Friday, September 25, 2009

Kerang Dan Karang...

Pagi tadi saya ke laut buntu yang tidak jauh dari rumahku, kira-kira lima kilo meter saja. Saya ke laut bersama rombongan anak-anak muda usia Sekolah dasar dan SMP serta kakak keponakanku, kira-kira kita berlima orang. Pukul 07.00 saya sampai laut buntu menghampiri sukoco yang sudah seperti saudaraku sendiri. Saya bersama rombongan langsung menuju batu karang yang letaknya di ujung laut sebelah barat. Saya dan rombongan bermaksud mencari kerang hijau yang kata sukoco lumayan banyak jumlahnya. Saya awalnya tidak begitu punya gambaran akan keberadaan kerang-kerang tersebut. Setelah tiba di batu karang di ujung barat lautan, saya tertegun ketika melihat kerang-kerang hijau menempel begitu mesra di batu karang yang kokoh. Saya hampir tertipu dengan keberadaan kerang-kerang tersebut yang menempel begitu rapat, apalagi kerang-kerang tersebut ditutupi oleh beberapa lumut dan beberapa rumput-rumput halus yang saya tidak tahu apa namanya.

Mulailah saya dan teman-teman saya semangat mencabuti kerang-kerang tersebut, begitu kuat dan perkasanya kerang-kerang tersebut melekat di batu karang, sehingga tangan-tangan kami lecet dan perih karena benturan tajam dengan kerang dan karang. Perih yang sesungguhnya hadir hampir tidak kami rasakan dengan sempurna, bahkan teriknya matahari pagi pun sudah mulai sedikit memanggang kulit wajah saya dan teman-teman saya. Baju dan celana yang basahpun tidak saya hiraukan, bahkan kaki saya pun sudah mulai kesemutan karena lama berjongkok.

Di tengah pengambilan kerang-kerang tersebut, saya bertanya kepada sukoco berapa harga kerang satu kilonya? Sukoco bilang bahwa harga kerang satu kilo sekitar 12.000, harga yang sangat murah dan terjangkau sebenarnya. Artinya sesungguhnya saya bisa membelinya jika memang saya menginginkan untuk memakan kerang hijau tersebut. Tapi kemudian saya berfikir kembali, bahwa secara logika sekalipun orang akan senang hati dan bangga dengan hasil jerih payahnya dibandingkan tinggal menikmati jerih payah orang lain. Dengan semangat itulah saya kembali semangat mencungkil kerang-kerang tajam yang menempel di batu karang. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 08.30 pagi, dan saya beserta rombongan memutuskan untuk meninggalkan kembali kerang-kerang yang jika malam kesepian teman tetapi bahagia karena dihibur oleh deburan ombak besar yang menggelegar menyambar ke tepi pantai.

Saya dan teman-teman saya memutuskan untuk mampir di warung tenda pinggir pantai yang kebetulan jualan lontong dan gorengan juga minuman dingin. Kami berlima merasa sangat kelaparan setelah sekian jam bergelayut dengan kerang dan batu karang. Kami makan sampai kenyang dan hingga hauspun menghilang dari tenggorokan. Saya keluarkan uang 50.000 dan beranggapan akan habis sekitar 25.000 atau lebih, ternyata saya hanya harus membayar 11.500. Sanking kagetnya saya bilang: ibu, uang ten mriki taksih aji nggih bu? wong jajan tiang gangsal kok telase namung 11.500, nak ten jakarta arto 50.000 mpun mboten aji bu. Si ibu hanya tersenyum mendengar celoteh kaget saya, dan sambil mengembalikan kembalian uang saya, si ibu mengobrol banyak tentang beberapa hal diantaranya: dia prihatin dengan anak-anak muda jaman sekarang yang sukanya pacaran, bahkan pacarannya sampai kelewat batas, bahkan tidak sedikit anak-anak muda yang hamil di luar nikah, dia bercerita bahwa anak-anak muda yang pacaran di laut jika melewati batas waktu maghrib akan di usir oleh pemuda desa, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, karena suatu hari lalu pernah ada kejadian yang tidak mengenakkan dan tidak layak untuk diceritakan.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog