Wednesday, March 17, 2010

Keliling Jakarta Di Hari Lahir,,,

Malam hari sebelum tanggal 16 Maret saya ketemu sahabat saya mbak Eny, dia menawarkan kepada saya agar pada tanggal 16 Maret kita bisa jalan-jalan keliling Jakarta dengan menggunakan sepeda. Saya agak keberatan kalau harus keliling Jakarta, akhirnya saya putuskan untuk pergi ke Ancol dan akan mampir di Kota Tua. Keesokan paginya mbak Eny datang ke rumah saya dengan satu orang teman lagi yaitu Ria yang kebetulan adiknya mbak Eny. Sebelum berangkat kita makan terlebih dahulu, nasi putih dengan telur ceplok serta kecap manis bekal dari ibunya mbak Eny untuk kita bertiga.

Pukul 07.00 kita bertiga mulai berangkat dengan semangat yang membara, maklum orang-orang Jakarta sedang berbahagia dengan kehadiran sepeda, meskipun kebahagiaan yang saya rasakan mungkin berbeda dengan yang orang lain rasakan. Terus terang saya tidak begitu kaget dengan sepeda, karena saya tinggal di kampung Jawa Tengah dimana bersepeda sudah menjadi hidup saya dari saya kecil. Dari Madrasah Ibtidaiyah, SMP, dan SMA saya masih bergelayut dengan sepeda. Berbeda dengan mbak Eny dan Riya yang mengenal sepeda ketika mereka sudah dewasa.

Kita bertiga jalan beriringan satu sama lain, kadang balapan kalau sedang ingin dan tidak terlalu lelah. Tibalah kami di Pasar Kebayoran dan agak miris ketika melihat sampah yang menggunung. Awalnya hanya memikirkan nasib pekerja sampahnya, saya sempat kasihan melihat tukang sampah sedang membersihkan sampah-sampah pasar yang sungguh banyak. Kemudian saya berfikir lebih jauh lagi tentang Jakarta, seandainya di Jakarta ada sekian puluh atau mungkin sekian ratus pasar dan setiap pasar menghasilkan sampah-sampah, berarti Jakarta tiap hari menghasilkan banyak sampah. Bagaimana mau bersih dan tidak banjir, jika sampah-sampah yang dihasilkan saja masih sungguh banyaknya?

Lewat Kebayoran saya sedikit bahagia setelah melihat sederetan bunga-bunga dengan pot-pot besar di jalan Asia Afrika dekat Senayan, saya sedang membayangkan seandainya seluruh Jakarta dipenuhi dengan bunga-bunga nan indah sesuai dengan program Pemda DKI Jakarta tentang gerakan sejuta bunga di DKI Jakarta. Bahagia lagi setelah tiba di Monas, alhamdulillah di Monas begitu rindang dan asri, pepohonan menjulang disana-sini, damai rasanya hati ini.


Setelah beberapa menit di Monas, kita bertiga melanjutkan perjalanan ke Ancol dan sebelum Ancol kita sempat mampir ke Gereja Katedral dekat masjid Istiqlal. Saya senang sekali bisa berfoto di depan Gereja Katedral tersebut, menurut saya bangunan Gereja tersebut sungguh indah dan mengandung nilai seni yang tinggi. Mbak Eny dan Riya sempat tidak mau ketika saya ajak masuk ke Gereja, tetapi setelah saya bujuk akhirnya mereka mengikuti saya masuk ke Gereja tersebut.

Dari Gereja kita menuju Ancol dengan sisa tenaga yang ada, alhamdulillah kita bertiga masih tetap semangat menuju tempat yang kita ingini. Sekitar pukul 10.00 kita bertiga masuk ke Ancol dengan senyuman, akhirnya sampai juga ke Ancol dengan sepeda kesayangan. Kita bertiga duduk ditepian pantai sambil menikmati makanan dan minuman seadanya yang telah kami siapkan dari rumah. Lelah, pegel-pegel, pusing, dan senang bercampur jadi satu dalam tawa riuh kita bertiga. Setelah kurang lebih satu jam bersendau gurau, kita bertiga memutuskan untuk naik perahu meski sayang perahunya tidak terlalu jauh dan hanya berputar-putar sangat sebentar.

Setelah naik perahu, kita bertiga langsung menuju musholla untuk persiapan sholat dzuhur. Sebelum sholat kita bertiga memutuskan untuk mandi di toilet gratis dekat musholla secara bergantian. Kita memutuskan bergantian karena tidak enak jika toilet penuh oleh kita bertiga yang sedang mandi. Segarnya setelah mandi, meskipun tidak memakai sabun mandi. Selesai sholat kita bertiga langsung melanjutkan perjalanan ke arah Kota Tua.

Sambil jalan kita bertiga sambil melihat ke kanan kiri untuk mencari penjual mie ayam atau bakso untuk makan siang. Tapi sayang kanan kiri yang kita lihat yaitu pemandangan-pemandangan agak kumuh yang kurang mengenakkan, sehingga selera makan kita agak sedikit menurun. Setelah jalan sekitar dua kilo meter akhirnya kita menemukan mie ayam wonogiri yang tempatnya alhamdulillah bersih. Kita bertiga makan dengan keriangan dan keikhlasan sampai-sampai sambal yang di mangkok sedikit ludes oleh kami bertiga, tidak hanya sambal teh tawarpun jadi sasaran kehausan kita bertiga.


Sampai juga di Kota TUa, waktu itu jam menunjukkan pukul 14.00 Wib, dan di Kota Tua cuaca kelihatan agak mendung dan hampir hujan. Sampai di Kota Tua kita bertiga lansung berputar-putar keliling Kota Tua sambil melihat-lihat sekitar. Hari itu orang-orang begitu banyak, sepertinya orang-orang tersebut sedang liburan, karena kebetulan hari itu tanggal merah (hari nyepi). Saya tiba-tiba tertarik dengan kerumunan orang-orang yang sedang melihat sulap, dan pesulap tersebut ternyata sambil jualan obat untuk segala penyakit.

Pesulap dengan peci dikepala dan tasbih ditangan terus berbicara tentang khasiat obatnya, dan dia sedang mengurung laki-laki dalam keranda hitam yang kata dia akan berubah menjadi perempuan cantik. Masa bergerombol semakin mendekat karena tertarik dengan bualan-bualan pesulap. Pesulap tidak tanggung-tanggung menggunakan ayat-ayat al-qur'an untuk meyakinkan para penontonnya termasuk saya. Saya bengon benar-benar penasaran ingin melihat perubahan laki-laki dalam keranda. Hampir 30 menit saya menunggu dengan sabar, keranda tidak dibuka dan pesulap terus saja mengoceh sambil menawarkan obatnya. Para penonton seperti terhipnotis tiba-tiba beramai-ramai membeli obat tersebut hingga hampir habis. Tiba-tiba di akhir acara pesulap tersebut bilang bahwa permainan tidak bisa dilanjutkan karena hujan, dan laki-laki dalam keranda hitam tetap menjadi laki-laki seperti semula.

Saya karena tidak terima dan gondok langsung memaki-maki dengan sadis di depan pesulap gombal tersebut. Bahkan saya berteriak-teriak sampai orang-orang disekitar melihat ke saya. Yang aneh menurut saya, penonton yang bubar sama sekali tidak mencibir dan langsung pergi begitu saja, seolah-olah pesulap tersebut tidak melakukan kesalahan apapun.

Setelah marah-marah dan gondok saya mencari minuman dingin dan mencari gorengan yang panas. Alhamdulillah dapat juga minuman dan makanan tersebut, saya menikmatinya dengan mbak Eny dan Riya, begitu enak makan dan minum dikala lapar dan haus. Setelah selesai saya mencari toilet dan melanjutkan perjalanan pulang menuju Bintaro tercinta. Meskipun gerimis kita bertiga tetap semangat dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Di jalan kita bertiga melihat para jak mania yang hendak menuju Senayan. Saking lelahnya saya tidak bisa berkomentar banyak tentang rombongan jak mania yang ditahan polisi karena naik di atas metro dan karena membawa senjata tajam.

Pukul 18.30 kita bertiga tiba di rumah, saya tidak langsung pulang tetapi main dulu ke rumah mbak Eny. Alhamdulillah ditengah laparnya perut, ibunya mbak Eny masak ayam goreng dan sambal tomat. Perut sudah sangat keroncongan dan kita bertigapun makan dengan lahapnya seperti orang yang kelaparan karena seharian tidak makan. Setelah makan saya beristirahat di kamar mbak Eny, seluruh badan terasa pegel-pegel semua. Tapi saya tidak menyesal bahkan saya sangat bahagia, karena di hari ulanga tahun saya, saya bisa keliling Jakarta ditemani oleh teman-teman baik saya.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog