Friday, February 28, 2014

Ibu dan anak....

Kebetulan saya sedang ada acara di daerah Gajah Mada Jakarta Pusat.
Sore tadi saya tidak membawa motor karena terlalu lelah bolak balik bawa motor.
Apalagi Jakarta Pusat ke UMJ lumayan agak jauh.
Setelah lama menunggu APTB jurusan Ciputat Kota akhirnya tiba juga bus tersebut.
Sama sekali belum pernah saya menggunakan APTB tersebut.
Dan ternyata ketika saya masuk bus penuh penumpang. Akhirnya saya berdiri di tengah dekat dengan pintu dan pegangan tiang.
Karena tas terlalu berat, akhirnya saya memutuskan untuk meletakkan tas di bawah.
Supaya beban di pundak menjadi berkurang.

Kurang lebih 15 menit saya mencoba mengamati orang-orang yang duduk maupun yang berdiri.
Masing-masing asyik dengan dunianya sendiri.
Masing-masing tidak saling sapa.
Masing-masing memegang Hand Phone dengan khusyuknya.
Saya bingung mau ngobrol dengan siapa?
Karena nyaris tidak ada yang bisa diajak ngobrol.
Hanya kondektur dan sopir yang tidak megang Hand Phone.
Jelas tidak mungkin mereka ikut-ikutan megang Hand Phone.
Karena mereka sedang fokus menjalankan tugasnya.

Hingga akhirnya naiklah dua orang ibu-ibu yang usianya kurang lebih 60 tahun.
Keduanya asyik ngobrol dan bercanda dengan menggunakan bahasa Jawa.
Karena saya juga orang Jawa, primodialisme saya muncul dengan riangnya.
Saya mencoba nimbrung di percakapan kedua ibu tersebut dengan juga menggunakan bahasa Jawa.
Alhamdulillah respons mereka berdua sangat positif ke saya.
Akhirnya sayapun ngobrol banyak dengan suka ria.
Sambil tertawa-tawa kecil supaya tidak mengganggu penumpang yang lain.

Saya baru ngeh jika ternyata di belakang saya ada seorang ibu muda yang juga berdiri.
Parasnya sangat cantik dan menawan siapa saja yang melihatnya.
Kulitnya begitu lembut dan putih.
Rambutnyapun luruh gemulai dan terlihat halus.
Saat dia tersenyum saya begitu terpesona mengamatinya.
Ketika itu saya kaget ketika tiba-tiba dia membuka percakapan dengan penumpang yang duduk di dekat tiang yang sedang saya pegang.
Ibu muda: ibu maaf bolehkah saya tukar tempat duduk ibu dengan anak saya?
Ibu: Anak ibu yang mana?
Ibu muda: itu yang duduk di samping ibu.
Ibu: silahkan kalau begitu.
Ibu muda: terima kasih ya bu, anak saya mau makan soalnya, kasihan belum makan dari tadi siang.
Ibu: iya ibu silahkan.

Saya terus terang sangat terharu dan bangga dengan ibu muda tersebut.
Sungguh perhatian dengan anaknya.
Sungguh sayang dengan anak perempuannya.
Perempuan cantik, anaknya pun sangat cantik.
Saya amatai keduanya, mereka ngobrol satu sama lain tetapi tidak terdengar jelas suaranya.
Si ibu terlihat sibuk menyiapkan boks makanan untuk putri kesayangannya.
Hingga akhirnya saya mendengar dan melihat interaksi mereka berdua.

Ibu: sudah tidak marah kan sama mama?
Anak: senyum.
Ibu: masih marah sama mama?
Anak: diam.
Ibu: bagaimana sudah tidak marah kan sama mama?
Anak: iya.
Ibu: ini di makan nasinya, ayamnya dipotong-potong dahulu ya dengan sendok supaya lebih kecil.
Anak: iya (terlihat malas memotong).
Ibu: yang benar kalau motong, jangan begitu.
Anak: iya (sambil mencoba memotong dengan sendok tetapi susah).
Ibu: bisa atau tidak? masa begitu saja tidak bisa sih.
Anak: diam.
Ibu: yasudah cepat makannya jangan main-main nanti keburu turun lho ya.
Anak: hanya menunduk sambil makan.
Ibu: kalau sudah selesai ini minum.
Anak: iya maaf tidak habis makannya.
Ibu: makan begini saja kok tidak habis.
Anak: diam.
Ibu: mau dihabiskan tidak? kalau tidak yasudah sekarang minum aqua ini.
Anak: iya.
Ibu: cepetan minumnya, hati-hati nanti tumpah.
Anak: diam.
Ibu: jangan minum terus, nanti kencing.
Anak: bingung ekspresinya.

Saya benar-benar emosi melihat kejadian tersebut.Awalnya saya sangat kagum dan bangga dengan si ibu yang sangat perhatian dengan anaknya.
Sampai saya berpikir bahwa si ibu adalah ibu ideal yang harus dicontoh.
Ada yang aneh dan tidak konsisten dari si ibu dalam berinteraksi dengan anaknya.
Ada yang tidak seharusnya dilakukan seorang ibu kepada anaknya.Apalagi si anak masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4.
Usia yang masih kecil dan masih butuh banyak dampingan dalam rangka pembentukan karakter dasar.
Saking tidak sukanya akhirnya keluarlah kalimat-kalimat agak pedas dari mulut saya.

Saya: maaf ya bu, ibu tidak tahu ya cara mendidik anak dengan benar?
Ibu: tidak usah ikut campur.
Saya: lho saya tetap akan ikut campur, karena ada yang salah dengan cara ibu mendidik anak.
Ibu: tapi kan dia anak saya?Saya: tapi dia masih anak-anak, dia belum bisa memahami apa yang kita inginkan, yang dia paham adalah bahwa dia tidak suka jika orang terdekatnya berlaku kasar terhadapnya.
Ibu: saya tidak kasar kok sama dia.
Saya: ibu mungkin tidak merasa kasar, tapi saya disini sebagai pengamat merasa sangat risih dengan gaya ibu memperlakukan anaknya.
Ibu: diam dan cuek.
Saya: selalu belajar dan belajar, karena kehidupan anak kita kelak dipengaruhi oleh kehidupan masa kecilnya, jika di masa kecilnya psikologis dia tidak nyaman, maka ke depan dia akan menjadi orang yang kurang percaya diri atau akan berlaku kasar dengan orang lain sebagaimana ibu memperlakukannya sekarang.
Ibu: berpaling muka.

Ibu-ibu itu siap-siap untuk turun, karena sepertinya rumah dia sudah dekat.
Dia mengajak anaknya untuk siap-siap dan membenahi tasnya.
Sebelum anak tersebut turun dengan ibunya saya sunggingkan senyum untuk anak tersebut.
Saya sempat bertanya kelas berapa, dan dia menjawab kelas 4.
Dan kemudian diapun bilang "dada kakak".
Subhanallah, cantik sekali anak itu.
Semoga ibunya berubah dan bisa mendampingi anak tersebut dengan semestinya.
Tentu dengan bantuan dari suaminya.
Karena mengasuh anak adalah tanggung jawab antara bapak dan ibu.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog