Dalam suatu forum formal, dihadiri oleh mayoritas ibu-ibu yang cerdas dan berpendidikan.
Kala itu forum sedang membahas tentang bakal calon untuk presidium.
Kebetulan dari organisasi yang saya wakili tidak ada calonnya dikarenakan telat mengirim kesediaan.
Secara
aturan jelas tidak boleh menyusul, karena jika dibolehkan maka semua
yang telat akan meminta untuk dibolehkan mencalonkan diri.
Saya sudah tidak menjadi masalah dan tidak ngoyo untuk tetap mencalonkan atas nama organisasi yang saya wakili.
Karena toh memang organisasi saya yang salah.
Bagaimanapun dalam berorganisasi harus tertib organisasi.
Tiba-tiba pimpinan sidang teriak-teriak tidak jelas yang kesannya sangat sensi dengan organisasi saya.
Pimpinan sidang; tidak bisa lagi untuk organisasi anda masuk bakal calon, karena sudah terlambat.
Saya; iya saya dan teman-teman tidak apa-apa kok.
Pimpinan
sidang; ini coba kita cek lagi suratnya, takut anda tidak percaya bahwa
surat mandat yang sekretaris anda kirim sangat terlambat.
Saya; iya bu, tidak usah dibahas lagi, toh kami tidak masalah nama kami tidak masuk dalam bakal calon presidium.
Pimpinan
sidang; bagaimana coba? organisasi anda kan organisasi besar di negeri
ini, sudah terlambat mengirim mandat kesediaan ditambah nulis tanggal
saja salah, sekarang kan baru awal februari, kenapa disini ditulis
tanggal 30 februari? lagipula sejak kapan ada tanggal 30 februari?
Spontan
(saya berdiri sambil menggebrak meja sangat keras; "bisa diam tidak
ibu? tidak usah ribet dan bawa-bawa nama organisasi saya untuk kesalahan
ini, dan tidak usah bikin masalah, saya sebagai kader tidak terima atas
semua yang ibu sampaikan tadi, mohon jaga omongan ibu....!!!!!").
Semua
orang di forum yang jumlahnya kurang lebih 80 ibu-ibu sontak diam dan
tidak bergeming, mereka seolah kaget semuanya dan tidak menyangka bakal
ada kejadian seperti itu.
Apalagi saya termasuk peserta dari
golongan anak muda yang secara culture seharusnya sopan dan tunduk
dengan orang yang lebih tua.
Setelah suasana diam beberapa saat, ada ibu-ibu yang istighfar, ada yang terisak menangis, ada yang tetap diam di tempat.
Kebetulan
suasana memang sedang tidak mengenakkan, tidak hanya masalah organisasi
saya, tetapi juga masalah-masalah kepanitiaan dan lain-lain yang
mengakumulasi jadi satu di waktu itu.
Saya diam dan terduduk.
Saya merasa sangat canggung dan tidak enak.
Saya merasa telah melukai hati para ibu-ibu di forum itu.
Tiba-tiba pimpinan sidang tersebut mengahampiri saya dan berkata;
"maafkan
saya ya mbak, saya demi Allah tidak bermaksud menjelekkan organisasi
mbak, tadi hanya kondisi emosi yang terakumulasi dan memuncak, sehingga
hasilnya sangat kacau dan menyakitkan hati".
Saya langsung menimpali;
"ibu,
saya yang harus meminta maaf kepada ibu, tidak semestinya saya begitu
sama orang yang lebih tua, bagaimanapun ibu adalah ibu kami semuanya,
sehingga saya yang harusnya meminta maaf kepada ibu-ibu semuanya".
Saya dan si ibupun akhirnya berpelukan, dan saya lihat si ibu meneteskan air mata tanda haru yang begitu mendalam.
Sayapun
merasa sangat tidak enak hati, meskipun dalam hati saya berkata;
("tidak apa-apalah, sekali-kali ibu-ibu juga musti di beri pengalaman
yang berbeda, bahwa di luar sana hampir mayoritas anak-anak muda
bersifat keras dan sering anarkis dalam bertindak, itu semua karena
akumulasi kekecewaan dan kebencian terhadap sistem yang ada di
masyarakat Indonesia").
Supaya orang tua juga tidak selalu arogan
ketika menghadapi kaum muda, bahwa kaum muda itu mempunyai dunia sendiri
yang unik dan lucu, sehingga tidak pas jika orang tua selalu memaksakan
kehendaknya kepada para anak muda.
Tuesday, February 12, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment