Sunday, January 20, 2013

Cerita Masa Kecil....


Cerita I
Waktu saya kecil, saya suka sekali dengan bau minyak tanah.
Saking sukanya dengan bau minyak tanah, saya suka ke dapur hanya buat nyelupin kedua tangan saya ke wadah yang ada minyak tanahnya dan kemudian diciumin.
Setelah tangan saya kering, saya masukkan lagi tangan saya ke wadah yang ada minyak tanahnya kemudian saya ciumin lagi tangan saya hingga tangan saya kering.
Hal itu akan saya ulang sampai ibu atau nenek saya menemukan saya dan memarahi saya karena melakukan hal yang menurut mereka konyol.

Tidak hanya di rumah, saya suka kabur main ke rumah pakde saya yang kebetulan punya warung kelontong.
Nah di warung pakde saya ada drum besar yang isinya minyak tanah, namanya juga jualan.
Nah disitu saya lebih puas lagi, karena tangan saya bisa berendam di drum yang berisi minyak tanah.
Artinya saya bisa lebih lama lagi menciumi tangan saya yang berlumuran minyak tanah.
Hohoho, baunya menurut saya kala itu sangat nikmat sekali.
Nikmat yang tiada taranya.

Cerita II
Waktu kecil, saya suka sekali memanjat pohon.
Dari pohon jambu biji, pohon jambu air, dan pohon mangga.
Semua pohon yang ada buahnya pasti bisa saya panjat.
Yang sering banget saya panjat yaitu pohon jambu biji dan jambu air.
Kalau sudah di atas pohon, saya bisa berjam-jam.
Kegiatan saya di atas makan jambu-jambu dan sambil bengong kadang tiduran.
Sampai kadang ibu atau nenek saya suka nyariin saya tapi tidak ketemu.
Wakakakak.

Suatu ketika pulang sekolah MI saya buru-buru naik pohon jambu air.
Dan saya nongkrong lama disitu untuk makan jambu di atas.
Setelah lama nongkrong di atas dan kenyang saya bermaksud turun segera karena dipanggil sama nenek.
Saya kaget kalau ternyata di batang dimana untuk lewat saya turun, banyak ulat bulu.
Saya tidak tahu ulat itu datang dari mana, yang pasti jumlahnya lumayan banyak.
Meski saya suka manjat pohon, tapi sebenarnya saya takut akan ulat-ulatan.
Akhirnya saya teriak-teriak minta tolong sambil nangis.
Eh nenek saya bilang gini; "syukurin kamu, hahaha".
Kesel banget saya sama nenek saya, bukannya ditolong malah di syukurin.


Cerita III
Ketika kecil saya juga suka main sama anak-anak cowok.
Hampir semua teman dekat saya cowok.
Kita main sepeda-sepedaan, main masak-masakan, dan main rumah-rumahan pakai kain punya nenek.
Kita seru-seruan bareng dan juga bertengkar bareng.
Mereka tidak memperlakukan saya dengan beda.
Kita melakukan aktivitas bareng-bareng meskipun secara culture cewek beda sama cowok.
Tapi teman-teman saya ini melihat saya sebagai cewek yang berbeda.
Makanya mereka menghormati kapasitas saya sebagai cewek yang perkasa.
Hehehehe.

Suatu ketika saya dan teman-teman cowok saya memutuskan main ke laut.
Jarak dari rumah kami ke laut kurang lebih 8 kilo meter.
Jumalh kami kurang lebih ada 10 orang anak-anak kecil.
Sepeda hanya ada satu alhamdulillah ada boncengannya.
Sehingga kami membagi rata menjadi lima pasangan, satu pasangan dua orang.
Sepeda itu kami naikin secara bergantian.
Hingga kami tiba di laut, karena teman-teman saya menganggap saya sama dengan mereka, saya juga dapat giliran untuk membonceng teman cowok saya.
Artinya teman-teman cowok saya tidak ada yang memanjakan saya.
Malahan seingat saya, sayalah yang paling galak dan sok berkuasa di kelompok itu.

Cerita IV
Eh saya bingung dech, kok waktu kecil saya banyak kutu ya?
Hahahaha.
Jadi karena banyak kutu, saya suka dipetani sama nenek kadang ibu saya.
Atau kalau kakek saya gemes, sehabis keramas rambut saya di uyek-uyek sama kain putih supaya kutunya kelihatan.
Parah dech pokoknya.
Dan bukan cuma saya yang kutuan, sepertinya hampir semua teman kecil saya berkutu dech.
Saya juga tidak tahu kenapa bisa begitu, apa karena shampoo jaman itu belum ada ya?
Sehingga kutu merasa enjoy dan senang di rambut kami.

Cerita V
Saat kecil saya suka main ke hutan sama anak-anak dan kadang ikut ibu saya.
Ibu saya suka mencari kayu bakar ke hutan untuk dijual.
Maklum ibu saya orang tidak punya, bapak saya sudah meninggal dari saya umur 7 tahun.
Jadi beliau biasa mandiri untuk menghidupi saya dan almarhum adek saya.
Nah saat di hutan, saya suka ngambil coklat sama teman-teman saya.
Sebenarnya sih tidak ijin, karena kita langsung ambil tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Hanya coklat itu kan punya pemerintah, makanya kami menganggap bahwa kami tengah mengambil buah coklat punya pemerintah.

Tidak hanya buah coklat, saya dan teman-teman juga suka makan tebu di ladang tebu.
Ladang tebu itu punya salah satu warga kampung saya.
Kami langsung memakan tebunya disitu sampai kenyang dan haus kami hilang.
Kadang kalau ketauan mandornya kami dikejar-kejar sampai kami ngos-ngosan lari.
Hehehehe.
Tapi kami tidak pernah kapok untuk mengulanginya lagi.
Benar-benar ketagihan makan tebu di ladang tebunya sekalian.
Rasanya begitu nikmat dan luar biasa lezat.

Cerita VI
Waktu itu ibu saya kan janda, dan ibu saya hanya sebagai buruh tani.
Saya punya adek cowok satu.
Nah karena penghasilan ibu saya sangat pas-pasan, saya sering makan tapi tidak pakai lauk.
Kadang makan pakai air garam.
Kadang makan pakai gorengan satu dibagi berdua sama adek saya.
Kadang makan pakai sambal kecap dicabein.
Hahahaha, ngenes banget ya?
Tapi tidak mengapa, saya bahagia dan saya bangga dengan ibu saya.

Saya sering melihat ibu saya menangis sendirian di kamar.
Mungkin dia sedih melihat dua anaknya tanpa bapak.
Atau mungkin dia takut melihat masa depan kami berdua?
Tapi saya dan adek saya sayang banget sama ibu saya.
Makanya kami mencoba menerima keadaan dengan ikhlas.
Meski kadang kami iri dengan teman-teman kami yang jauh lebih sejahtera.
Tidak jarang juga kami tidak diberi uang saku untuk sekolah.
Parahnya lagi pagi kami kadang tidak sarapan.
Tapi tidak apa-apa, bisa sekolah saja sudah membanggakan buat saya dan adek saya.
I Love You Mother.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog