Monday, January 14, 2013

Sebuah Kisah Dari Hujan...

Hujan I
Saya sebenarnya tidak begitu takut dengan air hujan, karena sewaktu kecil saya suka mandi air hujan sama teman-teman masa kecil saya.
Tetapi kala itu saya bersama adek saya almarhum sedang jalan keliling daerah Batang untuk masang baliho dan spanduk photo saya.
Saya berangkat pagi buta menggunakan motor, berharap bisa menjelajahi daerah Batang.
Saya berangkat dari rumah empat orang dengan dua motor.
Di tengah jalan tiba-tiba hujan turun begitu lebatnya, dan kami akhirnya berteduh.
Karena hujan cukup lama dan tidak kunjung reda, akhirnya kami berempat hujan-hujanan sambil memasang beberapa spanduk dan baliho.
Kami berempat basah kuyup karena air hujan, dan kami tetap menikmatinya.
Awalnya sih sangat seru, dan kami tetap melanjutkan pekerjaan kami, berharap bisa tuntas hari itu juga.
Hujan berlangsung cukup lama, hingga pukul 13.00 hujan masih saja mengguyur dengan santainya.
Karena lapar, saya mengajak ketiga saudara saya untuk mampir di warung sate.
Kami makan siang sambil kedinginan, tetapi kami masih mencoba menikmatinya tanpa ada yang mengeluh.
Selesai makan kami melanjutkan pekerjaan kami yang masih tersisa, kami memutuskan menjamak sholat dzuhur kami karena keadaan yang tidak memungkinkan.
Pukul 16.00 alhamdulillah hujan mulai agak reda, tinggal tersisa gerimisnya saja.
Badan kami benar-benar nyilu oleh guyuran air hujan, baju luar dan dalam kami sudah basah kuyup.
Kamipun menggigil karena kedinginan.
Sejak kejadian itulah, saya tiba-tiba menjadi trauma dengan air, entah air hujan maupun air biasa.
Setiap kali terkena air dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama, saya tiba-tiba menggigil yang berlebihan dan ingin segera lari dari air itu.

Hujan II
Malam kamis kala itu, saya diantar oleh adek saya almarhum ke pangkalan bus Sinar Jaya.
Malam itu saya bermaksud pulang ke Jakarta.
Tiba-tiba di tengah jalan turun hujan agak lebat, akhirnya adek saya meminggirkan motornya untuk berteduh.
Setelah hujan agak reda, kamipun melanjutkan perjalanan kembali.
Baru jalan kurang lebih lima menit, tiba-tiba hujan turun lagi tapi kali ini hanya gerimis dan tidak begitu lebat.
Karena takut ketinggalan bus, kami tetap melanjutkan perjalanan.
Ternyata di depan keadaan tidak hujan sama sekali, kamipun agak lega karena tidak jadi basah kuyup.
Tiba-tiba selang lima menit kami jalan lagi, hujan turun lagi dan tidak begitu lebat.
Kejadian itu berulang-ulang hingga kami sampai di tujuan.
Almarhum adek saya sempat bingung dengan keadaan tersebut, keadaan dimana hujan turun tapi berselang-seling.
Tapi kita yakin bahwa itu adalah tanda kebesaran Allah SWT.
Hari jumatnya adek saya yang mengantar saya meninggal kecelakaan motor habis sholat jumat.

Hujan III
Waktu itu saya masih berusia 5 tahun, hari itu hujan turun begitu derasnya.
Kebetulan hari itu kakak sepupu saya namanya Tanti sedang main ke rumah.
Karena sudah sore Tanti minta dianterin pulang ke rumah pakai payung.
Dia tidak berani pulang sendirian karena banyak petir.
Akhirnya saya mengantar kakak sepupu saya tersebut sampai rumahnya.
Setiba di rumahnya hujan masih deras, dan karena takut pulang sendiri saya gantian minta diantar pulang sama Tanti.
Akhirnya Tanti mengantar saya pulang pakai payung yang saya bawa dari rumah.
Sesampai di rumah Tanti kembali minta diantar saya pulang, karena dia tidak berani pulang sendiri.
Akhirnya sayapun kembali mengantar Tanti pulang ke rumahnya.
Tiba di rumahnya Tanti untung ada ibunya Tanti, yaitu budhe saya.
Budhe saya sadar bahwa dari tadi kami saling antar satu sama lain.
Akhirnya saya pulang diantar sama budhe saya.
Hahaha.

Hujan IV
Ketika kecil saya sangat suka dengan hujan, karena saat hujan saya bisa mandi air hujan di lapangan sama teman-teman kecil saya.
Orang tua kami di kampung sangat santai dan tidak pernah melarang anak-anaknya main air hujan.
Kami mandi air hujan sambil main perahu kertas yang kami lombakan di got yang airnya penuh.
Kami juga main guling-gulingan di lapangan hingga baju kami basah dan kotor semua.
Setelah puas main air hujan, kamipun pulang ke rumah masing-masing.
Kala itu saya ingat sekali bahwa teman-teman kecil saya rata-rata laki-laki.
Dan kebetulan kanan kiri saya kebanyakan anak laki-laki dari pada anak perempuannya.
Setiba di rumah keadaan lebih menyenangkan karena nenek saya membuatkan saya teh manis panas dan pisang goreng.
Kalau tidak ada pisang goreng, nenek saya suka menggorengkan saya singkong, atau merebuskan ubi.
Kami minum teh panas dan makan gorengan bersama-sama sambil duduk di depan rumah.
Sambil melihat halaman rumah yang digenangi oleh air hujan.
Subhanallah indah sekali keadaan kala itu, ingin rasanya kembali ke masa lalu.
Kondisi ketika kecil, dimana tidak banyak beban dan masalah yang menyelimuti.
Tapi semua sangat tidak mungkin, toh hidup ini terus berjalan.
Dan tidak ada hidup yang jalannya mundur ke belakang.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog