Kehilangan
Kehilangan ini diawali dari hilangnya
mukena dari salah seorang panitia Muktamar, sudah dicari kesana kemari tapi
mukena tersebut tidak juga ditemukan oleh pemiliknya. Karena sudah diusahakan
dicari dan ternyata tidak ketemu, maka si empunya mukena mengikhlaskan mukena
tersebut. Meskipun sejujurnya mukena tersebut masih sangat baru dan hasil
pemberian dari orang tua siswa dimana dia mengajar. Yang bikin ngenes lagi
orang tua siswa tersebut memberikan mukena itu dengan amanah sebagai berikut
“mukena ini saya berikan kepada ibu sebagai ucapan terima kasih karena ibu
telah mendidik anak saya, dan juga sebagai tanda persaudaraan kita karena saya
tidak punya anak perempuan, saya tahu ibu masih muda makanya senang jika saya
bisa menganggap ibu guru sebagai anak saya juga”. Mukena tersebut hilang di
kantor PW Muhammadiyah Lampung, barang siapa yang menemukan mukena warna putih
yang berada dalam tasnya, di tas tersebut ada motif bunga, dimohon
mengembalikannya kepada panitia baik dari wilayah atau panitia dari pusat,
terima kasih.
Kehilangan berikutnya adalah
kehilangan secara bersamaan dalam lingkungan sekitar kamar panitia dari pusat.
Kehilangan pertama yaitu kehilangan sebuah sepatu yang sebelah kanan, pemilik
sepatu merasa bahwa sepatu tersebut masih ada sebelum dia meninggalkan kamar
dengan menggunakan sandal jepit. Dicarilah sepatu tersebut hingga keseluruh
ruangan kamar hingga ke plastik sampah dan kamar mandi tetapi tidak juga ketemu.
Karena sudah tidak ketemu si empunya pasrah dan bilang “yawislah mungkin sudah
nasib, aku memang harus beli sepatu baru lagi sepertinya”. Belum lama berselang
teman satu kamar yang lain tiba-tiba kehilangan charger hand phone, sama
paniknya dengan yang kehilangan sepatu sebelah kanannya, pemilik charger
tersebut mencari chargernya hingga kepelosok kamar tetapi belum juga ketemu.
Charger belum ketemu bertambah lagi satu kehilangan yaitu kehilangan sebuah
flash disk berwarna putih, si pemilik flash diskpun sangat panic karena banyak
data yang tersimpan dalam falsh diks tersebut, tenaga pun dikerahkan untuk
mencari flash disk tersebut tetapi tidak juga ditemukan. Akhirnya semua yang
berada dalam kamar terdiam sambil memikirkan sesuatu dibalik kehilangan tersebut,
tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang berstatus sebagai panitia dari pusat
dia masuk ke kamar dan bilang “hai teman-teman sekalian, barangkali kalian
menemukan sepatu aku yang sebelah kiri, sepatu aku hilang dan tidak tahu dimana
rimbanya, terima kasih”. Seisi kamar hanya bisa bengong, tertegun, dan menahan
tawa hingga teman kami tersebut keluar dari kamar.
Kelucuan
Selesai seminar diadakanlah
konferensi pers di aula tersebut dalam rangka sosialisasi tentang kegiatan
Muktamar Naysiah kepada para wartawan baik media cetak maupun elektronik yang
berada di Lampung maupun tingkat Nasional. Tidak begitu memperhatikan sampai
tiba-tiba saya melihat ada beberapa teman sedang mengangkut makanan buah dan
kue yang ada di meja depan tempat pembicara seminar. Saya mencoba mendekatinya
bermaksud ingin tahu kenapa teman saya tersebut heboh banget mengumpulkan buah
dan kue yang ada di meja depan:
Saya: “itu untuk apa kok di ambilin?”
Teman: “kan saya sedang menyusui jadi
butuh banyak makanan”.
Saya: “kalau kamu untuk apa coba?”
Teman: “kalau saya kan nanti mau
nulis untuk bulletin jadi saya butuh banyak makanan untuk lembur”.
Saya: “owh begitu ya, hehehe”.
Selesai dari ruang seminar saya
langsung meluncur ke tempat makan siang, saya bersama teman satu kamar makan
rame-rame. Saya sengaja memilih tempat duduk yang disitu ada penjual minuman,
karena saya sangat merindukan es teh manis. Saat duduk makan saya diajak
bercerita oleh teman-teman dari Papua, dia menceritakan bahwa temannya satu
orang tertinggal di Jakarta karena anaknya sakit dan musti di rawat di rumah
sakit Jakarta karena kecapean melakukan perjalanan Papua menuju Jakarta. Sedih
rasanya mendengar cerita tersebut, yang bisa kita lakukan adalah berdo’a untuk
teman kita tersebut supaya anaknya lekas sembuh, amien. Teman-teman yang dari
Papua beranjak pamit karena telah selesai makan, tiba-tiba datanglah teman dari
Sulawesi Tenggara panggil saja Kak ‘A’, dia memesan energen jahe dan setelah
tersedia diminumlah energen jahe tersebut dengan kenikmatan yang seolah-olah
tiada tara. Terjadilah percakapan antaraka saya, teman-teman saya, dan Kak ‘A’:
Saya: “kakak dari mana?”
Kak A: “saya dari Kendari”.
Saya: “transit di Jakarta dahulu
kak?”
Kak A: “iya, saya ketakutan naik
Damri dari Jakarta jalannya tanjakan dan turunan sangat curam, mana belum
pamitan lagi sama suami, takut saja kalau kenapa-kenapa di jalan”.
Saya: “hahaha, lagi kenapa tidak
pamit dulu sama suami?”
Kak A: “iya saya belum sempat pamit,
oya mau minum jahe tidak? Nanti saya yang bayarin?”
Saya: “tidak kak makasih banyak saya
sudah kebanyakan minum, perut sudah tidak muat lagi”.
Kak A: “yah basa-basi nawarilah kan
tidak enak kalau minum sendirian, tapi sepertinya tidak pantas kalau saya yang
traktir, masa saya traktir dari panitia pusat?”
Saya: “yaudah saya saja yang bayari
jahenya kakak”.
Kak A: “janganlah tidak enak,
lagipula saya di rumah sana banyak tambah, jadi tidak perlu membayari jahe
saya”.
Saya: “hahahaha, bisa saja ini
kakak”.
Kak A: “suara saya keras sekali ya
tidak seperti suara kalian?”
Saya: “mungkin karena kakak orang
Sulawesi ya?”
Kak A: “mungkin Tuhan mentakdirkan
pita suara orang Sulawesi berbeda dengan pita suara orang Jawa”.
Saya: “hahahaha, ada-ada saja kakak
ini”.
0 comments:
Post a Comment