Tuesday, April 21, 2009

Momok Ujian Nasional...

Tanggal 20 sampai 24 april 2009 dilaksanakan ujian nasional untuk sma se indonesia. Berikutnya akan dilaksanakan ujian nasional untuk smp dan sekolah dasar. Tidak hanya siswa yang takut akan datangnya ujian nasional, guru dan orang tua termasuk orang-orang yang sangat was-was dengan datangnya ujian nasional. Bagaimana tidak takut...??? Jika ujian nasional tahun 2009 ini mensyaratkan untuk kelulusan dengan nilai minimal 5,5 dari enam mata pelajaran. Sebenarnya nilai 5,5 adalah nilai yang biasa dan tidak terlalu tinggi. Apalagi jika dibandingkan dengan nilai standar nasional di negara-negara tetangga yang sudah mencapai rata-rata 6 sampai 7.

Indonesia memang layak untuk malu, karena pada jaman dahulu malaysia dan singapura sempat mengenyam pendidikan di indonesia. Karena ketika itu, indonesia mempunyai kualitas pendidikan yang lumayan bagus di kawasan asia tenggara. Tapi kemudian, tidak ada alasan bagi indonesia untuk ciut nyalinya menghadapi dinamika pendidikan yang berkembang begitu cepat. Tetapi tidak juga membenarkan indonesia untuk melakukan standar nasional tanpa memperhatikan beberapa hal atau kondisi riil yang terjadi dalam masyarakat indonesia.

Pemerintah tidak bisa menafikka masukan-masukan dari masyarakat yang terdiri dari beberapa komunitas seperti: orang tua, siswa, lsm-lsm, dan beberapa organisasi yang berpendapat bahwa: ujian nasional terlalu dipaksakan dan syarat akan kepentingan penguasa akan proyek pragmatisme.

Ada beberapa hal yang perlu untuk diperbincangkan seputas diselenggarakannya ujian nasional, yaitu:
1. Kecurangan-kecurangan di sekitar ujian nasional
2. Stress lanjutan pasca pemilu legislatif
3. Menyepelekan mata pelajaran yang bukan ujian nasional
4. Maraknya lembaga pendidikan
5. Tingkat kealiman meningkat

Kecurangan-kecurangan di sekitas ujian nasional...

a. jual beli kunci jawaban


Bahkan ketika ujian nasional belum mulai, kunci jawabannya sudah beredar dimana-mana, dan biasanya, anak-anak sudah banyak yang membeli jawaban yang belum jelas tersebut. Mereka berani mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit, untuk alasan kelulusan. Bahkan orangtuanyapun, ikut membenarkan dan mendukung anaknya. Tidak ada lagi pertanyaan misalnya: berarti curang dunk...??? Kok pakai kunci jawaban punya orang...??? Kenapa gak nyoba ngerjain sendiri aja...??? Jikapun ada orangtua yang demikian, pasti akan diprotes habis-habisan oleh anaknya, karena si anak akan mempertanyakan balik ke orangtuanya, bisakah bapak/ibu membantu saya lulus tanpa kecurangan...??? Tentu pertanyaan tersebut bagai buah simalakama bagi si orang tua, membolehkan beli jawaban salah dan melarang membeli kunci jawabanpun juga tetap salah.

Fenomena membeli jawaban sudah dianggap tidak tabu dan biasa-biasa saja, bahkan anak-anak yang sebenarnya pandai sekalipun, tiba-tiba tidak percaya diri dan merasa sangat membutuhkan kunci jawaban tersebut untuk membantu dirinya dalam menyelesaikan soal-soal ujian nasional. Kepercayaan diri yang selama ini diajarkan oleh para guru dan orangtua dianggap sesuatu yang sangat absurd dan tidak menjanjikan. Bahkan kuasa tuhan yang bisa mengabulkan semua permintaan hamba-hambanya, hanya menjadi tempat berlabuh secara simbolik, bukan secara substantif karena benar-benar dibutuhkan oleh sang anak.

b. penggantian ljun oleh guru

Tahun 2008 sempat ada kasus yang dilaporkan oleh pengawas independen tentang penggantian lembar jawab ujian nasional oleh guru-guru. Guru-guru tersebut tertangkap sedang mengganti jawaban anak yang dirasa salah dengan jawaban dari guru yang dianggap lebih benar dari jawaban sang anak. Guru tersebut berniat sangat baik bahkan sangat mulia, karena dia tidak ingin anak didiknya tidak lulus atau kecewa karena nilainya tidak memenuhi standar.

Pertanyaannya kemudian, untuk apa ujian nasional diadakan jika pihak-pihak yang terkait tidak siap menghadapi kekalahan yaitu ketidaklulusan anak didiknya...??? Atau kenapa musti was-was, jika anak memang telah pandai dan layak diberi soal-soal ujian nasional...??? Bukannya seharusnya guru percaya dengan kemampuan si anak didik...???

Guru tetaplah guru, dia baik ataupun buruk tetap akan disalahkan dalam kasus ujian nasional. Bahkan, guru bidang study ujian nasional menjadi orang yang paling berat menanggung beban atas segala kegagalan bagi anak didiknya. Satu kata untuk guru: kasian amat jadi guru, bahkan niat baik sekalipun harus dibalas dengan hukuman penjara, sanksi buruk, atau dicopotnya status pns.

c. guru membuat kunci jawaban sebelum ujian nasional

Soal datang ke sekolah sekitar pukul 05.00 pagi, guru-guru bidang study ujian nasional telah menunggu untuk mengerjakan soal-soal lebih dahulu demi murid-murid tercintanya. Pengawas independen dialihkan oleh salah satu guru, agar tidak mengetahui aksi tersembunyi para guru-guru mata pelajaran ujian nasional.

Secara formalitas, apa yang dilakukan oleh guru-guru tersebut adalah sebuah kesalahan fatal, kesalahan atas kecurangan dan didikan tidak baik untuk anak muridnya. Karena telah dibuatkan jawaban oleh sang guru, si anak menjadi malas dan berpangku tangan menunggu jawaban dari gurunya.

Pertanyaannya kemudian, bolehkan seorang guru yang notabennya sebagai pendidik dan pengajar, mengajarkan kecurangan kepada anak didiknya...??? Jika dibenarkan, kira-kira apakan ada alasan yang paling pantas untuk membenarkan perbuatan tersebut...??? Atau jika disalahkan, bagaimana dengan pendapat salah seorang guru yang mengerjakan soal-soal ujian nasional tersebut yang membuat statemen sebagai berikut: "Saya, orang pertama yang akan merasa sangat bersalah bahkan merasa sangat berdosa, jika tidak membantu anak-anak murid saya."

d. jawaban terbang lewat hp

Ujian nasional tahun lalu, siswa dibolehkan membawa hp ke dalam ruangan, beda dengan ujian nasioanl tahun ini, siswa dan pengawas dilarang membawa hp ke dalam ruangan. Tujuannya cuma satu, agar tidak terjadi kecurangan lewat hp. Tetapi ternyata, masih banyak siswa dan bahkan pengawas yang membawa hp nya ke dalam ruangan. Bahkan pengawaspun tidak tega memeriksa hp anak sebelum memasuki ruangan, alasanya tidak tega melihat anak kebingungan mengerjakan soal. Sehingga hp lah yang kemudian akan membantu anak-anak murid dalam mengatasi persoalan tersebut.

Padahal para pengawas ruangan, rata-rata bukan dari sekolah yang sedang diawasi. Tetapi rasa tanggung jawab sebagai guru, telah menghapuskan perbedaan status sekolah. Bahwa murid yang sedang diawasi, meskipun bukan muridnya kandung, harus dianggap sebagai muridnya sendiri atau istilah kekerabatannya yaitu sebagai anak kandungnya sendiri.

Stress lanjutan pasca pemilu legislatif...

Semoga tidak terjadi, kasus anak bunuh diri gara-gara tidak lulus ujian nasional seperti yang terjadi pada tahun 2008 lalu. Guru seharusnya berani menyampaikan ke para muridnya, bahwa dalam ikut ujian nasional anak-anak harus siap kalah dan menang. Siap kalah berarti siap untuk tidak naik kelas, karena nilai ujian nasional sesungguhnya bukan tujuan akhir, masih banyak nilai-nilai lain yang bisa mengukur kualitas dirinya. Siap menang berarti, anak murid tidak perlu berbangga hati secara berlebihan jika seandainya lulus dengan nilai yang sangat-sangat memuaskan, karena masih juga banyak nilai lain sebagai tolak ukur kualitas seseorang.

Guru juga harus mampu meyakinkan anak murid, bahwa masih ada alternatif paket c bagi anak murid yang tidak lulus ujian nasional, dan ijazah paket c juga bisa digunakan untuk melanjutkan kuliah. Anak juga perlu dikuatkan mentalnya, bahwa ketika tidak lulus si anak tidak perlu malu dan minder dengan teman-temannya, karena tidak lulus bukan berarti bodoh, hanya nasibnya saja yang kurang baik hanya dalam hal ujian nasional saja, tidak dalam semua hal.

Menyepelekan mata pelajaran yang bukan ujian nasional...

Otomatis tetapi tidak pernah dikritik oleh guru-guru yang bukan mata pelajaran ujian nasional, bahwa menjelang ujian nasional atau memasuki kelas tiga, anak-anak kelas tiga sangat sibuk mengikuti pendalaman materi dalam rangka persiapan ujian nasional. Sehingga anak-anak kelas tiga tersebut tidak lagi wajib belajar mata pelajaran lain yang tidak di ujian nasionalkan. Anak-anak hanya wajib belajar mata pelajaran yang di ujian nasionalkan saja.

Sebenarnya sebagai guru mata pelajaran yang bukan ujian nasioanl, saya sih enak-enak saja dan enjoy, tetapi terkadang saya merasa tidak terima dan berfikir: "Lha waktu kuliah dulu, jurusan ipa ataupun ips kan sama biayanya...??? Sama-sama juga susahnya menggarap skripsi, lha kok setelah masuk sekolah, pelajaran yang bukan ujian nasional menjadi tidak laku dan hampir seperti diremehkan ya...??? Itu kan sama saja dengan adanya dikriminasi terhadap mata pelajaran yang tidak di ujian nasionalkan ya...??? Kalau begitu, mending dihapuskan saja mata pelajaran yang tidak di ujian nasionalkan...??? Dan jurusan di universitas negeri yang basicnya pendidikan juga harus mengkaji ulang tentang jurusan-jurusan yang substansinya di bidang pendidikan, sehingga kedepan tidak perlu ada jurusan: sejarah, pkn, seni budaya, tata boga, tata busana, bk, olah raga, dan jurusan lain yang ketika disekolah tidak di ujian nasionalkan."

Maraknya lembaga pendidikan...

Lembaga pendidikan juga menurut saya sebagai lembaga komersial yang sangat berkepentingan dengan ujian nasional, karena dengan adanya ujian nasional yang sangat menakutkan bagi para siswa, para orangtua berebut mendaftarkan anaknya ke lembaga pendidian, dengan tujuan agar si anak menjadi lebih pinter dan lebih cerdas lagi. Nah, ketika sudah pinter dan cerdas, maka si anak akan diyakini bisa mengerjakan soal-soal ujian nasional, sehingga si anak akan lulus dan tidak mempermalukan orangtua.

Tingkat kealiman meningkat...

Anak-anak murid yang semua tidak pernah sholat menjadi sangat rajin sholat, anak-anak murid yang tidak pernah tahajud menjadi sangat rajin tahajud, bahkan puasa sunahpun dilakoninya untuk mendapatkan barakah dan inayah dari tuhan. Para gurupun demikian, yang sebelumnya tidak pernah peduli dengan ibadah anak muridnya, menjadi sangat peduli dan mewajibakan muridnya untuk memperbanyak doa dan ibadah menjelang ujian nasional. Sebenarnya tidak salah, karena ibadah adalah perbuatan yang sangat baik dan dijanjikan pahala oleh tuhan, tetapi apakah kemudian pantas, jika ada hamba yang selama hidup tidak pernah ibadah tahu-tahu ibadah dan langsung menuntut tuhan untuk mengabulkan permohonannya...??? Saya kira kita tahu, bahwa perbuatan demikian sangat tidak etis dan tidak layak, meskipun kita tahu bahwa tuhan bisa melakukan apapun terhadap manusia yang dikehendakinya.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog