Thursday, January 03, 2013

Malam Tahun Baru...


Malam tahun baru kemaren mustinya saya mau ke Cilongok Banyumas dengan teman saya.
Di Cilongok kebetulan ada teman dekat (sudah seperti adek) yang siap mengajak saya tahun baru di curug Cipendak Banyumas.
Kata teman saya, curug Cipendak sangat luar biasa dan pasti pas untuk tahun baruan.
Betapa senangnya saya seandainya bisa tahun baru disana, pasti akan sangat berkesan dan menyenangkan.
Apalagi suasana disana masih sangat asri, damai, lembut, dan alami.
Tapi sayang, teman saya tersebut yang berjanji menemani saya membatalkan acara ke Cilongok karena alasan tidak mendapat ijin.
Dia tidak mendapat ijin dari kedua orang tuanya, alasannya terlalu jauh untuk sebuah liburan tahun baru.
Mau tidak mau sayapun membatalkan acara ke Cilongok, karena tidak mungkin saya datang seorang diri.

Karena cancel ke Banyumas, saya terlanjur tidak mempunyai acara lain untuk tahun baru.
Karena tidak mungkin juga membuat acara tapi dadakan, saya yakinlah teman-teman saya yang lain pasti sudah mempunyai acara masing-masing.
Dan tidak elok juga jika saya tiba-tiba bergabung tanpa ikut merencanakannya.
Akhirnya saya memutuskan untuk tahun baru di rumah sambil tidur dan selimutan.
Saya membayangkan merayakan tahun baru di alam mimpi.
Pasti seru dan menarik, karena jarang orang yang menghayalkan merayakan tahun baru di alam mimpinya.
Sebenarnya sih bisa merayakan tahun baru dengan tetangga atau ikut gabung di komplek Telaga Kahuripan.
Karena tetangga juga mengadakan acara bakar-bakar ayam, sedangkan di komplek Telaga Kahuripan sudah dapat dipastikan sangat ramai.
Tapi saya sudah sangat tidak berminat untuk bergabung ke acara apapun.
Tekat saya sudah bulat untuk merayakan tahun baru di alam mimpi.
Hahahaha.

Sempat sih sms beberapa teman dan di sms beberapa teman untuk gabung ke acara mereka.
Tapi hampir yang menawarkan untuk gabung tempatnya sangat jauh dari Parung.
Saya membayangkan naik motor dari Parung ke Jakarta sendirian, malam-malam, dan jalanan macet.
Sungguh tidak sanggup saya membayangkannya, pasti saya akan kelelahan dijalanan dan dipastikan akan bete habis.
Karena bayangan serem itulah saya bulat memutuskan untuk tahun baru di alam mimpi.
Kira-kira pukul 20.00 WIB saya mencoba sma teman saya anak sini, saya bilang jika dia akan ke depan (Telaga Kahuripan) boleh jemput saya.
Dalam hati sih semoga dia tidak datang dan saya akan melancarkan rencana saya untuk tidur lebih awal.

Kira-kira pukul 21.30 WIB saya mendengar bunyi motor berhenti tepat di depan rumah saya.
Saya pikir tamunya budhe sebelah rumah, makanya saya cuek dan tidak keluar.
Ternyata motor-motor itu adalah motor teman saya anak sini asli.
Mereka sengaja nyamper saya dan bermaksud mengajak saya bergabung ke komplek Telaga Kahuripan untuk merayakan tahun baru disana.
Dia bercerita bahwa di depan sangat ramai, banyak orang jualan, banyak orang-orang datang untuk merayakan tahun baru bersama-sama.
Dan tradisi itu sudah berlangsung dari tahun ketahun.
Tertarik juga mendengar penjelasan dari teman saya tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk siap-siap dan jalan dengan teman saya tersebut.
Kira-kira jam 22.00 WIB saya jalan dengan teman saya tersebut, kebetulan teman saya itu juga membawa teman-temannya.

Akhirnya saya nongkrong di Telaga Kahuripan bagian depan.
Subhanallah begitu sangat ramai, ramai orang jualan dan ramai orang-orang.
Meski kondisi dalam keadaan hujan gerimis, orang-orang tetap eksis disitu dan tidak bergerak dari tempat duduknya.
Sepertinya hujan bukan halangan berarti bagi mereka semua yang bermaksud merayakan tahun baru.
Tidak hanya motor yang memenuhi Telaga Kahuripan, tetapi juga ada sepeda dan mobil-mobil.
Saya memastikan bahwa yang datang kesitu tidak hanya yang dekat dari komplek tetapi ada banyak orang yang juga datang dari jauh.
Sebenarnya sih tidak ada acara khusus seperti panggung, tetapi seolah mereka bersepakat bahwa perayaan tahun baru tidak perlu acara.
Cukup kebersamaan diantara mereka menjadi bukti bahwa mereka bisa merayakan tahun baru secara bersama-sama.
Meski satu sama lain tidak harus saling kenal dan saling paham.

Saya mencoba mengamati yang ada di depan mata saya kala itu.
Banyaknya pedagang dengan berbagai jenis barang dagangan menarik perhatian saya.
Dalam hati saya sempat berfikir; subhanallah banget orang-orang ini bisa memanfaatkan peluang yang ada.
Selain itu saya juga mengamati orang-orang yang datang kesitu.
Ternyata sebagian besar adalah anak-anak muda (remaja) yang datang dengan pasangannya.
Benar-benar hampir sebagian besar adalah muda-mudi yang berpasangan.
Sedangkan sebagian kecilnya sepertinya adalah suami istri dan anak-anaknya.

Muda-mudi yang datang ke tempat itu terlihat begitu romantis dan sangat dekat.
Ada yang mojok di tempat yang gelap, ada yang duduk di motor berduaan, ada yang duduk berdua di tempat ramai.
Tetapi sebagian dari mereka berdua di tempat yang gelap dan duduk di motor berduaan.
Waduh, pusing saya melihat keadaan itu.
Bukan iri karena tidak membawa pasangan, tetapi lebih berfikir bahwa kondisi pergaulan/pacaran anak sekarang menurut saya sudah berlebihan.
Saya hampir tidak bisa membedakan mana yang suami istri dan mana yang pacaran, karena mereka sama-sama begitu dekat dan romantis.
Yang idealnya mustinya ada perbedaan antara suami istri dan orang yang hanya berstatus pacaran.

Kenyataan di lapangan, anak-anak pacaran lebih berani menampilkan keromantisan di depan publik dari pada suami istri.

Kalau suami istri saya yakin sudah risih untuk bermesraan di ruang publik.
Karena mereka bisa bermesraan di rumah mereka.
Sedangkan anak muda yang pacaran kenapa mereka bermesraan di luar, karena mereka tidak mungkin bermesraan di rumah.
Mereka pasti tidak berani dengan orang tuanya masing-masing.
Yah itu memang hak, tetapi kok sepertinya tidak pantas dilihat mata telanjang.
Susah memang bicara idealisme, sementara negara ini tidak punya alat untuk mengatur itu semua.
Tidak ada undang-undang yang mengatur tentang pacaran di muka publik.
Sehingga masing-masing orang seolah punya hak untuk berekspresi dalam berpacaran.

Jam 24.00 WIB telah tiba, riuh suara terompet, petasan, kembang api, dan knalpot motor begitu membahana.
Semua serentak meramaikan tahun baru bersama-sama.
Luar biasa heboh dan bising, sehingga telinga saya begitu pengap.
Keadaan itu berlangsung cukup lama kurang lebih lima belas menit.
Saya juga hampir muntah karena terkena asap-asap kembang api, petasan, dan knalpot.
Tapi alhamdulillah saya bisa bertahan disitu dengan keadaan yang demikian.
Di tengah-tengah suasana tersebut, saya melihat beberapa polisi bertugas mengatur laju motor dan mobil yang begitu padat.
Para polisi tersebut berseragam sangat rapi.
Subhanallah, salut buat polisi yang mau mendampingi warganya yang merayakan tahun baru di Telaga Kahuripan.

Kurang lebih jam 01.00 WIB saya tiba di rumah.
Niatnya sih mau ikut teman saya nongkrong dulu, tapi tidak tahu kenapa teman saya mengantarkan saya pulang ke rumah.
Mungkin dia kasihan melihat saya yang terlihat lemas karena pengaruh asap knalpot, petasan, dan kembang api.
Saya langsung cuci muka, sikat gigi, cuci tangan, dan cuci kaki dan siap-siap tidur selimutan.
Cerita berubah, tidak jadi merayakan tahun baru di alam mimpi.
Tetapi bermimpi telah merayakan tahun baru di Telaga Kahuripan.

Satu hal yang pasti; bahwa memang begitulan culture orang Indonesia.
Orang Indonesia lebih senang berhura-hura dan bersenang-senang dibandingkan mikir yang rumit-rumit.
Kalau dipikir-pikir tahun baru itu menghabiskan uang, tenaga, dan waktu.
Tapi orang tidak peduli dengan itu semua, yang orang-orang tahu bahwa tahun baru satu kali dalam setahun.
Jadi musti dirayakan dengan megah dan dengan kenangan yang berarti.
Koreksi buat kita bersama bahwa boleh berhura-hura, tetapi diri kita secara pribadi mustinya punya karya berarti untuk bangsa ini.
Terima kasih.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog