Monday, March 22, 2010

Ujian Nasional 2010...

Ujian nasional sesuatu yang biasa sebenarnya, tidak pantas jika ujian nasional dijadikan momok dan dijadikan sebagai sesuatu yang mengerikan dan menakutkan. Ujian nasional sama dengan ketika siswa akan melaksanakan ulangan tengah semester atau ujian akhir semester. Karena akan ulangan siswa harus mempersiapkan diri dengan belajar sebelumnya, sehingga ketika ulangan tiba sang siswa tidak takut lagi dan justru siap untuk mengerjakan soal-soal ulangan tersebut.

Ujian nasional menjadi momok bagi sebagian besar siswa dan guru karena ada standarnya, bagi yang tidak memenuhi standar 5,5 maka dinyatakan tidak lulus dan harus mengikuti remedial, jika remedial juga tidak lulus maka siswa tersebut harus mengikuti ujian nasional paket C. Standar nilai untuk syarat standarisasi kualitas pendidikan bagi suatu negara bukan merupakan hal yang aneh dan layak untuk disalahkan. Bagaimanapun Indonesia adalah negara yang tidak hidup sendiri, melainkan negara yang eksis dengan adanya tetangga-tetangga. Standar nilai yang dimiliki Indonesia akan dijadikan sebagai patokan ukuran kualitas pendidikan di negara Indonesia.

Masyarakat harus melihat ujian nasional dari sisi positifnya juga, bahwa dengan adanya standar nilai pendidikan di Indonesia, Indonesia akan dipandang dan dihargai oleh negara-negara lain. Realitasnya standar pendidikan di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan standar pendidikan negara-negara di Asia Tenggara apalagi jika di bandingkan dengan negara-negara maju di dunia. Sehingga semua pihak harus mendukung program pemerintah lewat ujian nasional.

Menurut saya ketakutan siswa terhadap ujian nasional sebenarnya sangat berlebihan dan lebih kurang rasional, karena bagaimanapun Diknas pasti mengeluarkan soal-soal ujian yang pastinya sudah dipelajari oleh para siswa di sekolah. Sebenarnya ketakutan siswa bisa dikurangi juga dengan adanya try out-try out yang diadakan secara kontinyu menjelang ujian nasional. Tidak hanya try out, pendalaman materipun dilakukan penuh selama satu semester sebelum ujian nasional. Sehingga kurang pantas kiranya sebagai sosok yang intelek, menjadi begitu takut dengan ujian nasional, sementara guru-guru di sekolah sudah mati-matian membantu siswanya untuk mempersiapkan ujian nasional lewat try out dan pendalaman materi.

Belajar tidak mungkin tanpa hasil, demikian juga dengan usaha tidak mungkin tanpa keberhasilan. Jika siswa sungguh-sungguh mengikuti program sekolah untuk persiapan ujian nasional ditambah dengan les-les di luar sekolah, seharusnya siswa tersebut telah siap sedia untuk mengikuti ujian nasional. Selama ini kenyataan yang terjadi adalah para siswa tetap merasa tidak siap bahkan ada yang tiba-tiba tidak siap ketika detik-detik ujian nasional sudah mulai mendekat. Psikologis dan sugesti mereka terlalu tinggi dan tidak terkontrol dengan baik, sehingga rasionalitas mereka menjadi anjlok hampir 90 persen. Dalam kondisi seperti ini, orang tua dan guru seharusnya menjadi teman paling dekat yang harus mampu memotivasi agar anaknya kembali bangkit dari keterpurukan emosional.


Saya tidak tahu harus bicara apa, tadi ketika mengawas ujian nasional saya berbincang dengan guru pengawas dari sekolah lain, berikut petikan dialog kami:
Saya: kenapa bu?

Ibu Diah: tidak apa-apa bu, cuma sedang sedih saja memikirkan anak-anak sekarang.

Saya: misalnya apa bu?

Ibu Diah: menyontek dalam ujian nasional itu kan tidak boleh ya bu, tapi kok ya tetap banyak anak-anak yang melakukan itu ya bu?

Saya: iya bu saya tahu, sebenarnya kita kadang dilematis juga ya bu, mau idealis dicaci dan kita tidak tega sama anak-anak didik kita, mau tidak idealis kok perbuatan kita sebagai guru kayaknya kurang baik.

Ibu Diah: saya ngeri saja bu, bagaimanapun kita kan guru yang setiap harinya mengajarkan kebaikan dan kejujuran kepada murid, masa iya pas ujian nasional kita menjadi orang yang mengingkari ajaran kita sendiri, saya malu bu?

Saya: iya bu, saya mengerti dan saya bisa paham bu, saya juga sedih bu, tapi kita juga tidak bisa menyalahkan siswa secara mutlak, karena banyak sistem yang bermain dalam kecurangan ini.

Ibu Diah: iya bu saya juga tahu, ada guru yang mungkin kurang maksimal dalam mengajar, ada anak murid yang memang malas belajar, dan ada sistem oknum yang menyediakan jawaban untuk dibeli oleh para siswa.

Saya: sehingga try out-try out dan pendalaman materi yang diberikan untuk persiapan ujian nasional seolah-olah menjadi sesuatu yang sia-sia dan tanpa makna.

Ibu Diah: iya bu, saya sedih sekali bu.


Saya tidak tahu lagi musti bicara apa tentang ujian nasional, tetapi sore hari ketika melihat berita tentang ujian nasional saya sedikit terharu dan menjadi kembali semangat. Ada beberapa siswa yang dalam kondisi kekurangan tetap semangat melakukan ujian nasional: siswa yang ditahanan, siswa yang sakit dan di rawat di rumah sakit, dan siswa luar biasa. Mereka sangat antusias mengikuti ujian nasional untuk mendapatkan ijazah sma/smk.

Teman-temanku yang saya sayangi, tidak ada manusia yang bodoh dan tidak ada juga manusia yang tidak mampu mengerjakan sesuatu sementara dirinya mempunyai akal dan pikiran. Saya tidak akan menjustifikasi kalian dengan statemen saya, saya hanya ingin teman-teman berfikri secara rasional dan dengan hati nurani. Bahwa teman-teman adalah seorang pelajar yang intelek dan mempunyai kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh anak-anak yang tidak sekolah. Selamat mencoba menjadi baik, karena baik itu indah dan anggun.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog