Wednesday, February 18, 2015

BERKUNJUNG KE SEKOLAH TEMPAT PPL

Hari ini Tanggal 15 September 2014 saya berniat berkunjung ke MI Miftahul Huda Muhammadiyah Cinangka Sawangan Depok, berkunjung dalam rangka memantau perkembangan mahasiswa PPL yang saya bimbing dan sekaligus silaturahmi dengan guru-guru di sekolah tersebut. Di hari yang sama, di rumah saya juga sedang ada dua orang tukang yang ingin mengerjakan pintu-pintu yang rusak dan bermaksud melihat kondisi atap rumah yang sepertinya juga ada beberapa titik kerusakan. Karena sudah janji ingin  ke Sekolah saya berusaha sebisa mungkin menyiapkan dahulu yang dibutuhkan oleh tukang di rumah supaya bisa ditinggal, alhasil pagi jam 07.00 saya sibuk belanja ke toko bangungan untuk keperluan rumah. Setelah semuanya selesai dan siap di pegang oleh tukang sayapun pamitan dan bergegas menuju ke sekolah tempat PPL mahasiswa yang saya bimbing.

Setibanya di sekolah saya langsung memarkir motor saya di parkiran depan, tepatnya di depan ruang guru SMP Muhammadiyah. Kondisi parkiran sangat sempit dan hanya tersisa sedikit untuk motor saya, karena sudah tidak ada tempat sayapun sedikit memaksakan supaya motor saya tersebut bisa masuk diantara motor-motor yang lainnya.
Guru: “bisa tidak mbak?”
Saya: “agak susah bapak, karena sempit.”
Guru: “sini saya bantu mbak.”
Saya: “terima kasih bapak, maaf merepotkan bapak.”
Guru: “sama-sama dan tidak apa-apa mbak, oya mbak kenapa baru datang? Teman-teman yang PPL sepertinya sudah datang dari pagi lho?”
Saya: “iya bapak, tadi di rumah ada yang harus diselesaikan dulu, makanya saya terlambat.”
Guru: “yasudah sana cepat ke kantor guru MI, supaya bisa langsung masuk kelas dan mengajar.”
Saya: “terima kasih bapak.”

Saya sesungguhnya tersenyum geli, karena si bapak guru tersebut menyangka saya masih mahasiswa. Disisi lain saya senang karena itu berarti bapak guru tersebut masih menganggap saya muda dan hampir seusia dengan mahasiswa saya yang sedang PPL. Saya langsung masuk ke ruang guru bersalaman dan ngobrol dengan guru-guru MI yang sedang berada di kantor. Setelah ngobrol seperlunya saya langsung ijin untuk masuk ke ruangan kelas 3, kebetulan guru PPL di kelas 3 yaitu Dini dan Bachrul. Saya langsung masuk dan duduk di bangku siswa yang kebetulan diduduki hanya satu orang, karena teman sebangku siswa tersebut sedang tidak masuk karena ijin. Di dalam tidak hanya Dini dan Bachrul tetapi ada juga Maheni dan Anggi yang sedang menjadi observer.

Saya mencoba mengamati keadaan kelas tersebut dengan seksama, supaya saya bisa memahami kondisi psikologis mahasiswa saya yang sedang PPL disitu. Siswa-siswi sebagian gaduh, sebagian lagi berlarian kesana kemari, sebagian lagi mencatat dengan serius, dan sebagian lagi maju ke depan untuk menyerahkan hasil tulisan mereka kepada guru PPL. Saat itu juga saya berfikir betapa lucu, unik, menarik, dan menggemaskannya anak-anak usia Sekolah Dasar. Butuh kesabaran lebih dan butuh keberanian untuk menghadapi anak-anak tersebut. Karena jika salah mendampingi maka akibat kedepannya bisa fatal bagi anak tersebut.

Tiga puluh menit kemudian bel istirahat berbunyi, guru PPL mempersilahkan siswa-siswi untuk ke luar kelas dan beristirahat. Karena tertarik melihat aktivitas anak-anak tersebut, saya mengikuti mereka beristirahat, dan sebagian besar mereka menuju kantin di belakang yang letaknya tidak jauh dari ruang guru. Jajanan disitu sangat banyak dan lumayan beragam, dan yang menarik adalah jajanan disitu sangat murah dan terjangkau oleh kantong anak-anak. Disitu ada siswa yang membawa bambu untuk bermain enggrang, sepertinya sangat menarik jika saya bisa memainkan enggrang tersebut.

Saya: “hai, boleh pinjam bambunya tidak?”
Siswa: “memangnya kakak bisa mainnya?”
Saya: “saya waktu kecil mahir, tapi sekarang sudah lupa, ada yang mau mengajari saya?”
Siswa: “boleh kalau kakak mau, saya bisa mengajari kakak bermain enggrang.”
Saya: “terima kasih ya sudah mau mengajari, tapi susah sekali, kakak sepertinya tidak bisa lho bermain enggrang ini.”
Siswa: “kalau kakak sering berlatih pasti nanti bisa, intinya harus gigih berlatih kak.”
Saya: “jadi begitu ya? Berarti kapan-kapan kakak harus belajar lebih gigih lagi ya supaya bisa bermain enggrang.”
Siswa: “iya kakak benar sekali, oya kakak mengajar di kelas mana?”
Saya: “kakak tidak mengajar.”
Siswa: “kenapa tidak mengajar kak?”
Saya: “karena saya gurunya mereka, jadi saya tidak mengajar.”
Siswa: “owh jadi begitu ya kak, hehe.”
Saya: “iya sayang.”

Setelah bermain dan ngobrol dengan siswa-siswi MI tersebut saya mengajak mahasiswa untuk kumpul sebentar untuk berkoordinasi. Saya melihat mahasiswa saya ikut nimbrung jajan di kantin tersebut, setelah saya tanya mereka menjawab harganya sangat murah sekali, sehingga sangat menyenangkan mahasiswa. Cuma ada satu hal yang disampaikan oleh Fikrah, bahwa sampah bekas anak-anak jajan berserakan di tanah, itu terjadi karena tidak adanya tempat sampah disitu, sehingga anak-anak dengan santainya membuang sampah sembarangan. Akhirnya saya menyarankan supaya mahasiswa yang PPL menyiapkan tempat sampah disitu entah berupa tempat sampah sungguhan atau plastik hitam besar yang khusus untuk tempat sampah. Karena bagaimanapun itu adalah sekolah Muhammadiyah, sehingga tidak patut sepertinya jika masalah membuang sampah saja tidak tuntas.

Demikian kunjungan saya pada hari ini, setelah koordinasi dengan mahasiswa saya langsung ke ruang kantor untuk ngobrol lagi dan sekalian pamitan dengan guru-guru yang ada di kantor. Bahagia rasanya bisa belajar banyak dari semua yang ada di sekolah tersebut. Belajar tentang kesabaran, belajar tentang dunia anak-anak, belajar betapa susahnya menjadi guru untuk anak Sekolah Dasar, dan belajar untuk selalu menghargai apapun yang ada di sekitar kita, amin.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog