Friday, April 23, 2010

Ke Medan,,,,

Naik pesawat katanya anaknya pesawat Garuda, yah lumayanlah namanya juga acara gratisan. Kebetulan di undang oleh PBB untuk menjadi peninjau di Muktamar PBB yang berlangsung di Medan Sumatra Utara. Meskipun tidak tahu banyak tentang PBB, tapi secara umum saya tidak buta bangetlah tentang PBB.

Pesawat sempat telat sekitar 30 menit, tapi tidak apa-apa karena disitu kebetulan banyak orang-orang yang juga mau ke acara muktamar PBB. Cuma yang saya tidak tahan adalah rasa haus dan lapar yang menggalayut begitu hebat. Maklum dari pagi belum makan karena ngajar dulu sebelum ke Medan. Tapi alhamdulillah di sekolah sudah makan snack yang sedikit mengenyangkan perut.

Oya sebelum ke bandara saya sempat panik karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.30, sementara pesawat berangkat pukul 12.30. Untung ada Bas murid saya yang bersedia mengantar saya ke pangkalan damri blok m. Pas tiba di damri ternyata damri masih kosong akhirnya saya memutuskan naik taksi, eh ternyata saya tidak bawa uang cash, akhirnya saya dan Bas muter-muter dulu mencari atm untuk mengambil uang terlebih dahulu dan alhamdulillah ketemu juga.

Setelah mengambil uang saya langsung mencari taksi dan alhamdulillah taksi ada di depan mata, saya pamit sama Bas dan langsung ngacir masuk ke dalam taksi. Tidak disangka taksinya orang Jawa Tengah tepatnya Tegal, karena sama-sama orang Jawa semangat primodialisme saya tiba-tiba muncul begitu saja. Saya ngobrol kesana-kemari pakai bahasa Jawa, dan tidak lamapun saya dan pak sopir langsung akrab membicarakan banyak hal seputar taksi dan hal-hal lainnya.

Di pesawat saya duduk dekat dengan pintu darurat pesawat, tiba-tiba saya merasa bahwa orang-orang yang duduk disitu pasti punya tanggung jawab besar jika pesawat mengalami kecelakaan. Meski tentunya saya tidak berharap akan terjadi kecelakaan pada pesawat yang saya naiki. Tiba-tiba ada perbincangan yang menarik antara penumpung di kursi sebelah kanan yang kebetulan juga dekat dengan pintu darurat dengan pramugari:

Pramugari: ibu maaf, tolong tasnya di taruh di atas bagasi ya?

Ibu: tas saya kan kecil, jadi sepertinya tidak masalah jika saya taruh di bawah mbak.

Pramugari: itu termasuk ukuran besar bu, mohon pengertiannya karena ibu duduk di dekat pintu darurat.

Ibu: biasanya juga tidak apa-apa, saya kan sering naik pesawat.

Pramugari: ibu mohon pengertiannya ya? ibu akan menghambat penumpang lain lewat jika terjadi kecelakaan.

Ibu: saya tetap tidak mau, karena tas saya menurut saya tidak terlalu besar, jadi tidak perlu di taruh di bagasi atas.

Penumpang: ibu jangan bikin masalah ya di pesawat, yang dikatakan pramugari sudah benar, jadi ibu jangan nyusahin penumpang lain karena ego ibu pribadi.

Ibu: eh saya tidak ada urusan sama anda ya? jadi jangan ikut campur.

Penumpang: tapi saya ada urusan sama ibu, jika ada kecelakaan dan ibu ribet maka saya tidak akan bisa keluar dengan cepat lewat pintu darurat.

Ibu: diam, saya tidak mau dengar anda ngoceh lagi.

Pramugari: begini saja bu, jika ibu tidak siap duduk di dekat jendela, saya sarankan ibu untuk pindah tempat duduk, gimana bu?

Ibu: oke saya pindah tempat duduk saja.

Sebenarnya saya pengen tertawa mendengar percakapan tersebut, satu hal yang saya pikirkan kala itu yaitu: beginilah orang Indonesia, tidak mau disalahkan meskipun tahu bahwa dirinya salah. Saya duduk di tengah dan kanan kiri saya ada ibu-ibu dan bapak-bapak. Baru sadar ternyata si bapak dan ibu tersebut sedang menelephone, padahal pesawat sebentar lagi terbang. Saya mencoba mengingatkan keduanya agar mematikan hpnya, ternyata bapak dan ibu ini tidak jauh beda dengan ibu yang ngeyel sebelumnya. Mereka berdua juga enggan mematikan hpnya, alasannya tidak bakal terjadi kecelakaan.

Saya sudah mencoba menjelaskan bahwa alat elektronok itu mempunyai radiasi, yang pastinya akan berbahaya buat operasional pesawat saat terbang. Tapi saya tidak tahu, mereka berdua sebenarnya tahu atau tidak tahu. Karena tidak mau berdebat, saya langsung melipat tangan dan merebahkan kepala di kursi, saya pura-pura tidur supaya tidak terbebani dengan kebodohan bapak dan ibu di samping saya.

Tiba di Bandara Polonia Medan saya langsung mencari kantin untuk sekedar beli minum dan roti. Alhamdulillah dapat dan langsung saya lahap kedua pasang makanan dan minuman tersebut. Saya langsung mencari bus jemputan yang akan membawa saya ke hotel Tiara. Tiba di hotel saya langsung bersih-bersih dan istirahat sejenak, satu hal yang saya harapkan adalah semoga makanan di Medan cocok dengan perut ndeso saya. Karena saya suka tidak cocok dengan makanan yang bukan buatan ibu atau embah saya, hahahaha.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog