Sunday, January 10, 2010

Full Activities...

Pagi hari saya sudah harus sampe sekolah, dan pagi itu ternyata sangat pagi bagi bagiku karena saya harus mengajar di smu pukul 06.30. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terlambat meskipun malam harinya saya pulang malam dan kecapean. Alhamdulillah hari itu saya tidakt terlambat dan bahkan termasuk datang kepagian kurang lebih 15 menit. Saya langsung absen dan langsung meluncur naik ke lantai tiga ruang guru. Ternyata di ruang guru ada yang lebih pagi lagi yaitu bu yani dan pak rusdiono.

Pukul 06.30 saya langsung masuk kelas dan mulai mengajar, seperti biasa saya berbasa-basi dulu dengan murid saya dan sedikit bercerita tentang hal-hal yang menurut saya layak untuk diperbincangkan bersama teman-teman smu saya. Usai mengajar dua kelas sekita pukul 09.30 Wib dan saya harus segera menuju ke LG untuk mengecek apakah hp saya sudah kelar di servise. Kelar dari LG Blok M saya langsung ke Rawa Mangun untuk ketemu dan berkonsultasi dengan Dokter Erna, yaitu Dokter spesialis kulit (kecantikan).

Pukul 11.00 saya sudah duduk di bangku panjang khusus untuk pelanggan setia Dokter Erna. Saya mengambil nomor antrian dan membayar uang untuk faical dan vitamin jerawat. Saya agak panik karena pukul 13.00 saya sudah harus sampai ciledug untuk mengajar di STAI Bina Madani Tangerang. Sementara antrian saya nomor urut 135 dan yang dipanggil baru setengahnya. Sambil sedikit panik saya memutuskan untuk tidak membayar terlebih dahulu dan hanya mengantri untuk ditusuk jarum di wajah oleh Dokter Erna. Alhamdulillah Dokter Erna menyarankan saya agar mengikuti dia, dia yang akan langsung menangani saya tanpa saya harus antri terlebih dahulu. Ini terjadi bukan kong kalikong tetapi lebih pada saya adalah pasien lama yang sebenarnya sudah tidak berjerawat dan tiga bulan terakhir ini sedang menanggung musibah berupa jerawat.

Saya langsung mengikuti Dokter Erna menuju ruangan lain yang berbeda bersama dengan tiga pasien lainnya yang juga ditangani oleh Dokter Erna. Saya langsung masuk dan ambil posisi aman di kasur pasien, kasur pesakitan tempat pasien yang berjerawat akan disiksa oleh jarum jerawat. Bagi yang tahan dia akan diam saja, bagi yang tidak tahan dijamin dia akan berteriak karena kesakitan saat jerawatnya dipencetin oleh sang Dokter. Saya mendapat bagian kedua dan Dokter bilang bahwa jerawat saya harus dibakar, tidak hanya sekedar dimasker atau di faical saja. Karena jerawat saya yang sekarang berbeda dengan jerawat yang kemaren-kemaren.

Sambil sedikit panik saya memutuskan untuk tidak membayar terlebih dahulu dan hanya mengantri untuk ditusuk jarum di wajah oleh Dokter Erna. Alhamdulillah Dokter Erna menyarankan saya agar mengikuti dia, dia yang akan langsung menangani saya tanpa saya harus antri terlebih dahulu. Ini terjadi bukan kong kalikong tetapi lebih pada saya adalah pasien lama yang sebenarnya sudah tidak berjerawat dan tiga bulan terakhir ini sedang menanggung musibah berupa jerawat.

Saya langsung mengikuti Dokter Erna menuju ruangan lain yang berbeda bersama dengan tiga pasien lainnya yang juga ditangani oleh Dokter Erna. Saya langsung masuk dan ambil posisi aman di kasur pasien, kasur pesakitan tempat pasien yang berjerawat akan disiksa oleh jarum jerawat. Bagi yang tahan dia akan diam saja, bagi yang tidak tahan dijamin dia akan berteriak karena kesakitan saat jerawatnya dipencetin oleh sang Dokter. Saya mendapat bagian kedua dan Dokter bilang bahwa jerawat saya harus dibakar, tidak hanya sekedar dimasker atau di faical saja. Karena jerawat saya yang sekarang berbeda dengan jerawat yang kemaren-kemaren.

Sambil di faical saya berfikir bahwa rutin ke Dokter juga pasti akan memberatkan bagi orang-orang yang tidak mampu, apalagi bagi perempuan rumah tangga yang tidak bekerja sama sekali. Pasien Dokter Erna jumlahnya sangat banyak dan saya mengamati tidak semua dari kalangan orang berduit. Masih mending kalau suaminya mendukung dengan memberi uang, akan sangat menyedihkan jika suami menuntut istrinya cantik tetapi dia tidak memberi uang sepeserpun untuk ke Dokter kulit wajah.

Pasien Dokter Erna beragam usianya, dari yang masih SMP, mahasiswa, karyawan, artis, dan ibu-ibu rumah tangga biasa. Dokter Erna buka full seminggu penuh, dan meski sudah seminggu dibuka pasien Dokter Erna tiap harinya bisa mencapai angka seratus lebih. Masing-masing pasien kurang lebih habis 100.000-150.000. Sebenarnya harga yang relatif agak terjangkau oleh kantong manapun, apalagi obat-obatnya bisa dipakai selama sebulan penuh.

Sambil di faical saya berfikir bahwa rutin ke Dokter juga pasti akan memberatkan bagi orang-orang yang tidak mampu, apalagi bagi perempuan rumah tangga yang tidak bekerja sama sekali. Pasien Dokter Erna jumlahnya sangat banyak dan saya mengamati tidak semua dari kalangan orang berduit. Masih mending kalau suaminya mendukung dengan memberi uang, akan sangat menyedihkan jika suami menuntut istrinya cantik tetapi dia tidak memberi uang sepeserpun untuk ke Dokter kulit wajah.

Pasien Dokter Erna beragam usianya, dari yang masih SMP, mahasiswa, karyawan, artis, dan ibu-ibu rumah tangga biasa. Dokter Erna buka full seminggu penuh, dan meski sudah seminggu dibuka pasien Dokter Erna tiap harinya bisa mencapai angka seratus lebih. Masing-masing pasien kurang lebih habis 100.000-150.000. Sebenarnya harga yang relatif agak terjangkau oleh kantong manapun, apalagi obat-obatnya bisa dipakai selama sebulan penuh.

Sambil difaical saya mencoba berspekulasi kepada Dokter Erna tentang jerawat saya yang tiga bulan terkhir ini tumbuh subur. Saya bilang ke Dokter mungkin penyebabnya karena: debu jalan, kurang tidur, atau karena cuci muka tidak bersih. Kata Dokter Erna mungkin penyebabnya faktor makanan atau stress. Bicara stress saya jadi ingat jangan-jangan saya memang lagi stress karena ambil s3. Dokter Erna tertawa dan akhirnya bercerita bahwa pasiennya yang kebetulan presenter televisi juga sedagn jerawatan, dan katanya dia stress gara-gara sedang ngambil s3 juga.

Selesai dirawat alias dibakar jerawat saya, saya langsung berpamitan kepada Dokter Erna untuk segera meluncur ke Kampus STai Bina Madani Tangerang. Jam menunjukkan pukul 12.30 sedangkan saya harus ngajar pukul 13.00, saya tahu tidak akan sampai tepat waktu dan akhirnya saya menghubungi TU ijin datang terlambat. Saya jalan dan ketika baru sampai Dukuh Atas tiba-tiba hujan sangat deras dan saya terpaksa berhenti dulu untuk ngiyup sambil makan pecel lele dan es dawet durian. Tidak mengecewakan, ternyata sambal pecel lele di daerah Dukuh Atas sangat enak dan gurih saya sampai ketagihan ingin datang kesitu lagi. Selesai makan waktu sudah pukul 13.00 dan saya paham dengan sepenuh hati bahwa saya pasti benar-benar terlambat.

Saya jalan dan berusaha untuk ngebut agar tidak begitu terlambat sampai kampusnya, pukul 14.00 saya tiba di kampus Bina Madani Tangerang. Saya langsung masuk kelas dan segera meminta maaf kepada mahasiswa yang telah menunggu dengan ikhlasnya. Dan seperti biasa, mahasiswa pasti tidak akan marah dengan dosen. Karena bagaimanapun dosen bagi mahasiswa adalah manusia yang layak untuk dihormati. Tapi bagi saya, bagaimanapun saya harus tetap meminta maaf kepada mahasiswa saya atas keterlambatan itu. Bagaimanapun mereka punya hak untuk tidak didzalimi oleh saya sebagai dosen.

Selesai mengajar pukul 16.00 wib seharusnya saya masih harus bimbingan skripsi ke Mampang, tetapi saya merasa sudah tidak sanggup lagi meluncur ke Mampang. Bukan karena jauh tetapi lebih pada saya sudah tidak sanggup lagi melawan ngantuk saya ketika mengendarai motor. Fisik saya terlalu lelah dan mata sayapun kadang tidak bisa diajak kompromi. Sehingga saya akhirnya memutuskan untuk menghubungi mahasiswa saya, bimbingan saya alihkan hari senin sore. Alhamdulillah lagi-lagi otoritas dosen berkuasa dan mahasiswa langsung setuju dengan usulan saya. Saya terus terang bukannya bangga sebagai dosen, cuma saya berpesan untuk diri saya sendiri bahwa lain kali harus lebih pintar lagi mengatur waktu. Sehingga tidak ada lagi mahasiswa yang terkecewakan oleh saya baik sengaja maupun tidak sengaja.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog