Saturday, March 12, 2011

Cerita Tentang Kakus Kali......

Maaf bukan mau cerita jorok.

Waktu kecil, saya buang air besarnya di kali.

Bukan cuma saya, hampir sebagian besar warga kampung buang air besar di kali.

Hanya sebagian kecil masyarakat kampungku yang punya wc.

Keluargaku dan saudara-saudaraku tidak ada yang punya wc.

Hahahaha.


Pas kecil saya tidak malu buang air besar di kali.

Lagipula di kalinya juga ada kakusnya (tutup).

Cuma yang lucu, ketika sudah kebelet tapi antrian ke kakusnya panjang.

Maklum satu RT buang air besarnya di kakus itu.

Sebenarnya ada dua kakus yang dekat, tapi tetap saja antri.

Apalagi jika buang air besarnya pagi hari habis subuh.

Walhasil, banyak ibu-ibu/bapak-bapak yang asal nongkrong di pinggir kali.

Hehehehe.


Menjelang remaja, saya mulai malu buang air besar di kakus.

Saya protes sama mbah saya tercinta.

Tapi kata mbah;

mbah; kenapa?

saya; mbok bikin wc mbah?

mbah; oalah nggo opo?

saya; ya buat buang hajat to mbah.

mbah; lha di kali kan bisa.

saya; malu aku mbah, masa buang hajat kok di kali.

mbah; lha emang kenapa? wong kamu kan gak maling, kenapa musti malu?

saya; bukan begitu mbah, saya kan sudah gede, masa masih buang air besar di kali?

mbah; mboh ah, ngelu aku.


Tapi untungnya pas saya sudah mulai malu, ibu saya membeli rumah tetangga.

Kebetulan rumah tetangga saya ada wcnya.

Saya bersyukur karena akhirnya bisa buang air besar di wc.

Meski kadang saya rindu buang air besar di kali.

Gimana gak rindu, wong buang air besar di kali itu enak.

Bisa ketemu banyak orang yang antri.

Kadang sambil antri bisa sambil ngobrol ngalor ngidul.

Hahahaha, udah kayak mau ngaji ajah.

Selain bisa ngobrol, saat buang air besar, saya suka berlama-lama ria nongkrongnya.

Mau tahu saya ngapain?

Saya main rumah-rumahan pake lidi di kayu pijakan kaki saya.

Kadang saya main wayang-wayangan pake daun/ranting daun.

Tapi gak asyiknya buang air besar di kali adalah ceboknya musti di rumah.

Jadi, ehm gak nyaman gitu.

Lucu ya?


Suatu ketika ada saudara dari Jakarta main ke rumah.

Dia kaget karena buang hajatnya harus ke kali.

Karena tidak tahu, dia bawa air bersih di ember dari rumah sampai kali.

Air tersebut digunakan buat cebok di kali.

Padahal jarak dari rumah saya ke kali lumayan jauh.

Kebayang gak?

Hahahaha.


Oya, kembali ke wc saya.

Meski saya sudah punya wc, keluarga saya jarang yang buang hajat ke wc.

Mereka tetap berbondong-bondong buang hajat ke kali.

Alasannya; katanya lebih enak ke kali dari pada di wc.

Huuuhhhh parah memang.


Pas saya kuliah di Semarang, dosen antrophologi saya bercerita tentang desa.

Dosen; masyarakat Jawa Tengah sebagian besar hidup di pedesaan.

mereka hidup berkelompok-kelompok dan saling tolong menolong.

masyarakat pedesaan punya aturan sendiri yang kadang susah ditembus oleh peradaban baru.

misalnya masalah buang hajat, sebenarnya untuk sekedar bikin wc mereka punya uang.

mereka pasti mampu membangun wc di dalam rumahnya.

tapi, mereka lebih senang buang hajat di kali dari pada di wc.

ada banyak alasan yang kadang tidak logis jika dijelaskan dengan nalar, kenapa mereka memilih ke kali.

Saya; betul sekali pak, kebetulan saya mengalami kasus tersebut di keluarga dan di desa saya.

terus, bagaimana cara merubahnya ya pak?

Dosen; tidak perlu dirubah dengan paksa, sejalan dengan berjalannya waktu dan perkembangan jaman,

masyarakat akan mulai merubah kebiasaan-kebiasaannya.

Saya; berarti butuh waktu ya pak?

DOsen; betul sekali.


Sekarang, setelah bertahun-tahun saya buang air besar di wc.

Kadang saya rindu buang hajat di kali.

Mengenang masa kecil dulu, bisa main rumah-rumahan sambil buang hajat.

Kadang nahan buang hajat sampai pagi karena tidak berani keluar malam hari.

Kadang gak kuat ngantri saat kebelet.

Kadang gak bisa ke kali karena hujan sangat lebat.

Kadang ketemu ulat saat nongkrong di kayu kakus.

Hehehehehe.


Masa lalu itu pasti indah.

Seperti apapun bentuk masa lalunya.

Jangan lupakan masa lalu.

Meski kita tidak boleh berlarut sedih dengan kesuraman di masa lalu.

Tataplah masa depan dengan semangat.

Tentukan prinsip hidup sebagai pegangan menajalani hidup dan kehidupan.

Sehingga kita menemukan masa depan yang gemilang.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog