Monday, February 01, 2010

Polisi....

Hari itu malam sehingga jalan raya sekalipun terlihat gelap, dan akibatnya rambu-rambu lalu lintas sekalipun hampir tidak terlihat dengan jelas untuk saya yang menggunakan kaca mata alias minus. Mahasiswa saya yang di depan sudah ngacir dengan motornya dan menabrak rambu lalu lintas tersebut, saya dan mahasiswa yang membonceng saya karena panik ikut-ikutan menabrak rambu lalu lintas dilarang lurus karena one way. Tiba-tiba tukang ojek di sebelah kanan teriak-teriak dan meminta kami dengan dua motor kami untuk berhenti, karena kaget dan sadar akan kesalahan kamipun berhenti. Saya berhenti di sebelah kanan sedangkan motor satunya berhenti di sebelah kiri.

Saya baru sadar bahwa ternyata yang mendatangi saya adalah seorang polisi yang tidak terlalu tua dan berwajah tampan. Mahasiswa saya panik karena dia tidak punya sim, saya langsung mengeluarkan stnk dan sim saya. Berikut dialog saya dengan bapak polisi tampan tersebut:

Saya: maaf pak kami memang salah, kami buru-buru karena besok anak-anak mau uas.

Polisi: iya mbak, lain kali hati-hati ya, tapi bagaimanapun mbak tetap kena tilang apalagi yang mengendarai tidak punya sim.

Saya: tapi saya punya sim pak, saya juga membawa stnk, tadi saya yang mengendarai terus karena saya lelah saya minta digantikan untuk sementara saja.

Polisi: mbak kan pasti tahu hukum, tilang itu berlaku untuk yang mengendarai motor, lagipula kalau mbak tahu dia tidak punya sim kenapa di ijinkan mengendarai motor?

Saya: iya pak saya salah dan minta maaf.

Polisi: hari kamis sidang ya mbak, stnk sementara saya tahan.

Saya: saya tidak bisa pak kalau hari kamis, soale saya kerja pak.

Polisi: yaudah nitip buat sidang saja, untuk pelanggaran rambu Rp. 55.000 dan untuk tidak adanya sim Rp. 75.000, total semuanya Rp. 125.000.

Saya: mahal banget pak? kayaknya enggak sampai segitu deh?

Polisi: di jakarta beda sama di bogor mbak? tapi kalau tidak mau yah silahkan sidang saja.

Saya: kita gabung saja sama mahasiswa saya yang disana pak, jadi jangan dipisah kayak gini.

Polisi: yaudah kita kesana saja.

Waktu saya kesana, saya melihat dua mahasiswa saya sedang disuruh menyanyi oleh polisi yang satunya lagi, tapi mereka tidak mau menyanyi. Saya melihat salah satu mahasiswa saya itu sedang hampir menangis karena kaget dan kelihatan kaget. Dan ternyata benar dia benar-benar menumpahkan air matanya. Saya kaget dan tidak enak sama polisi tersebut, tapi saya juga kaget karena tiba-tiba polisi membatalkan uang sidang yang seharusnya bisa dititipkan kepadanya, dan stnk saya akhirnya dikembalikan kepada saya. Saya sungguh-sungguh tidak tahu penyebabnya, berikut petikan dialog saya dengan bapak polisi tersebut:

Polisi: besok-besok lagi kalau jalan hati-hati dan tidak usah ngebut, kalau tidak tahu jalan jangan segan untuk bertanya, terus kalau tidak punya sim yah harus buat sim.

Saya: iya pak terima kasih, saya juga mohon maaf karena telah berbuat kesalahan, masalah sim mungkin umur mahasiswa saya belum mencukupi pak, dia baru berusia 17 tahun menuju 18 tahun.

Polisi: membuat sim itu sekarang bisa usia 16 tahun, jadi seharusnya mahasiswa mbak sudah punya sim.

Saya: iya pak, saya mohon maaf dan setelah ini mahasiswa saya biar membuat sim.

Polisi: iya begitu kan bagus, saya kadang bingung juga mbak, orang salah ditilang tidak mau, kalah saya tidak menilang saya juga salah.

Saya: iya pak saya tahu kok.

Polisi: jangan dikira gaji saya besar mbak, saya jaga malam tidak dapat uang makan, gaji saya cuma Rp. 2.000.000.

Saya: iya pak saya paham.

Polisi: oke terima kasih dan mohon maaf, sekali lagi kalau tidak paham jalan jangan malu untuk bertanya pada orang yang ada disekitar situ.

Saya: terima kasih pak.

Saya dan ketiga mahasiswa saya berpamitan dengan bapak polisi tersebut, dan bapak polisi satunya sedang mengejar pengendara motor yang juga melakukan kesalahan seperti yang saya lakukan. Kami berempat menjabat tangan bapak polisi tersebut dan mengucapkan terima kasih. Kami jalan dan saya masih saja berfikir kenapa polisi tersebut tiba-tiba membatalkan tilangnya? Yah bagaimanapun mungkin dia memang orang baik dan orang yang masih punya belas kasihan terhadap orang-orang yang nyasar seperti kami.

Tapi ngomong-ngomong kasihan juga yah jadi polisi? Selalu diklaim buruk oleh sebagian masyarakat, meski sesungguhnya belum tentu dia seburuk itu, kalaupun ada polisi yang menyebalkan saya yakin itu hanya oknum saja. Dan tentunya masyarakat juga harus lebih komitmen lagi, misalnya tidak menawarkan damai ketika ditilang oleh pak polisi, sehingga polisi juga tidak menawarkan nitip uang untuk sidang.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog