Wednesday, August 12, 2009

Kepala Keluarga...

saya sedang bertanya-tanya secara pribadi dan saya bertanya pada diri sendiri. pertanyaan saya sangat sederhana, kenapa laki-laki setelah menikah mutlak menjadi kepala rumah tangga? tanpa melihat beberapa hal kelayakan dan kepantasan seperti dalam organisasi. bukan pengen menyamakan dengan organisasi, tapi menurut saya rumah tangga juga ibaratnya seperti kita berorganisasi. dalam organisasi ada tahap-tahap pemilihan ketua umum dan pengurus harian lainnya. bahkan para calon ketua umum harus mempunyai kriteria yang telah disepakati bersama. kriteria atau syarat tersebut dimaksudkan untuk agara pemimpin kedepan benar-benar bisa menjalankan organisasinya dengan baik dan maksimal.

saya membayangkan dan mengharapkan secara pribadi, bahwa dalam pemilihan kepala rumah tangga juga seharusnya tidak mutlak dan msuti laki-laki sebagai suami. karena kita tidak bisa menafikkan bahwa suami dan istri tidak selalu suaminya yang lebih pintar dari istrinya. ada banyak kasus dimana istri jauh lebih cerdas dan berpengalaman dari suaminya. nah maksud saya, kenapa laki-laki harus malu mengakui bahwa istrinya memang mempunyai kelebihan dan lebih layak menjadi kepala rumah tangga dari dirinya.

saya coba kroscek kebeberapa keluarga, dan hampir semua sepakat bahwa suamilah yang layak menjadi kepala keluarga tanpa syarat apapun. jadi laki-laki yang biasa-biasa sekalipun setelah menikah pasti langsung menjadi kepala rumah tangga. sehingga jangan kaget ketika laki-laki tersebut sangat temperamen karena tidak mempunyai pengalaman memimpin. dia menganggap bahwa memimpin itu adalah berkuasa secara penuh. dan berkuasa itu tidak memberikan kebebasan kepada istrinya untuk menjadi dirinya sendiri. dia merasa bahwa istri adalah budaknya, dia merasa bahwa istri adalah manusia lemah yang bisa diapakan saja, bahkan dia merasa bahwa dirinya mempunyai kuasa atas istrinya.

sungguh kasihan jika ada perempuan yang menemui suaminya seperti demikian, karena dia hampir dipastikan akan merasa terkekang dan tidak bisa mengembangkan dirinya sendiri. alih-alih bisa berkarir, dia pasti akan terjebak pada pekerjaan domestik. bahkan ada beberapa yang akhirnya beban ganda, bekerja di rumah dan juga bekerja di luar rumah. dia bekerja di luar rumah bukan untuk karir tetapi lebih untuk membantu keuangan suaminya. karena dia hanya membantu keuangan suaminya, maka suaminya tidak merelakannya secara penuh untuk benar-benar berkarir dalam dunia kerjanya.

saya tidak berkeberatan ketika istrinya enjoy dan tidak dipaksa. saya menjadi sangat keberatan ketika si istri dipaksa untuk menjadi istri sesuai dengan persepsi masyarakat. bagi saya pernikahan adalah patner, suami dan istri harus saling menghormati dan menghargai. istri harus mengerti suaminya, suami juga harus mengerti istrinya. tidak ada ceritanya bagi suami yang merasa bahwa dirinya adalah raja yang seolah-olah punya kuasa penuh atas istrinya. sehingga istri merasa seperti kerbau yang dicokol hidungnya, atau seperti istilah jawa di culke endhase tapi digondheli buntute.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog