Bagian I
Minggu
sore saya mengajar di kampus UMJ cabang Poris Tangerang,
Sampai
disana pukul 15.00 WIB,
Karena
dosen sebelumnya belum keluar saya menunggu di ruang dosen,
Sekitar
pukul 15.15 saya baru masuk ruangan,
Saya
naik ke lantai tiga tetapi ternyata perkuliahan dilaksanakan di lantai dua,
Saya
mengajar hingga pukul 17.00 WIB,
Materi
hari itu adalah presentasi makalah mapel PKn SD kelas tiga oleh kelompok tiga,
Tapi
saya heran mahasiswa saya waktu itu lebih merespon persoalan yang saya
lontarkan dari pada merespon pemakalah,
Kebetulan
sebelum kuliah saya melontarkan tentang fenomena kaum homo dan lesbi di ibu
kota Jakarta,
Niatan
saya hanya satu supaya mahasiswa saya tidak terlalu tabu dengan persoalan homo
dan lesbi yang memang sudah menggejala di Indonesia,
Mahasiswa:
“bu, bukannya homo dan lesbi dosa? Tapi kok yang ibu ceritakan mereka tetap sholat
sebelum berhubungan badan?”
Saya:
“dosa itu bukan hak kita mbak, hanya Tuhan yang mempunyai hak berbicara tentang
dosa dan pahala”.
Mahasiswa:
“iya sih bu, kalau menurut ibu sendiri bagaimana tentang homo dan lesbi?”
Saya:
“saya tidak pernah bilang bahwa saya sepakat dengan komunitas mereka, kalau
saya lebih pada persoalan bahwa itu adalah pilihan hidup mereka yang mustinya
mereka harus berani bertanggung jawab atas apa yang mereka pilih”.
Mahasiswa:
“kenapa memilih orientasi homo atau lesbi ya? Padahal lebih enakkan dengan
lawan jenis”.
Saya:
“itu kan menurut pendapat kita mbak, bisa jadi mereka bilang lebih seru dan
nyaman berhubungan dengan sesama jenis, atau mereka pernah mempunyai persoalan
pribadi yang membuat mereka trauma sehingga mereka memutuskan untuk menjadi
homo atau lesbi”.
Bagian II
Setelah
kelar mengajar saya langsung cabut kearah daerah Slipi,
Saya
janjian sama teman saya Isal,
Saya
janji pukul 18.00 WIB saya usahakan tiba disitu,
Tetapi
karena lumayan jauh saya telat sekitar 30 menit,
Alhamdulillah
Isal masih menunggu saya,
Saya
khawatir dia sudah tidak ditempat karena HP dia mati dan tidak bis dihubungi,
Bensin
motor saya habis dan lampu depan saya mati,
Akhirnya
kami ke pom bensin untuk mengisi bensin,
Baru
setelah itu kami pergi ke Slipi Jaya untuk menonton film Indonesia baru ‘modus
anomali’,
Cerita
filmnya lumayan baguslah,
Bercerita
tentang pembunuhan tetapi setting filmnya sudah seperti film luar negeri,
Menurut
saya sih lumaya layak untuk di tonton,
Kelar
nonton kami langsung mencari bengkel untuk membetulkan lampu depan motor saya,
Alhamdulillah
dapat bengkel,
Setelah
usai saya silaturahmi ke rumah teman,
Kebetulan
teman saya tersebut adalah suami istri yang sedang butuh orang buat sharring,
Senangnya
saya bisa ketemu mereka berdua,
Bahagia
juga bisa sharring dengan mereka berdua,
Saya
bisa merasakan apa yang sedang mereka risaukan,
Ingin
sekali bisa membantu mereka berdua dengan semampunya saya,
Teman
saya tersebut masih sangat muda untuk mendapatkan cobaan sebesar itu,
Tapi
satu hal yang pasti bahwa kita musti yakin dan percaya bahwa Tuhan memberi cobaan
sesuai dengan kemampuan hambanya,
Satu
lagi tidak ada masalah yang tidak ada solusinya,
Usai
dari rumah teman saya kurang lebih pukul 23.30 WIB saya memutuskan untuk pulang
ke Parung Bogor,
Karena
jarak dari Jakarta ke Parung lumayan jauh,
Isal
teman saya memutuskan untuk mengantar saya sampai Parung,
Karena
esoknya Isal musti sekolah dia akhirnya mampir dulu ke rumah untuk mengambil
baju seragam dan buku pelajaran untuk sekolah esok harinya,
Bagian III
Sampai
parung kurang lebih pukul 01.30 WIB,
Agak
lancar karena malam hari,
Tiba
di depan gerbang telaga kahuripan kami membeli nasi goreng dan cap cay untuk
kami makan,
Kami
baru sadar bahwa sore itu kami belum makan,
Karena
saya tidak makan nasi dan lain-lainnya kecuali sayur,
Maka
saya memesan cap cay tanpa minyak goreng, tanpa ayam, tanpa telur, dan tanpa
sosis,
Hahaha,
si abangnya senyum tahu pesanan saya,
Tidak
mengapa lah kan demi untuk diet,
Hehehehe,
Pukul
02.00 WIB saya dan Isal baru tidur (di kamar berbeda jadi jangan su’udzon),
Masing-masing
kami menyalakan alarm dari hp,
Berniat
jalan pukul 05.00 WIB karena Isal masuk pukul 06.30 WIB,
Tapi
kami kurang beruntung,
Tidak
ada yang mendengar alarm HP sehingga kami bangun pukul 05.30 WIB,
Sayapun
langsung mandi dan siap-siap,
Baru
kemudian Isal yang mandi dan siap-siap,
Setelah
siap untuk berangkat,
Eh
ternyata ban belakang motor saya bocor,
Akhirnya
kamipun berjalan mencari tukang tambal ban yang sudah buka,
Alhamdulillah
Tuhan masih sayang sama kami berdua,
Tukang
tambal ban belakang rumah sudah buka,
Dan
kamipun menambal ban disitu,
Bagian III
Hujan
turun lumayan lebat,
Mulai
dari Kebayoran hingga sampai ke sekolah Isal,
Kamipun
memutuskan untuk menggunakan mantel supaya tidak terlalu basah kuyup,
Ternyata
dengan memakai mantel kami tetap basah kuyup karena hujan terlalu lebat,
Saya
tidak enak hati sama teman saya,
Karena
dia sudah telat terlau lama,
Dan
benar saja kami tiba di sekolahnya Isal sekitar pukul 09.00 WIB,
Isalpun
akhirnya masuk kelas setelah jam istirahat,
Selepas
mengantarkan Isal saya bermaksud mengajar di kampus Cipondoh pukul 11.00 WIB,
Sampai
pesing kurang lebih pukul 10.00 dan saya memutuskan untuk berhenti di pom
bensin karena ingin kencing dan ingin mengisi bensin,
Setelah
berhenti sambil minum jus jambu saya baru sadar bahwa saya kedinginan sekali
karena baju basah kuyup,
Akhirnya
saya memutuskan menghubungi mahasiswa saya agar mereka pulang dan kuliah
diganti hari rabu siang,
Alhamdulillah
mahasiswa saya bisa mengerti keadaan saya,
Saya
duduk di kantin pom bensin sambil memesan indomie rebus pakai telur,
Saya
minta kepada ibunya agar diperlama karena saya boleh makan pukul 11.00 WIB,
Setelah
matang saya makan dan sambil smsan,
Di
sebelah saya ada dua orang bapak-bapak yang sedang bercakap-cakap,
Saya
sama sekali tidak tertarik untuk nimbrung,
Karena
saya tidak tertarik saya hanya mendengarkan percakapan mereka berdua,
Bapak
1: “saya kerja di kontraktor rumah, kalau bapak dimana?”
Bapak
2: “kalau saya di asuransi pak”.
Bapak
1: “sekarang saya lagi janjian sama perempuan kaya, dia lagi mau buat rumah di
daerah serpong, katanya sih janda muda”.
Bapak
2: “lha apa hubungannya sama janda pak?”
Bapak
1: “yah kan lumayan buat sampingan, siapa tahu saja dia cantik”.
Bapak
2: “wah kalau itu sih saya tidak berani bicara, meskipun kita laki-laki tapi
kalau saya sih kasihan sama istri dan anak saya di rumah”.
Bapak
1: “saya juga ingat sama anak istri pak, tapi kan buat sampingan di luar saja
yang penting jangan dinikahi”.
Bapak
2: “hahahaha, bisa saja bapak ini”.
Ibu
kantin: “kenapa sih laki-laki sukanya begitu?”
Bapak
1: “itu sudah fitrah laki-laki bu, kalau hanya satu yah masih kurang lah, kan
jatahnya lebih dari satu”.
Ibu
kantin: “wah kalau saya tidak mau, jika suami saya begitu, meskipun saya setuju
dengan poligami, karena Islam memang membolehkan poligami”.
Bapak
1: “nah perempuan yang begini ni yang saya suka, setuju dengan poligami”.
Pengen
muntah saya mendengarnya,
Saya
secara pribadi adalah perempuan yang anti dengan poligami,
Apapun
alasannya,
Jangankan
poligami,
Coba
dech berfikir pakai logika,
Saat
pacaran saja kita sangat kecewa jika pasangan kita selingkuh,
Apalagi
membayangkan suami kita menikah dengan perempuan lain,
Hahahaha,
Menurut
saya cinta sejati itu tunggal bukan ganda,
Tidak
ada orang yang bisa mencintai lebih dari satu orang dalam waktu yang sama,
Pasti
akan ada kecenderungan terhadap salah satunya,
Mustinya
laki-laki menanyakan itu pada hatinya sendiri,
Rela
atau tidak jika istri/pacarnya berpaling kepada laki-laki lain?
Jawabannya
pasti tidak rela dan tidak ikhlas,
Sama
dengan perempuan,
Sangat
tidak rela jika cinta pacar/suaminya dibagi kepada perempuan lain,
Jangan
poligami dijadikan alasan untuk masuk syurga,
Jalan
menuju syurga masih terbentang misalnya: membangun musholla/masjid, menyantuni
fakir miskin, memelihara anak yatim, membangun jalan, membantu teman yang
kesusahan, beramal, zakat dll nya,
Bagian IV
Kurang
lebih waktu menunjukkan pukul 12.30 saat saya keluar dari pom bensin,
Saya
agak lama disitu karena sekalian menunggu hujan reda,
Eh
ternyata ban motor saya bocor lagi,
Saya
pengen kesel tapi buat apa?
Akhirnya
saya menuntun motor saya sambil mencari tukang tambal ban,
Benar
saja tukang tambal ban tidak jauh dari pom bensin,
Dan
dugaan saya benar bahwa ban motor saya kena paku,
Benar-benar
kena paku yang lumayan besar,
Saya
minta pakunya dan saya bilang ke tukang tambal bannya:
“sini
pak pakunya, saya punya saudara yang bisa nyantet, nanti mau saya kasih paku
ini ke saudara saya, biar orang yang nebar paku di jalan di santet sama saudara
saya, kesel banget saya, masa iya tadi pagi sudah bocor sekarang bocor lagi? Mana
dua lagi bocornya, mau jadi apa negara ini kalau mental orangnya picik-picik,
nyari uang mbok ya pakai uang halal, tidak usah pakai cara beginian?”
Saya
baru sadar bahwa banyak orang yang melihat ke arah saya saat saya marah-marah,
Termasuk
abang yang nambal ban juga melihat saya sambil melongo,
Abangnya:
“jadi ini mau di tambal gak neng?”
Saya:
“yah di tambal lah bang, kalau tidak saya mau naik apa pulangnya?”
Abangnya:
“lobangnya dua neng jadi biayanya Rp. 15.000”.
Saya:
“okeh tidak apa-apa, kesel saya sama penjahat yang nebar paku dijalanan”.
Abangnya:
“iya neng saya juga ngerti kok”.
Saya:
“kalau lagi tidak buru-buru si bodo amat, ini kan saya lagi buru-buru di kejar
waktu”.
Abangnya:
“yah namanya juga ujian neng”.
Saya:
“ujian sih ujian, tetap aja kurang di ajar tu penebar pakunya”.
Abangnya:
“iya neng”.
Bagian V
Selesai
tambal ban saya langsung ngacir ke arah Ciputat,
Bermaksud
mampir ke kampus UMJ terlebih dahulu,
Kebetulan
ada perlu sama bagian keuangan dan Dekannya,
Saya
lagi butuh dana sekitar Rp. 5.000.000 untuk tunggakan rumah yang belum kebayar,
Saya
pasrah bisa dapat pinjaman atau tidak dari kampus,
Sesampainya
di kampus saya langsung ketemu Dekan dan bagian keuangan,
Saya
dag dig dug,
Berharap
lancar dan langsung dapat respon positif,
Karena
jatuh tempo pembayaran sudah telah sebulan lebih,
Bisa
di usir saya dari rumah tersebut,
Hehehehe,
Subhanallah,
Bu
Dekan mengabulkan permohonan pinjaman saya dan uang bisa langsung cair hari itu
juga,
Saya
tidak menyangka bahwa hari itu akan berakhir dengan senyuman bahagia,
Saya
cium tangan bu Dekan seraya mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga,
Akhirnya
saya bisa bahagia dan pulang ke Parung dengan tenang,
Terima
kasih untuk semua orang yang selalu baik kepada saya,
Dan
terima kasih juga untuk semua orang yang selalu mendoakan saya,
Juga
untuk orang-orang yang selalu sayang kepada saya,
Terima
kasih Tuhan,
0 comments:
Post a Comment