Thursday, July 02, 2009

Rupa-Rupa Saat Di Semarang

dari jakarta saya turun di terminal pekalongan jawa tengah, ketika itu jam menunjukkan pukul 03.00 pagi dini hari. saya langsung bergegas ke wc untuk buang hajat dan kemudian naik bus jurusan ke semarang. ternyata bus tersebut ngetem lama banget kurang lebih satu jam, saat ngetem saya melihat ibu-ibu penjual gorengan yang mangkal di pinggir jalan, saya pengen banget beli gorengan itu tetapi agak males, dan ketika saya hendak turun untuk membeli gorengan eh tiba-tiba busnya berangkat. nasib diri pengen makan gorengan saja tidak jadi, padahal sudah lama sekali tidak makan gorengan panas nan nikmat.

pukul 06.00 saya sudah tiba di semarang kalibanteng, bus yang saya tumpangi sangat ngebut sekali, sehingga untuk tidur pulas di buspun saya tidak bisa, akhirnya selama perjalanan tersebut saya memutuskan untuk bengong saja. tiba di kalibanteng saya langsung naik taksi menuju ke gedung muhammadiyah jawa tengah. hari itu terlihat sangat macet seperti jakarta, saya berfikir ada apakah gerangan? ternyata hari itu ada tes masuk ke perguruan tinggi negeri. ya sudahlah akhirnya saya memilih untuk tidak berkomentar atas kemacetan tersebut, meskipun sopir taksi seolah-olah pengen banget menjelaskan perihal kemacetan tersebut.

sampai di pw jawa tengah saya disambut oleh kiki anak ipm jawa tengah, dia minta maaf karena kunci kamar tidak bisa dibuka. akhirnya saya dipersilahkan transit di ruang tamu pemuda muhammadiyah jawa tengah lantai IV. meskipun cuma ruang tamu tapi lumayan karena ada ac dan kursi empuknya. saya mandi di kamar mandi pojok dan kemudian berkemas lagi di ruang tamu pemuda muhammadiyah. setelah selesai saya langsung menuju ke lantai III kantor ipm jawa tengah.

di gedung muhammadiyah tersebut, saya melihat orang-orang lama yang masih setia bekerja di gedung muhammadiyah tersebut. ada sekitar 10 orang lama yang masih eksis disitu, sebenarnya itu hak mereka dan saya tidak punya hak menanyakan. tetapi yang saya fikirkan, kira-kira kenapa mereka sampai sebetah itu bertahan di pw muhammadiyah? ataukah karena gajinya yang besar atau karena mengabdi untuk muhammadiyah? karena setelah saya tanya kepada adek-adek ipm gaji para karyawan termasuk biasa alias tidak terlalu besar, kerena bagaimanapun muhammadiyah adalah organisasi masyarakat.

pukul 09.00 saya minta diantar nanang ke unnes untuk legalisir ijazah sarjana saya. disana saya ketemu dengan mantan dosen saya bapak eko dan bapak slamet. saya sedikit bercerita tentang kehidupan saya selama ini dan saya juga bertanya tentang kemajuan unnes yang luar biasa. dulu saat saya kuliah tahun 2000-2004, jurusan ppkn masuk ke fakultas ilmu sosial. sekarang dari fakultas ilmu sosial berkembang ketiga fakultas yaitu: fis, fakultas hukum, dan fakultas ekonomi. bapak eko sangat berbangga karena bisa menambah fakultas baru. saya lama tidak ketemu beliau, tetapi saya merasa bahwa seolah-olah baru kemaren saya ketemu dengan beliau. mungkin itu menandakan bahwa waktu berputar semakin cepat dan hampir tidak terasa.

setelah dari kampus saya ke stasiun tawang membeli tiket kereta api untuk pulang ke jakarta pada lusa hari. stasiun terlihat sedang direnovasi alias sedang ditinggikan, kata nanang biar tidak terkena banjir jika air laut naik. ternyata renovasi tersebut banyak yang menentang, alasannya karena masyarakat tidak mau nilai history gedung stasiun jadi hilang gara-gara direnovasi.

siang harinya saya ikut memandu kegiatan pertemuan dengan para korda se jawa tengah. di dalam pertemuan itu ada suatu yang menarik yaitu: bersatunya kembali orang muhammadiyah yang sempat diisukan agak renggang gara-gara beda partai politik. kompsisi korda se jawa tengah menunjukkan dengan jelas bahwa perbedaan partai politik tidak dipermasalahkan dan malah dijadikan pelajaran bersama untuk kemudian saling mengerti dan memahami.

dari 35 korda hanya ada satu perempuan, yaitu mbak lilik pd na kota tegal. saya awalnya tidak begitu memperhatikan tetapi saya baru sadar saat saya memandang komunitas kelompok yang mayoritas laki-laki. saya heran sebenarnya, kenapa bisa perempuan tidak terlibat di korda? lagi-lagi saya hanya bisa mengelus dada dan bilang bahwa budaya di indonesia memang belum bisa memihak kepada perempuan secara ikhlas.

malam harinya saya ketemu dengan nasrudin teman saya waktu smu, tidak hanya teman smu tetapi teman di irm dari ranting sampai wilayah jawa tengah. dia baru saja menikah sekitar tiga hari yang lalu, dia membawa istrinya ke semarang dan meperkenalkannya kepada saya. istrinya namanya mbak peni pengurus pw na jawa tengah. mbak peni terlihat ayu dan lembut, dia berasal dari temanggung jawa tengah. kami banyak berbincang bersama tentang rumah tangga, organisasi, dan tentang penghargaan suami kepada istri yang masih sangat minim dan jarang.

dalam obrolan tersebut tiba-tiba eko bercerita bahwa di lantai IV ada jinnya, saya langsung kaget karena pagi harinya saya mandi dan rehat di lantai IV. dan memang tidaka ada apa-apa, cuman jadi bergidik saja saat membayangkan mandi sendirian dan duduk sendirian di ruang tamu pemuda muhammadiyah jateng.

jam 04.00 pagi saya dibangunkan oleh kiki ipm dan saya segera bersiap-siap ke stasiun tawang semarang. saya tiba di stasiun pukul 05.00 dan saya segera masuk kereta yang baru saja datang ke lokasi. setelah naik kereta dan duduk saya baru sadar bahwa saya belum bab selama dua hari. saya lantas langsung ke wc dan bermaksud untuk bab, tetapi mungkin allah belum mengijinkan sehingga saya tetap tidak bisa bab. jam 08.00 sarapan pagi dihantarkan dan saya langsung makan dengan lahap, niat saya makan hanya satu yaitu agar saya bisa langsung bab. karena kebiasaan jelek saya yaitu bisa bab setelah makan dulu. hehehe.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog