Thursday, February 19, 2009

Percaya Kawan, Kita Bukan Orang Jahat...

cerita 1:
malam itu saya naik bus jurusan pekalongan jakarta. saya bermaksudnaik bus yang pemberhentian terakhirnya di kebayoran lama. karena pagiharinya saya harus mengajar di sma muhammadiyah. karena bus yang kekebayoran lama sudah berangkat, akhirnya saya naik yang jurusan lebakbulus, tetapi saya tenang-tenang saja, karena kata kondekturnya sayaakan dioper dengan bus yang sama jurusan kebayoan setelah sampai di daerah indramayu.

jalan pantura mengalami kemacetan yang cukup mengganggu, saya tidak tahu apa penyebabnya, sehingga bus baru sampai indramayu sekitar pukul 02.30 wib, dua jam lebih lambat dari biasanya. setelah turun dari bus dan ke toilet, saya dipindah ke bus yang jurusan kebayoran lama. karena sudah merasa tenang, saya berusaha untuk memejamkan mata kembali. sambil mendengarkan lagu-lagu dangdut ala jawa barat yang disenandungkan oleh seorang pengamen perempuan, yang masih terlihat muda dan lumayan cantik.

tiba-tiba, saya dikagetkan dengan suara kondektur yang begitu lantangnya, sehingga terjadilah percakapan seperti berikut ini:

kondektur: mohon maaf para penumpang yang pindahan, busnya tidak bisa sampai kebayoran karena sudah mengalami keterlambatan, sehingga para penumpang akan diturunkan dimampang prapatan.

saya: maksudnya apa? kalau misalnya demikian, kenapa tidak bilang dari tadi sebelum kita naik? bapak tidak tahu ya, saya besok harus mengajar pagi-pagi sekali, sehingga kalau diturunkan di mampang saya pasti akan terlambat masuk sekolah, pokoknya saya tidak mau tahu pak, sesuai dengan janji awal, saya mau diturunkan di kebayoran lama.

kondektur: mohon maaf sekali mbak, ini sudah sangat terlambat, sehingga kami hanya bisasampai mampang saja.

saya: lho keterlambatan kan bukan salah saya, itu kan masalah teknis jalanan yang sama-samatidak bisa kita prediksi, jadi bukan kami dunk yang harus menanggungnya?

kondektur: pokoknya saya minta maaf dan tetap tidak bisa sampai kebayoran lama.

saya: saya juga tidak mau tahu, pokoknya saya mau busnya sampai kebayoran lama.

saya setengah sadar dan tidak, dan saya juga tidak tahu, kenapa saya tiba-tiba bisa sekeras kepala itu. sepertinya karena saya terlalu lelah seharian turun ke bawah dan kehujanan. ditambah emosi saya saat itu sedang tidak begitu menarik untuk sekedar berbuat baik. yang menjadi pertanyaan saya sendiri, apakah layak kita marah sama orang sementara orang tidak tahu menahu tentang masalah kita? saya pikir terlalu kerdil otak kita, jika mengajak orang untuk ikut merasakan masalah kita, sementara orang tersebut tidak tahu apa-apa.

setelah dialog atos tersebut, saya kemudian berfikir, masa iya saya marahin orang tua yang sudah meminta maaf? masa iya saya sekeras itu, tidak bisa memberi maaf dan memaklumi aturan perusahaan? masa iya saya egois sehingga tidak bisa berdiskusi dengan apik dan cantik? kawan, sontak saya langsung menyesal dan merasa sangat bersalah dan saya langsung mengutuk diri saya sendiri dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan tidak indah itu.

cerita 2:
sore hari sekitar pukul 16.00 wib, saya keluar dari pintu kost bermaksud ingin mengajar ke primagama. saya kaget melihat bapak-bapak tua duduk di dipan depan kost saya, disampingnya ada barang-barang pecah belah rumah tangga yang lumayan banyak. ketika saya keluar, dia langsung berdiri dan meminta maaf karena telah duduk di dipan yang dia kira rumah saya tanpa ijin.

berikut dialog saya dengan bapak tersebut:
bapak: mohon maaf ya mbak, saya numpang duduk, soale tadi hujan.
saya: o iya bapak, tidak apa-apa, silahkan saja diteruskan istirahatnya.
bapak: tadi tu hujan deres mbak, makanya saya berteduh dulu, supaya barang jualan saya tidak kehujanan.
saya: tidak apa-apa pak, silahkan saja, saya tinggal dulu ya pak?
bapak: saya pamit aja mbak, gak enak soalnya, tadi saja sudah tidak ijin, mari mbak, saya mau meneruskan perjalanan lagi.
saya: iya pak, sama-sama dan hati-hati ya pak?
bapak: iya mbak, terima kasih.

saya tiba-tiba merasa sedih melihat bapak tersebut yang sudah kelihatan tua. dengan usianya setua itu, dia masih harus berjualan keliling, tidak ditemani siapapun. saya tahu bahwa itulah kehidupan, bahwa itulah realitas, kadang indah kadang menyakitakan. tapi kawan, hampir setiap melihat orang yang menderita baik karena pekerjaan maupun karena faktor fisik, hati saya terasa teriris oleh pisau yang karatan, mata saya seolah terkena air cabai perih rasanya.

kawan, saya lebih memilih memalingkan muka untuk tidak melihat ketimbang harus menyaksikan orang lain berada dalam kondisi yang kurang aman, tidak seperti kita. saya memilih melakukan itu, saya malu karena tidak mampu memberikan apa-apa untuk mereka.

kesimpulan:
kawan, kebaikan dan kebenaran terkadang terasa sangat-sangat relatif dan hampir mendekati subjektifitas. tapi kawan, bukan berarti kebenaran dan kebaikan itu tidak ada. saya percaya, bahwa semua manusia pada dasarnya adalah baik, tinggal bagaimana dia memberikan pilihannya, apakah dia bahagia menjadi baik? atau dia lebih bahagia jika menjadi jahat? silahkan memilih, dan silahkan bertanggung jawab atas pilihan anda.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog