Monday, October 29, 2012

Sumpah Pemuda...

Saya punya mahasiswa sebut saja namanya Budi, setiap saya mengajar dia selalu duduk di paling depan. Tidak hanya di depan si Budi juga sangat respons dengan semua yang saya sampaikan, hampir setiap sesi dia selalu bertanya dan memberikan pendapatnya tentang materi yang sedang dibahas. Kebetulan saya mengajar mata kuliah IAD, ISD, dan IBD, mata kuliah yang membahas tentang ilmu alam dan ilmu sosial masyarakat. Tidak hanya aktif si Budi juga selalu membantu setiap kali saya membutuhkan sesuatu misalnya dia selalu membawakan saya laptop untuk saya mengajar. Belakangan saya tahu bahwa ternyata dia adalah ketua kelas di kelas itu, wajar jika dia begitu care sama saya dan care sama teman-teman satu kelasnya.


Suatu hari saya mengusulkan ke kelas itu untuk mengadakan observasi ke Taman Ismail Marzuki Cikini Jakpus, kebetulan ada planetarium yang bisa digunakan untuk penelitian IAD, dan untuk observasi ISD dan IBD nya saya menyarankan agar mahasiswa menggunakan lingkungan sekitar TIM seperti pengamen, pedagang asongan, tukang bajaj, tukang ojek, mahasiswa IKJ, dan pengunjung XXI. Karena si Budi ketua kelas, saya banyak berhubungan dan berdiskusi dengan Budi untuk mempersiapkan observasi tersebut. Dari situlah saya mulai tahu siapa Budi dan seperti apa latar belakang kehidupan Budi.

Budi asli berasal dari daerah di Jawa Tengah yaitu Cilacap, Budi lulusan salah satu STM di daerah Purwokerto Banyumas Jawa Tengah. Tahun 2008 Budi ke Jakarta bermaksud mengadu nasib dan peruntungannya di Jakarta. Awalnya dia ikut tetangganya jualan cilok di Jakarta, selama tiga tahun dari 2008 hingga 2010 dia jualan cilok keliling di Jakarta. Budi bercerita bahwa dia harus menurunkan harga dirinya untuk terus bisa jualan dan supaya tidak malu jika dicemooh sama orang. Bagaimanapun Budi punya ijazah STM jurusan Teknik, mustinya dia kerja di kantor atau perusahaan dan bukan malah jualan cilok. Tetapi bagi Budi bekerja apapun tidak masalah yang penting halal, lagi pula Budi merasa mempunyai bakat untuk jualan makanya dia menjalani profesinya sebagai pedagang cilok keliling hingga tiga tahun lamanya.

Sekarang Budi tidak lagi berprofesi sebagai penjual cilok keliling, saat ini Budi telah menyewa rumah lumayan besar di komplek perumahan daerah Tangerang. Dua tahun terakhir ini budi telah menjadi pengusaha cilok dengan beberapa anak buah dan beberapa gerobak cilok. Budi sudah bisa menghidupi dirinya, adiknya, dan keluarganya di kampung. Salah satu adik perempuannya ikut ke Jakarta tinggal bersama Budi, bermaksud akan di kuliahkan oleh Budi. Budi juga sudah bisa memberikan pekerjaan dan gaji kepada orang lain yang membutuhkan. Meski sudah sukses Budi tetap memegang satu gerobak cilok untuk sesekali berjualan di pasar malam/pasar kaget di daerah Tangerang dan sekitarnya.

Suatu kali saya pernah menyempatkan diri untuk ikut Budi jualan di salah satu pasar malam di daerah Tangerang, saya menunggui Budi jualan kurang lebih ada satu jam. Subhanallah, begitu bangganya saya mempunyai mahasiswa seperti Budi, di sela kesibukannya melayani pembeli yang kebanyakan anak-anak kecil Budi bercerita kenapa dia tertarik untuk kuliah? Budi awalnya tidak minat kuliah karena dia sudah mempunyai cukup uang untuk hidupnya, tetapi karena seringnya lewat kampus tempat saya mengajar, Budi tiba-tiba berpikir untuk kuliah, karena dia sadar bahwa mencari ilmu itu harus terus dilakukannya hingga nyawa terlepas dari badannya. Di sela-sela kesibukannya juga dia mengenalkan saya kepada beberapa teman-temannya yang kebetulan berdagang disitu bahwa saya adalah dosennya di kampus. Rata-rata orang tersenyum melihat saya duduk di samping Budi seorang pengusaha cilok yang usianya masih relatif muda. Dan sebagai dosen/gurunya saya sangat bangga melihat mahasiswa/murid saya menjadi seorang PEMUDA TANGGUH dan PEMBERANI.

Sosok Budi saya pikir perlu dicontoh oleh para generasi muda saat ini yang mohon maaf lebih senang berpangku tangan kepada orang tuanya dari pada berusaha sendiri untuk maju dan mandiri. Pemuda/remaja sekarang tidak begitu suka dengan sebuah tantangan hidup, mereka terlalu pasrah oleh keadaan dan terlalu takut menghadapi hidup yang memang rumit dan berat. Sedikit dari mereka yang mempunyai optimisme tinggi dan kreatif dalam menjalani hidupnya. Padahal dalam teori kehidupan musti diyakini bahwa apa yang kita lakukan pasti akan berbuah sesuai yang kita inginkan dan masalah apapun dalam hidup harus dihadapi karena semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Kalau dalam teori Islam nya yaitu bahwa Tuhan pasti memberikan jalan atas semua masalah yang diberikan kepada hambanya, bagi hambanya yang mau bersabar dan mau berusaha mencari jalan keluar.

Hidup pemuda Indonesia.
Bangkitlan untuk membangun bangsa.
Di tanganmulah negeri ini berharap banyak.
Tunjukkan bahwa kalian pasti bisa.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog