Tuesday, February 12, 2013

Damai Dalam Ego...

Dalam suatu forum formal, dihadiri oleh mayoritas ibu-ibu yang cerdas dan berpendidikan.
Kala itu forum sedang membahas tentang bakal calon untuk presidium.
Kebetulan dari organisasi yang saya wakili tidak ada calonnya dikarenakan telat mengirim kesediaan.
Secara aturan jelas tidak boleh menyusul, karena jika dibolehkan maka semua yang telat akan meminta untuk dibolehkan mencalonkan diri.

Saya sudah tidak menjadi masalah dan tidak ngoyo untuk tetap mencalonkan atas nama organisasi yang saya wakili.
Karena toh memang organisasi saya yang salah.
Bagaimanapun dalam berorganisasi harus tertib organisasi.
Tiba-tiba pimpinan sidang teriak-teriak tidak jelas yang kesannya sangat sensi dengan organisasi saya.

Pimpinan sidang; tidak bisa lagi untuk organisasi anda masuk bakal calon, karena sudah terlambat.
Saya; iya saya dan teman-teman tidak apa-apa kok.
Pimpinan sidang; ini coba kita cek lagi suratnya, takut anda tidak percaya bahwa surat mandat yang sekretaris anda kirim sangat terlambat.
Saya; iya bu, tidak usah dibahas lagi, toh kami tidak masalah nama kami tidak masuk dalam bakal calon presidium.
Pimpinan sidang; bagaimana coba? organisasi anda kan organisasi besar di negeri ini, sudah terlambat mengirim mandat kesediaan ditambah nulis tanggal saja salah, sekarang kan baru awal februari, kenapa disini ditulis tanggal 30 februari? lagipula sejak kapan ada tanggal 30 februari?

Spontan (saya berdiri sambil menggebrak meja sangat keras; "bisa diam tidak ibu? tidak usah ribet dan bawa-bawa nama organisasi saya untuk kesalahan ini, dan tidak usah bikin masalah, saya sebagai kader tidak terima atas semua yang ibu sampaikan tadi, mohon jaga omongan ibu....!!!!!").

Semua orang di forum yang jumlahnya kurang lebih 80 ibu-ibu sontak diam dan tidak bergeming, mereka seolah kaget semuanya dan tidak menyangka bakal ada kejadian seperti itu.
Apalagi saya termasuk peserta dari golongan anak muda yang secara culture seharusnya sopan dan tunduk dengan orang yang lebih tua.
Setelah suasana diam beberapa saat, ada ibu-ibu yang istighfar, ada yang terisak menangis, ada yang tetap diam di tempat.
Kebetulan suasana memang sedang tidak mengenakkan, tidak hanya masalah organisasi saya, tetapi juga masalah-masalah kepanitiaan dan lain-lain yang mengakumulasi jadi satu di waktu itu.

Saya diam dan terduduk.
Saya merasa sangat canggung dan tidak enak.
Saya merasa telah melukai hati para ibu-ibu di forum itu.
Tiba-tiba pimpinan sidang tersebut mengahampiri saya dan berkata;
"maafkan saya ya mbak, saya demi Allah tidak bermaksud menjelekkan organisasi mbak, tadi hanya kondisi emosi yang terakumulasi dan memuncak, sehingga hasilnya sangat kacau dan menyakitkan hati".

Saya langsung menimpali;
"ibu, saya yang harus meminta maaf kepada ibu, tidak semestinya saya begitu sama orang yang lebih tua, bagaimanapun ibu adalah ibu kami semuanya, sehingga saya yang harusnya meminta maaf kepada ibu-ibu semuanya".

Saya dan si ibupun akhirnya berpelukan, dan saya lihat si ibu meneteskan air mata tanda haru yang begitu mendalam.
Sayapun merasa sangat tidak enak hati, meskipun dalam hati saya berkata; ("tidak apa-apalah, sekali-kali ibu-ibu juga musti di beri pengalaman yang berbeda, bahwa di luar sana hampir mayoritas anak-anak muda bersifat keras dan sering anarkis dalam bertindak, itu semua karena akumulasi kekecewaan dan kebencian terhadap sistem yang ada di masyarakat Indonesia").
Supaya orang tua juga tidak selalu arogan ketika menghadapi kaum muda, bahwa kaum muda itu mempunyai dunia sendiri yang unik dan lucu, sehingga tidak pas jika orang tua selalu memaksakan kehendaknya kepada para anak muda.


0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog