Saya punya mahasiswa sebut saja namanya Budi, setiap saya mengajar dia
selalu duduk di paling depan. Tidak hanya di depan si Budi juga sangat respons
dengan semua yang saya sampaikan, hampir setiap sesi dia selalu bertanya dan
memberikan pendapatnya tentang materi yang sedang dibahas. Kebetulan saya
mengajar mata kuliah IAD, ISD, dan IBD, mata kuliah yang membahas tentang ilmu
alam dan ilmu sosial masyarakat. Tidak hanya aktif si Budi juga selalu membantu
setiap kali saya membutuhkan sesuatu misalnya dia selalu membawakan saya laptop
untuk saya mengajar. Belakangan saya tahu bahwa ternyata dia adalah ketua kelas
di kelas itu, wajar jika dia begitu care sama saya dan care sama teman-teman
satu kelasnya.
Continue Reading...
Suatu hari saya mengusulkan ke kelas itu untuk mengadakan observasi ke Taman
Ismail Marzuki Cikini Jakpus, kebetulan ada planetarium yang bisa digunakan
untuk penelitian IAD, dan untuk observasi ISD dan IBD nya saya menyarankan agar
mahasiswa menggunakan lingkungan sekitar TIM seperti pengamen, pedagang asongan,
tukang bajaj, tukang ojek, mahasiswa IKJ, dan pengunjung XXI. Karena si Budi
ketua kelas, saya banyak berhubungan dan berdiskusi dengan Budi untuk
mempersiapkan observasi tersebut. Dari situlah saya mulai tahu siapa Budi dan
seperti apa latar belakang kehidupan Budi.
Budi asli berasal dari daerah di Jawa Tengah yaitu Cilacap, Budi lulusan
salah satu STM di daerah Purwokerto Banyumas Jawa Tengah. Tahun 2008 Budi ke
Jakarta bermaksud mengadu nasib dan peruntungannya di Jakarta. Awalnya dia ikut
tetangganya jualan cilok di Jakarta, selama tiga tahun dari 2008 hingga 2010
dia jualan cilok keliling di Jakarta. Budi bercerita bahwa dia harus menurunkan
harga dirinya untuk terus bisa jualan dan supaya tidak malu jika dicemooh sama
orang. Bagaimanapun Budi punya ijazah STM jurusan Teknik, mustinya dia kerja di
kantor atau perusahaan dan bukan malah jualan cilok. Tetapi bagi Budi bekerja
apapun tidak masalah yang penting halal, lagi pula Budi merasa mempunyai bakat
untuk jualan makanya dia menjalani profesinya sebagai pedagang cilok keliling
hingga tiga tahun lamanya.
Sekarang Budi tidak lagi berprofesi sebagai penjual cilok keliling, saat ini
Budi telah menyewa rumah lumayan besar di komplek perumahan daerah Tangerang.
Dua tahun terakhir ini budi telah menjadi pengusaha cilok dengan beberapa anak
buah dan beberapa gerobak cilok. Budi sudah bisa menghidupi dirinya, adiknya,
dan keluarganya di kampung. Salah satu adik perempuannya ikut ke Jakarta
tinggal bersama Budi, bermaksud akan di kuliahkan oleh Budi. Budi juga sudah
bisa memberikan pekerjaan dan gaji kepada orang lain yang membutuhkan. Meski
sudah sukses Budi tetap memegang satu gerobak cilok untuk sesekali berjualan di
pasar malam/pasar kaget di daerah Tangerang dan sekitarnya.
Suatu kali saya pernah menyempatkan diri untuk ikut Budi jualan di salah
satu pasar malam di daerah Tangerang, saya menunggui Budi jualan kurang lebih
ada satu jam. Subhanallah, begitu bangganya saya mempunyai mahasiswa seperti
Budi, di sela kesibukannya melayani pembeli yang kebanyakan anak-anak kecil
Budi bercerita kenapa dia tertarik untuk kuliah? Budi awalnya tidak minat
kuliah karena dia sudah mempunyai cukup uang untuk hidupnya, tetapi karena
seringnya lewat kampus tempat saya mengajar, Budi tiba-tiba berpikir untuk
kuliah, karena dia sadar bahwa mencari ilmu itu harus terus dilakukannya hingga
nyawa terlepas dari badannya. Di sela-sela kesibukannya juga dia mengenalkan
saya kepada beberapa teman-temannya yang kebetulan berdagang disitu bahwa saya
adalah dosennya di kampus. Rata-rata orang tersenyum melihat saya duduk di
samping Budi seorang pengusaha cilok yang usianya masih relatif muda. Dan
sebagai dosen/gurunya saya sangat bangga melihat mahasiswa/murid saya menjadi
seorang PEMUDA TANGGUH dan PEMBERANI.
Sosok Budi saya pikir perlu dicontoh oleh para generasi muda saat ini yang
mohon maaf lebih senang berpangku tangan kepada orang tuanya dari pada berusaha
sendiri untuk maju dan mandiri. Pemuda/remaja sekarang tidak begitu suka dengan
sebuah tantangan hidup, mereka terlalu pasrah oleh keadaan dan terlalu takut
menghadapi hidup yang memang rumit dan berat. Sedikit dari mereka yang
mempunyai optimisme tinggi dan kreatif dalam menjalani hidupnya. Padahal dalam
teori kehidupan musti diyakini bahwa apa yang kita lakukan pasti akan berbuah
sesuai yang kita inginkan dan masalah apapun dalam hidup harus dihadapi karena
semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Kalau dalam teori Islam nya yaitu
bahwa Tuhan pasti memberikan jalan atas semua masalah yang diberikan kepada
hambanya, bagi hambanya yang mau bersabar dan mau berusaha mencari jalan
keluar.
Hidup pemuda Indonesia.
Bangkitlan untuk membangun bangsa.
Di tanganmulah negeri ini berharap banyak.
Tunjukkan bahwa kalian pasti bisa.