mayoritas perempuan mutlak sehingga sudah sepantasnyalah pemimpinnya adalah perempuan.

Kasus yang sudah-sudah, perempuan sering kurang percaya diri dan masih menganggap bahwa laki-lakilah yang layak memimpin, bahkan dalam kondisi perempuan yang paling banyak sekalipun anggotanya. Mereka cenderung tidak yakin dan percaya dengan kepemimpinan perempuan, dan mereka tidak mutlak salah karena mereka mendapatkan dogma itu sedari kecil hingga mendarah daging ke otaknya. Sehingga saya memohonkan maaf jika memaksakan situasi menjadi kurang demokratis untuk para mahasiswa laki-lakinya, padahal ketika itu sedang dalam proses pembelajaran berdemokrasi.

Tidak ada maksud dan niatan lain kecuali hanya untuk mengingatkan kepada kaum perempuan agar dirinya lebih percaya diri lagi dan lebih meningkatkan kualitasnya. Mengingatkan juga kepada kaum laki-laki bahwa perempuan sangat membutuhkan suport dan kepercayaan dari laki-laki. Sehingga perempuan lebih ringan dalam melangkahkan kakinya menuju gerbang pencerahan dan kesempatan.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog