Cerita I
Waktu kuliah di Semarang, pernah suatu kali saya
kemalaman dan saya tidak berani pulang ke kost Gunung Pati karena
jalanan sangat gelap dan rawan bagi pengendara motor cewek. Akhirnya
saya beranikan diri untuk mampir di sekretariat KAMMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia) Semarang, saya beranikan kesitu dengan
alasan sama-sama saudara semuslim. Berharap ada pengurus ikhwan/cowok
yang disitu dan bisa mengantarkan saya pulang ke kost. Maksudnya dia
mengikuti motor saya dari belakang. Alhamdulillah ada satu cowok yang
bersedia mengantar saya pulang ke kost Gunung Pati yang jaraknya lumayan
jauh dari sekretariat KAMMI kurang lebih 60 menit perjalanan.
Perjalanan
baru sekitar 15 menit tiba-tiba hujan turun begitu lebatnya, kamipun
berhenti di halaman rumah orang untuk berteduh. Ternyata selain lebat
hujanpun tidak kunjung reda, padahal kala itu waktu sudah menunjukkan
pukul 22.30 WIB, keadaan cukup larut malam di daerah Semarang. Posisi
saya tidak membawa mantel, meskipun teman baru saya tersebut membawa
mantel. Karena mantel cuma satu, saya memutuskan menunggu hujan reda
supaya kami tidak basah kuyup oleh air hujan. Tiba-tiba teman baru saya
tersebut bilang:
Teman: mbak bagaimana kalau kita jalan saja? soalnya sudah larut malam, saya takut mbak nya dicariin sama teman satu kost nya?
Saya: masalahnya saya tidak membawa mantel mas, jadi kita tunggu reda saja mas.
Teman: alhamdulillah saya bawa mantel kok, mending mbak nya pakai mantel saya biar gak kehujanan.
Saya:
lha mas nya gimana dung? saya gak mau pakai mantel mas nya tapi malah
mas nya basah kuyup, nanti kalau sakit kan saya yang tidak enak sama mas
nya.
Teman: insya allah saya tidak apa-apa mbak, yang
penting mbak nya tidak kehujanan dan bisa pulang ke kost tidak terlalu
malam, kasihan untuk perempuan jika harus pulang terlalu larut malam.
Saya: (terharu) makasih banyak ya mas?
Teman:
sama-sama mbak, sesama saudara seiman harus saling tolong menolong
dalam kebaikan dan taqwa mbak, saya senang kok bisa menolong mbak nya.
Saya: kalau begitu mari kita lanjutkan perjalanan.
Teman: :)
Cerita II
Kala
itu saya sedang perjalanan pulang ke daerah Bogor, tiba-tiba hujan
turun begitu derasnya, dan karena saya takut basah dan tidak mau
mengambil resiko jalanan licin saya memutuskan untuk berteduh, dan
berhentilah saya di depan warung kosong bareng dengan seorang ibu
separuh baya dengan anak laki-lakinya yang sudah remaja. Hujan ternyata
lumayan lama, hampir 30 menit saya berteduh di depan warung kosong
tersebut. Suasana sangat tidak mengenakkan, karena kondisi warung sangat
tidak terawat dan sangat gelap karena tidak ada penerangan sama sekali.
Alhamdulillah
hujan mulai agak berkurang kelebatannya, saya memutuskan jalan karena
sesungguhnya saya bawa mantel. Sambil memakai mantel saya memperhatikan
si ibu dan si anak remaja yang sedari tadi bersama saya. Karena
penasaran sayapun memberanikan diri untuk bertanya:
Saya: mantelnya cuma satu mas?
Remaja: iya ni mbak.
Saya: terus gimana dung? atau nunggu dulu sampai reda hujannya?
Remaja: udah malam mbak, jadi kita mau lanjut saja, mantelnya biar dipakai sama ibu saja.
Saya: mas nya gimana dung?
Remaja:
saya mah masih muda mbak jadi gak apa-apa, yang penting ibu gak
kehujanan, kasihan ibu kan sudah tua, saya tidak mau dia sakit gara-gara
kehujanan.
Saya: subhanallah ya bu, beruntung sekali punya anak remaja yang seperti ini, begitu sayang dan perhatian sama ibunya.
Ibu: :)
Cerita III
Tepatnya
malam kamis tanggal 15 September 2010, saya diantar adek saya ke
pangkalan bus sinar jaya jurusan Jakarta menggunakan motor mio hitam
punya adek saya. Dari rumah sih tidak hujan makanya adek saya tidak
membawa mantel. Setelah perjalanan berlangsung kira-kira 20 menit, hujan
turun tidak terlalu deras tetapi agak panjang. Melihat hujan yang agak
panjang adek saya bilang:
Adek: mbak kayaknya hujannya panjang ne, mau neduh gak?
Saya: lha kalau neduh nanti saya ketinggalan bus dek?
Adek: sampeyan gak pake jaket ya?
Saya: enggak ne, gak apa-apalah, wong gak lebat kok hujannya.
Adek:
meski gak lebat tapi kalau hujannya panjang yah bajune sampeyan bisa
basah kuyup, mana bus nya ac kan? nanti sampeyan kedingingan lho ya?
Saya: lha enaknya gimana dek?
Adek: yaudah kita berhenti dulu, sampeyan pakai jaket saya saja.
Saya: lha nanti kami kedinginan to dek?
Adek:
saya tidak apa-apa mbak, yang mau jalan jauh kan sampeyan, jadi yah
yang musti dilindungi sampeyan bukan saya, lagipula sudah seharusnya to
adek laki-laki berkorban buat kakak tercintanya?
Saya: oalah kok yo baik benar kamu dek, bangga saya punya adek seperti kamu.
Adek: :)
Hari
jumat tanggal 17 September 2010 adek saya hendak pulang ke kost nya di
Purwokerto Banyumas (dia kuliah di Universitas Negeri Jendral Soedirman)
jurusan sastra Inggris, adek saya kecelakaan motor di sekitar desa
Surodadi kurang lebih 60 menit dari rumah. Adek saya meninggal dunia di
tempat sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit, setelah meninggal
jenazahnya di rawat di rumah sakit Caruban Weleri Kendal.
Mustinya
adek saya berangkat ke Purwokerto pada rabu paginya, tapi tidak jadi
dan diganti jumat siang karena dia ingin supaya saya dulu yang berangkat
ke Jakarta baru kemudian dia. Adek saya meninggal hari jumat,
alhamdulillah dia masih sempat sholat jumat di kampung halaman tercinta.
Alahamdulillah juga dia meninggal dalam keadaan syahid karena hendak
menuntut ilmu ke kampus tercintanya. I Love You Sugie.
Saturday, July 21, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment