Monday, December 19, 2011

Kisah mengharukan penuh makna.......

Kisah I

Sekitar pukul 17.00 sore saya lewat depan laundry langganan.

Di depan toko laundry ada mbak Ernie pegawai laundry.

Akhirnya saya memutuskan untuk menemani dia bengong.

Lagipula jarang-jarang juga saya bisa ngobrol sama mbak Erni.

Mbak Erni usianya empat tahun diatas saya.

Dia perempuan lugu yang ketika menulis nama saya di bon laundry selalu salah.

Mbak Erni cantik, putih, dan ramah.

Saya menikmati ngobrol dengan mbak Erni.

Ngobrol tentang bos nya dia yang kebetulan saya juga kenal.

Mbak Erni cerita bahwa bos nya sangat baik dan ramah.

Bos nya menyuruh mbak Erni pakai jilbab tetapi mbak Erni merasa belum siap.

Begini dialog saya dengan mbak Erni:

Saya: dikau sudah kawin mbak?

Erni: sudah mbak.

Saya: sudah berapa lama nikah?

Erni: sudah 11 tahun tetapi saya belum punya anak.

Saya: owh, ehm mungkin belum dikasih mbak sama Allah.

Erni: mungkin Allah tahu bahwa saya belum siap secara ekonomi jika diberi anak sekarang.

Saya: kok gitu?

Erni: iyalah mbak, orang buat bayar kontrakan saja kadang ngutang.

Saya: memang suami mbak Erni kerja apa?
Erni: itu suami saya yang lagi mangkal di pangkalan ojek, yang sudah tua mbak.

Saya: owh yang itu? selisih usianya kayaknya jauh ya mbak?

Erni: 20 tahun mbak, anaknya dia saja sudah kawin dan punya anak.

Saya: memangnya dia duda?

Erni: sekarang duda, tadinya mah bininya ada 5 kali, tapi alhamdulillah sekarang tinggal saya doang.

Saya: busyet, banyak amat bininya. Kok bininya pada mau ya sama suamimu mbak di madu?

Erni: dulunya dia kaya mbak, dia orang asli betawi asli, tanah warisannya banyak. Tapi sekarang sudah habis sama istri-istri yang sebelum saya.

Saya: sekarang sudah tidak punya apa-apa mbak?

Erni: iya, orang rumah saja ngontrak mbak, motor yang dia pakai buat ngojek itu juga sewa mbak.

Saya: ehm, memang tidak bisa beli motor sendiri mbak?

Erni: uang dari mana mbak, wong dia sudah tidak punya uang sama sekali mbak, rumahnya saja sudah kejual buat berobat dia selama setahun lebih.

Saya: ehm, keren keren, tetep semangat ya mbak, insya Allah kelak ada jalan yang terbaik kok mbak.

Erni: makasih ya mbak doanya?

Saya: iya mbak sama-sama.

Kisah II

Setelah berbincang dengan mbak Erni saya menuju rumah sehat Giant.

Saya mengecek kesehatan sama karyawatinya yang bernama Vani.

Setelah berkonsultasi dengan Vani saya mencoba beramah tamah dengan dia.

Terjadilah dialog dengan Vani:

Saya: usianya berapa?

Vani: 20 tahun mbak.

Saya: kok gak kuliah dek?

Vani: pengen sih, tapi nanti dulu, lagi bantuin bokap ngurusi adek yang masih SD.

Saya: memang tidak ada ibu?

Vani: ibu saya kabur sekitar 6 tahun yang lalu dan sekarang tidak tahu dimana rimbanya.

Saya: ehm, sudah cerai maksudnya?

Vani: kata bapak sih sudah, tapi kita ketiga anaknya tidak tahu menahu, tahu-tahu sudah kabur dari rumah.

Saya: sedih sekali ya Vani, sebenarnya cerai sih hak orang tua Vani, tapi seharusnya ibu jangan menghilang begitu saja, bagaimanapun kan dia punya 3 anak.

Vani: saya juga tidak tahu mbak, malah sudah kawin lagi dianya mbak.

Saya: kata siapa?

Vani: saya pernah telephone yang ngangkat suaminya.

Sayai: ehm, yasudahlah Van, jaga keluarga Vani terutama bapak, kasihan juga kan bapak sendirian.

Vani: saya sudah nyuruh bapak buat kawin mbak, dan banyak lho perempuan yang mau sama bapak, tapi bapaknya yang tidak mau mbak.

Saya: memang apa alasan bapak tidak mau kawin lagi Van?

Vani: kata bapak, dia pengen fokus ngurus ketiga anaknya dan tidak minat buat kawin lagi, takut kasih sayangnya kebagi antara anak dengan istri barunya kelak.

Saya: subhanallah.

Kisah 3

Nngobrol sama Vani telah usai, dan saya melanjutkan kunjungan berikutnya.

Saya maen ke rumah tetangga yang kebetulan baru saja melahirkan anak ketiganya.

Namanya juga bertetangga, tidak bisa kita cuek dengan para tetangga kita.

Beginilah dialog saya dengan tetangga:

Saya: maaf ya mbak baru bisa nengkok?

Mbak: tidak apa-apa mbak, lagipula kan mbaknya sibuk terus.

Saya: hehehe, normal kan mbak lahirnya?

Mbak: alhamdulillah normal meski sempat di induksi terlebih dahulu.

Saya: tapi alhamdulillah bayinya sehat ya mbak?

Mbak: syukurnya begitu, jadi saya sangat senang melihatnya.

Saya: keluarga dari Wonogiri tidak datang mbak?

Mbak: terlalu jauh mbak, makanya tidak saya suruh untuk kemari.

Saya: lama saya tidak pergi ke Wonogiri, adem ya mbak daerah Wonogiri?

Mbak: kalau tempat saya adem, unik, menarik, dan masih kejawen gitu mbak.

Saya: masih percaya mitos-mitos maksudnya?

Mbak: yah begitulah mbak, malah sampai sekarang masyarakat masih percaya bahwa anak-anak desa saya tidak boleh menikah dengan anak-anak desa sebelah, desa saya dan desa sebelah dibatasi oleh kali sangat besar.

Saya: memang kenapa mbak?

Mbak: masyarakat percaya bahwa jika terjadi pernikahan dengan tetangga sebelah maka akan ada bencana pada kedua pasangan tersebut atau pada keluarga kedua pasangan.

Saya: meninggal maksudnya?

Mbak: iya.

Saya: wah ngeri juga ya, memang sampai sekarang masih berlaku mbak adat itu?

Mbak: iya sampai sekarang masih dipercaya dan dianut mbak.

Saya: padahal sudah canggih ya jaman kita?

Mbak: namanya juga adat-istiadat mbak.

Saya: iya juga sih mbak.

0 comments:

Post a Comment

 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog