Monday, January 07, 2013

Dongkol Banget....


Sore itu saya mengajar di kampus Tangerang, agak suntuk dan kesal karena sepanjang jalan hujan turun begitu derasnya. Gimana tidak kesal rok saya basah kuyup terkena air hujan, saya sesungguhnya sudah memakai mantel, tetapi derasnya hujan menembus mantel bagian bawahnya. Sebenarnya agak risih juga karena kondisi mengajar di ruang ber ac, saya pasti akan merasakan kedinginan yang luar biasa. Tapi mau gimana lagi, masa saya harus pakai mukena untuk mengajar? Hahaha.
Selesai mengajar kurang lebih pukul 17.00 WIB saya masuk ke ruang dosen, saya sengaja tidak pulang karena sesungguhnya malam itu janjian nonton dengan mahasiswa saya di CBD. Tiba-tiba ada dosen laki-laki yang wajahnya baru saya lihat, dosen itu masih lumayan muda tapi sepertinya dosen baru/mungkin dosen pengganti. Beginilah percakapan saya dan dia:
Dosen; ibu sudah berapa lama disini?
Saya; hah, iya pak?
Dosen; sudah lama disini bu?
Saya; sudah lima tahun.
Dosen; lama juga ya bu, wah hebat.
Saya; biasa saja pak.
Dosen; kuliahnya dimana?
Saya; kuliah apa?
Dosen; maksudnya dulu kuliah dimana?
Saya; di unnes, uhamka dan unj.
Dosen; lagi ambil program doktor?
Saya; iya bener banget.
Dosen; wah keren ya masih muda sudah mau doktor.
Saya; ah biasa saja pak.
Dosen; menurut saya keren dan hebat, apalagi ibu perempuan.
Saya; memang kenapa dengan perempuan?
Dosen; jarang perempuan yang bisa kuliah sampai tinggi.
Saya; ah menurut saya sudah banyak pak.

Saya sebenarnya agak dongkol karena saya merasa tidak kenal dengan dosen baru tersebut. Dan posisi saya sedang ada urusan dengan sms/telphon di hp saya. Tapi itu orang cuek banget dan merasa sok akrab, bahkan dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang sedang saya lakukan. Kesel banget rasanya, ditambah saya tipikal orang yang suka gk suka ma orang yang ribet dan tanpa basa-basi. Gimana gk ribet, kenal saja tidak tapi langsung nyerocos bla bla bla tidak berhenti. Bahkan sama sekali tidak memberi kesempatan kepada saya untuk membalas sms dan mengangkat telephon.

Dosen; tinggal dimana bu?
Saya; di parung bogor.
Dosen; kenapa tidak di jakarta saja?
Saya; wong rumah saya di parung kok disuruh tinggal di jakarta.
Dosen; owh rumah sendiri?
Saya; memangnya kenapa ya pak?
Dosen; hebat ya.
Saya; biasa saja pak.
Dosen; maenlah ke daerah saya di ciganjur.
Saya; insya allah pak.
Dosen; saya tunggu ya bu.
Saya; gak janji ya pak maaf.
Dosen; di tempat saya suka ada diskusi agama, tapi laki-laki semua yang datang.
Saya; owh.
Dosen; semoga sih ibu tidak masalah jika ketemu banyak laki-laki.

Sumpah pusing banget saya sama dosen tersebut, hati saya ngomel-ngomel tidak karuan. Rasanya pengen segera cabut dari ruangan itu supaya tidak mendengarkan ocehannya. Wajah saya sudah sangat tidak respek sama dia, bahkan saya sudah malas menjawab pertanyaan panjang dan bertubi-tubi dari dia. Mustinya saya tidak begitu, karena bagaimanapun kan dia adalah patner saya di kantor. Tapi pelajarannya adalah mohon agar siapapun orangnya, ketika baru pertama kali kenal orang mohon untuk tidak langsung banyak bertanya dan mohon lihat kondisi orang yang sedang diajak bicara. Siapa tahu orang yang diajak bicara tersebut sedang suntuk atau sedang mempunyai banyak hal yang musti segera diselesaikan.
Saya; saya mah laki-laki dengan perempuan sama saja, kan keduanya punya hak untuk mencari ilmu.
Dosen; bagus dech kalau begitu.
Saya; sip.
Dosen; dengan senang hati jika ibu mau datang.
Saya; J.
Dosen; ibu sepertinya sangat mandiri orangnya.
Saya; makasih ya bapak, oya mohon maaf bapak saya pamit duluan.
Dosen; owh mau pulang to bu?
Saya; yupz.
Tanpa babibu saya langsung cabut buru-buru dan berniat langsung pulang ke rumah karena tidak jadi menonton di CBD. Pulang dalam keadaan hati dongkol, meski agak merasa bersalah sih karena sudah sinis dan ketus sama orang lain. Mustinya sekesal apapun sama orang, kita tetap harus berbuat baik dan cinta kasih sama orang lain. Hingga selang perjalanan kurang lebih sepuluh menit tiba-tiba ban motor saya bocor, ban yang bagian belakang. Dan saya kaget karena jumlah motor yang bocor kurang lebih ada tujuh motor. Waduh kok bisa bersamaan ya bocornya? Jadi berburuk sangka lagi sama orang lain, jangan-jangan ada yang menebar paku di jalanan raya.
Masya Allah, tidak boleh berburuk sangka sama orang lain, karena saya yakin ban belakang motor saya yang bocor ini akibat sikap saya di kampus sama dosen baru tersebut. Saya yakin bahwa Allah selalu langsung menegur saya jika saya melakukan kesalahan. Karena tidak ingin berburuk sangka akhirnya saya berpikir bahwa memang ban motor belakang saya harus bocor, dan ternyata benar bocor bukan karena paku tetapi bocor alami. So untuk teman-teman semuanya agar selalu berbaik sangka sama siapapun dan dalam keadaan apapun. Karena yakinlah bahwa Allah itu tidak pernah tidur dan selalu mengamati semua tindak-tanduk hamba-hambanya.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog