Sunday, June 19, 2011

Belajar dari sebuah kejadian.....

Saya punya sebuah cerita, semoga cerita saya nanti bisa diambil hikmahnya oleh semua yang membaca, amien.

Cerita I
Tadi sore saya membeli sate Madura langganan saya, seperti biasa saya membeli cuma satu porsi.

Ternyata yang jaga bukan bapak ibu yang biasanya, melainkan menantu perempuannya karena kebetulan si bapak dan ibu sedang tidak enak badan.

Saya langsung pesen sate satu porsi dan menegaskan pake bumbu kecap bukan kacang.

Karena kebetulan saya tidak begitu suka dengan bumbu kacang.

Lima belas menit kemudian sate sudah matang dan saya minta di bungkusin nasi, karena di rumah tidak ada nasi.

Saya; mbak nasinya satu bungkus ya?

Mbak; iya mbak.

Saya; eh ada lontong ya mbak?

Mbak; ada mbak, mau?

Saya; ehm, enaknya nasi apa lontong ya?

Mbak; lha saya tidak tahu, kan yang mau makan mbak bukan saya.


Saya bengong melihat si mbaknya, bengong karena mendapat jawaban yang tidak saya sangka-sangka.

Saya berharap si mbak akan memberikan saya solusi untuk memilih nasi atau lontong.

Ternyata si mbak gk begitu respon dengan pertanyaan saya.

Yah tapi apa mau dikata, jawaban si mbak juga ada benarnya.

Karena memang benar, yang mau makan kan saya bukan dia.

Jadi dia tidak perlu repot-repot memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan saya.

Cerita II

Pernah nggak curhat sama teman? pasti hampir sebagian kita senang curhat sama teman kita.

Tapi teman yang bagaimana dulu ne? kalau sahabat pasti akan cocok dan menarik.

Tapi kalau sekedar teman biasa, mungkin tidak akan sebaik curhat dengan sahabat.

Saya; adek saya kan lulus SMP, dia pengen masuk SMK (STM), saya sih boleh-boleh saja, tapi ibu saya nggak boleh.

Teman; owh.

Saya; ibu saya bilang, anak cewek nggak pantes masuk STM.

Teman; ehm.

Saya; padahal kan cowok dan cewek sama saja, anak cewek juga boleh kok sekolah di STM.

Teman; iya.

Saya; menurut kamu gimana?

Teman; nggak tau dech.


Sumpah, gokil banget, empet banget rasanya.

Kecewa setengah mati sama tu teman, berharap diberi solusi malah dibikin kecewa, hahaha.

Pernah nggak ngalamin kayak begitu? pasti pernah dech.

Tapi lagi-lagi nggak bisa nyalahin orang, karena karakter orang memang unik.

Mungkin salah kita karena curhat tidak pada orang yang tepat.

Saya punya sebuah cerita, semoga cerita saya nanti bisa diambil hikmahnya oleh semua yang membaca, amien.


Cerita I

Tadi sore saya membeli sate Madura langganan saya, seperti biasa saya membeli cuma satu porsi.

Ternyata yang jaga bukan bapak ibu yang biasanya, melainkan menantu perempuannya karena kebetulan si bapak dan ibu sedang tidak enak badan.

Saya langsung pesen sate satu porsi dan menegaskan pake bumbu kecap bukan kacang.

Karena kebetulan saya tidak begitu suka dengan bumbu kacang.

Lima belas menit kemudian sate sudah matang dan saya minta di bungkusin nasi, karena di rumah tidak ada nasi.

Saya; mbak nasinya satu bungkus ya?

Mbak; iya mbak.

Saya; eh ada lontong ya mbak?

Mbak; ada mbak, mau?

Saya; ehm, enaknya nasi apa lontong ya?

Mbak; lha saya tidak tahu, kan yang mau makan mbak bukan saya.


Saya bengong melihat si mbaknya, bengong karena mendapat jawaban yang tidak saya sangka-sangka.

Saya berharap si mbak akan memberikan saya solusi untuk memilih nasi atau lontong.

Ternyata si mbak gk begitu respon dengan pertanyaan saya.

Yah tapi apa mau dikata, jawaban si mbak juga ada benarnya.

Karena memang benar, yang mau makan kan saya bukan dia.

Jadi dia tidak perlu repot-repot memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan saya.


Cerita II

Pernah nggak curhat sama teman? pasti hampir sebagian kita senang curhat sama teman kita.

Tapi teman yang bagaimana dulu ne? kalau sahabat pasti akan cocok dan menarik.

Tapi kalau sekedar teman biasa, mungkin tidak akan sebaik curhat dengan sahabat.

Saya; adek saya kan lulus SMP, dia pengen masuk SMK (STM), saya sih boleh-boleh saja, tapi ibu saya nggak boleh.

Teman; owh.

Saya; ibu saya bilang, anak cewek nggak pantes masuk STM.

Teman; ehm.

Saya; padahal kan cowok dan cewek sama saja, anak cewek juga boleh kok sekolah di STM.

Teman; iya.

Saya; menurut kamu gimana?

Teman; nggak tau dech.


Sumpah, gokil banget, empet banget rasanya.

Kecewa setengah mati sama tu teman, berharap diberi solusi malah dibikin kecewa, hahaha.

Pernah nggak ngalamin kayak begitu? pasti pernah dech.

Tapi lagi-lagi nggak bisa nyalahin orang, karena karakter orang memang unik.

Mungkin salah kita karena curhat tidak pada orang yang tepat.


Cerita III

Waktu ngajar di kelas, saya pernah bertanya kepada murid saya tentang materi yang sedang saya jelaskan.

Kala itu saya menjelaskan tentang fenomena yang terjadi di negara Indonesia.

Saya; tingkat korupsi di Indonesia bukan semakin turun tapi semakin meningkat.

Murid; betul banget bu.

Saya; padahal kita sudah punya hukum, tapi belum memberikan efek jera kepada para koruptor.

Murid; hukum mati saja bu yang korupsi.

Saya; usul yang bagus, ada lagi usulan lain? budi?

Budi; iya bu?

Saya; menurut kamu, bagaimana agar para koruptor bisa jera sehingga korupsi bisa ditanggulangi?

Budi; nggak tahu bu.


Ya Allah, kok bisa ya dia jawab nggak tahu?

Padahal pertanyaannya sangat gampang dan jawabannyapun nggak perlu pakai hitungan.

Tapi ternyata murid saya nggak mau berusaha untuk sekedar kreatif dalam menjawab.

Seharusnya sebagai pelajar, dia berani berupaya untuk menjawab meskipun kurang tepat.

Karena guru saya pastikan akan menghargai jawaban muridnya yang mau berusaha.

Ketimbang cuma menjawab; nggak tahu bu.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog