Wednesday, September 30, 2009

Menyontek...

Saya hampir tidak pernah menyontek ketika sekolah, kecuali dalam keadaan mendesak banget. Itupun seingat saya setelah selesai Sarjana, saya menyontek pertama kali ketika kuliah Magister, dan itupun dalam keadaan panik dan dosen akhirnya mengijinkan untuk open book. Meski saya tidak menyontek, tapi teman-teman saya dari mulai Madrasah Ibtidaiyah sampai Magister banyak yang suka menyontek, dan rata-rata dari mereka setelah saya tanya mengatakan bahwa mereka menyontek dalam rangka untuk mendapatkan nilai bagus. Dan nilai bagus tersebut akan dipersembahkannya kepada orang tua mereka kelak. Karena mereka yakin orang tua akan bangga jika nilai anaknya bagus.

Yang saya amati menyontek bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari mulai menulis dikertas kecil sampai menulisnya di bagian tubuh tertentu seperti tangan dan paha. Bahkan saat ini menyontek sudah lebih canggih lagi yaitu dengan menggunakan hand phone. Anak-anak yang menyontek rata-rata tidak merasa bersalah lantaran sudah terbiasa dengan keadaan menyontek. Bahkan ada guru yang sebenarnya tahu bahwa muridnya menyontek tapi tetap membiarkan muridnya menyontek. Guru tersebut beralasan bahwa menyontek itu sudah biasa sehingga tidak perlu diingatkan atau dirisaukan.

Apapun alasannya secara normal dan sadar orang pasti akan bilang bahwa menyontek merupakan hal yang tidak terpuji, dan menyontek membuktikan bahwa si anak tidak mempunyai kemampuan untuk mengandalkan dirinya sendiri. Semua pihak harus mulai mengevaluasi kondisi menyontek yang dilakukan oleh hampir sebagian pelajar di Indonesia. Karena jika dibiarkan, menyontek akan menjadi kebudayaan yang dianggap biasa saja dan tidak bernilai.

Menurut saya ada beberapa alasan murid menyontek yaitu:
1. mengikuti tradisi kakak kelasnya.
2. Si anak memang tidak menguasai pelajaran.
3. Ingin mencari enaknya saja.
4. Malas belajar.
5. Guru tidak menegur.
6. Soal terlalu sukar.
7. Takut mendapatkan nilai jelek.

Guru tidak bisa menyalahkan murid secara total, muridpun tidak boleh merasa tidak bersalah sedikitpun. Guru harus mulai mengevaluasi metode mengajarnya apakah sudah menyenangkan dan berhasil menyentuh nalar logis dan nurani murid. Murid juga harus mulai sadar akan pentingnya ilmu, bahwa ilmu adalah sesuatu yang sangat penting dan harus dimiliki oleh diri sendiri. Sehingga murid tidak perlu lagi menyontek karena dirinya telah pandai dan soal yang diberikan guru juga tidak terlalu sukar.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog