Thursday, February 04, 2010

Pak Polisi Jilid II.......

Mbak Sofie pernah cerita bahwa kampus saya bekerjasama dengan polisi air Tanjung Priuk, artinya bahwa polisi Tanjung Priuk jadi mahasiswa di kampus saya jurusan ekonomi syariah. Saya pernah ditawari mengajar di pol air tersebut, tapi saya belum mengiyakan. Beberapa waktu kemudian saya mengiyakan karena alasan sepertinya menarik mengajar pol air yang basicnya adalah polisi biasa yang bertugas menjaga keamanan negara Indonesia.

Beberapa waktu setelah itu saya ditelephone oleh mbak Sofie bahwa hari selasa depan saya mulai mengajar di pol air dengan mata kuliah metodologi penelitian sebanyak dua sks. Tiba-tiba saya hampir tertawa ketika ingat mau mengajar polisi, itu sama saja saya menjadi guru/dosen bagi mereka. Bukan tidak percaya diri bagaimanapun saya punya kapasitas dan memang itu adalah hak saya. Tapi terasa lucu dan menggelikan ketika ingat jaman dahulu, ketika saya sering berurusan dengan yang namanya pak polisi.

Saya ketika kuliah di Semarang berkali-kali ketilang polisi karena banyak alasan diantaranya: belum punya sim, tidak bawa stnk, tidak pakai helm, atau melanggar rambu-rambu lalu lintas jalan raya. Saya tidak punya sim karena waktu itu tidak punya duit untuk membuat sim, kadang tidak pakai helm karena helm cuma ada satu sementara saya berdua sama teman saya. Kalau masalah melanggar lalu lintas seringnya karena saya sangat ceroboh ketika dijalanan. Anehnya meski salah saya sangat sebel ketika polisi menilang saya, padahal sesungguhnya saya yang salah dan polisi itu memang benar karena menjalankan tugasnya.

Saya sebel dan bahkan benci karena saya merasa polisi terlalu berlebihan, banyak sebenarnya pelanggaran tapi banyak yang lolos dari pengamatan polisi. Tapi secara tiba-tiba polisi melakukan operasi seolah-olah tidak pernah ada pelanggaran di negeri yang bernama Indonesia. Saya sih inginnya kalau pengen tegas harus komitmen, tapi kalau pengen santai yaudah tidak usah terlalu sering mengadakan operasi di jalan.

Pernah ada kejadian lucu ketika saya sedang bersama dengan almarhum mabak Lela, waktu itu helm kami cuma ada satu dan kami lewat jalur tikus supaya tidak ketahuan pak polisi. Ternyata keluar dari jalur tikus sedang ada operasi gabungan, karena panik saya langsung kabur dan mencari jalan tembus. Pas saya keluar dari jalan tembus ternyata pak polisi sudah berdiri untuk menghadang saya. Saya hampir kabur lagi dan akhirnya tidak jadi setelah mbak Lela bilang: "mbak tidak usah kabur, bagaimanapun kita salah karena tidak membawa dua helm." Spontan saya langsung trenyuh dan tidak enak hati sama sahabat baikku itu, akhirnya kita berdua kena tilang dan harus nitip uang untuk sidang.

Saya tidak tahu kenapa saya sangat sebel dan benci sama polisi, saya sepertinya sebel karena saya tidak punya banyak uang, sehingga ketika mengeluarkan uang untuk sidang atau nitip sidang saya merasa bahwa uang itu seharusnya bisa digunakan untuk keperluan yang lainnya. Selain itu klaim masyarakat terhadap polisi juga sudah sangat buruk, seolah-olah polisi adalah manusia yang menyebalkan terutama polisi lalu lintas.

Teman kuliah saya di Semarang malah pernah mengalami kejadian lucu, berikut petikan dialog teman saya dengan pak polisi tersebut:

Polisi: permisi mas, anda melanggar rambu lalu lintas yaitu menabrak lampu merah.

Hadi: iya to pak? maaf pak saya sedang buru-buru. saya kan baru sarjana pak, nah hari ini saya dapat panggilan kerja, karena buru-buru saya tidak memperhatikan lampu lalu lintas pak.

Polisi: saya mengerti tetapi tetap saja anda bersalah dan harus ditilang.

Hadi: ditilangnya diapain pak? kalau sidang saya takut tidak bisa, kalau nitip sidang terus terang saya tidak punya uang pak.

Polisi: lho anda maunya bagaimana? anda kan salah jadi ya harus tahu dir dunk?

Hadi: yaudah saya nitip sidang saja pak.

Polisi: yaudah nitip sidang 30.000.

Hadi: uang didompet saya cuma ada 20.000 pak.

Polisi: mana uangnya?

Hadi: saya tidak punya uang lagi pak, dan bensin saya ternyata habis banget pak.

Polisi: yaudah ne saya kembalikan 10.000 untuk beli bensin, lain kali hati-hati ya jangan ngebut dan melamun saat bermotor.

Hadi: siap pak polisi.

Kembali ke cerita saya di atas, saya hari itu berangkat dari Kebayoran sekitar pukul 13.30 wib dan harus mengajar di pol air sekitar pukul 15.00 wib. Saya belum tahu tempatnya tapi alamat yang diberikan kepada saya sudah cukup jelas, dan alhamdulillah saya tahu sedikit daerah ancol. Kebetulan kantor pol airnya berada ditepian pantai, sehingga terlihat begitu indah dan menarik perhatian saya. Sesampai di kantor pol air saya sempat beberapa kali bertanya dimana tempat perkuliahannya? Dan ternyata perkuliahan dilakukan di gedung deket masjid pol air.


Kembali ke cerita saya di atas, saya hari itu berangkat dari Kebayoran sekitar pukul 13.30 wib dan harus mengajar di pol air sekitar pukul 15.00 wib. Saya belum tahu tempatnya tapi alamat yang diberikan kepada saya sudah cukup jelas, dan alhamdulillah saya tahu sedikit daerah ancol. Kebetulan kantor pol airnya berada ditepian pantai, sehingga terlihat begitu indah dan menarik perhatian saya. Sesampai di kantor pol air saya sempat beberapa kali bertanya dimana tempat perkuliahannya? Dan ternyata perkuliahan dilakukan di gedung deket masjid pol air.

Karena masih ada dosen di dalam, saya menunggu di ruang tunggu sambil menyaksikan pantai yang lumayan indah dan membawa angin laut yang begitu segar. Saya sempat terlonjak oleh suara dentingan pintu yang menutup sendiri karena terkena angin. Dan alhamdulillah datanglah seorang bapak-bapak yang sepertinya adalah OB nya, pintu ditutup dan anginpun hembusan kerasnya mulai berkurang. Kata si bapak, sudah biasa seperti itu karena kantor tersebut benar-benar ditepian pantai lepas.

Akhirnya dosen yang di dalampun keluar dan saya masuk kelas, bayangan saya polisi yang kuliah adalah polisi yang masih muda-muda ternyata sudah bapak-bapak dan ibu-ibu, sepertinya usia mereka sekitar 45-55 tahun. Karena agak canggung saya langsung bilang:

Saya: hebat ya bapak dan ibu, masih saja semangat saja untuk kuliah.

Polisi: iya dunk bu, ilmu itu kan sepanjang hayat.

Saya: iya betul pak, oya ngomong-ngomong biasanya kan polisi kalau kuliah ambilnya jurusan hukum, ini kok ambil ekonomi syariah?

Polisi: kan tidak harus hukum bu, kita lagi berselera saja sama ekonomi syariah.

Saya: oke kalau begitu, mari kita mulai mata kuliah pada sore hari ini, kita akan belajar tentang metodologi penelitian ilmiah.

Saya kemudian memperkenalkan diri, dan setelah itu saya mengajak mahasiswa saya yang polisi itu untuk juga memperkenalkan diri. Mata kuliah berlangsung selama dua sks dan setelah selesai saya ditawari makan mie ayam yang sudah dibungkus rapi dan teh hangat manis. Sebenarnya tidak lapar, tapi karena tidak enak saya pun akhirnya makan bareng dengan mereka.

Ketika mau pulang saya berhenti dulu di ruang tamu dan ketemu sama dua orang polisi yang juga mahasiswa saya:

Polisi: mbak duduk dulu sini, maaf ne saya panggil mbak karena di luar kelas.

Saya: oya tidak apa-apa pak, iya ada apa pak?

Polisi: kayaknya masih muda sekali ya mbak, kelihatan gitu, hehehe.

Saya: ah tidak juga pak, saya kebetulan senang kuliah makanya sudah ambil s3.

Polisi: wah hebat ya, muda-muda sudah ambil doktor, semoga cepat jadi doktor dech, amien.

Saya: terima kasih atas doanya.

Polisi: pulang pakai apa? motor ya? kalau pakai motor hati-hati ya, soale daerah sini agak rawan, sering ada penjambretan sambil jalan.

Saya: kan ini masih sore pak, lagipula saya sudah biasa pakai motor kok, tapi terima kasih pemberitahuannya.

Polisi: sore, siang, atau malam tidak pengaruh mbak, banyak korban yang dijambret pada siang bolong.

Saya: modusnya gimana pak?

Polisi: dia pakai motor dan mengejar motor yang diincar, setelah itu tasnya ditarik paksa, kadang sampai melukai pengendara motornya.

Saya: ada yang sampai meninggal gak pak?

Polisi: banyak mbak, makanya hati-hati.

Saya: oke dech pak, terima kasih ya pak, saya pamit dulu pak.

Polisi: hati-hati ya mbak di jalan.

Saya langsung menuju ke parkiran motor dan siap-siap untuk pulang ke Kebayoran Lama, kebetulan malam itu saya ada janji sama murid saya untuk menemani mereka latihan band. Latihan band untuk lomba se Dejabotabek di Senayan pada pertengahan februari. Sampai Kebayoran pukul 19.30 wib dan saya langsung menhubungi anak-anak band dosqi. Jam 21.00 wib baru bisa masuk studio dan kita keluar sekitar jam 22.00 wib, kita nongkrong dulu sebentar dan jam 22.30 wib baru pulang.

Hari itu terasa aneh karena mengajar polisi, sosok yang kurang saya sukai karena pengalaman subjektif saya terhadap polisi. Tapi alhamdulillah keanehan itu terbayar bahagia saat meliaht semangat anak-anak dosqi yang serius latihan musik untuk memperjuangkan nama sekolah tercinta.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog