Monday, April 29, 2013

Menjadi Orang Baik...

Cerita I
Bagi saya orang terbaik dalam hidup saya adalah keluarga saya tercinta.
Bapak saya yang telah meninggal ketika saya tujuh tahun, beliau sangat sayang kepada saya.
Beliau sering membawa saya ke pantai untuk jalan-jalan.
Beliau juga sering mengajak saya liburan ke rumah nenek di Kalimanggis Subah
Beliau juga sering mengajak saya keliling kampung dengan bersepeda.
Bagi saya bapak saya adalah orang baik yang saya kenal dalam hidup saya.

Nenek saya juga sangat baik dengan saya.
Gimana tidak baik, dari saya bayi neneklah yang mengasuh saya.
Dan saya tinggal bersama dengan nenek saya.
Nenek sudah seperti ibu kedua saya setelah Umi kandung saya.
Nenek selalu sabar mengasuh dan mendidik saya sehingga saya mulai mengerti tentang hidup dan kehidupan.
Meskipun saya badung dan ngeyel, nenek saya selalu sabar dan sabar.
Jarang sekali nenek marah dan mengeluh.
Hanya sesekali nenek kesal dengan sikap badung saya.
Itupun cepat sekali berlalunya.

Umi saya tentu orang yang begitu luar biasa buat saya.
Mengandung dan melahirkan saya adalah bukti pengorbanannya buat saya.
Bekerja mati-matian buat saya juga suatu keseriusannya mengurusi saya sebagai anaknya.
Umi rela menjadian kaki sebagai kepala dan sebaliknya hanya agar anak-anaknya kelak menjadi orang-orang hebat di negeri ini.
Umi tidak penah mengeluh dan merasa lelah atas tugasnya sebagai ibu.
Umi selalu tegar dan senyum di depan saya.
Seolah ingin bilang; nak tenanglah umi dalam keadaan baik-baik saja.
Terima kasih untuk Umi tercinta.
Maaf belum bisa membalas jasa-jasa umi yang begitu besar.

Adek saya almarhum juga sangat luar biasa sekali.
Supportnya buat saya begitu berarti.
Keikhlasannya memandang sesuatu sungguh memberikan inspirasi buat saya.
Semangatnya dalam menatap hidup sungguh berapi-api.
Bagi dia hidupnya harus sukses demi menyenangkan umi dan nenek.
Dia juga selalu yakin bahwa saya kelak akan menjadi orang hebat di negeri ini.
Karena bagi dia laki-laki dan perempuan sesungguhnya sama saja.
Keduanya mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih mimpi di dunia ini.
Terima kasih adek sayang, harapmu akan saya wujudkan dengan serius.

Cerita II
Saya pernah mempunyai teman dekat namanya mbak Lela.
Bagi saya dia adalah teman baik dan sangat pengertian.
Bagaimana tidak baik, dia selalu mengalah dengan saya dan selalu membantu setiap kali saya butuhkan.
Dia juga selalu senyum di depan saya meskipun sedang banyak masalah.
Dia selalu berprinsip akan membahagiakan orang lain selalu meskipun dirinya sedang dilanda pilu dan lara.
Bahagia tidak terhingga bisa mempunyai teman sebaik mbak Lela.
Sayapun sering main ke rumahnya di Kudus dan menginap disana.
Di rumahnya sayapun sudah dianggap anak oleh bapak dan ibunya mbak Lela.
Subhanallah bahagia sekali rasanya bisa menjadi bagian dari keluarga mbak Lela.

Setelah kelar kuliah di UT Semarang mbak Lela menikah dan tinggal di rumah suaminya di Pekalongan.
Saya juga merantau ke Jakarta untuk kembali menuntut ilmu yang lebih tinggi lagi.
Karena jarak yang lumayan jauh kamipun jarang bertemu dan hanya bisa komunikasi via telephon.
Tapi ikatan kami tidak pernah memudar, kami tetap saling menyayangi sebagai sahabat dan saudara.
Beberapa kali mbak Lela main ke Jakarta dan mbak Lela juga main ke rumah ketika pasca lebaran idul fitri.

Allah memang selalu berkuasa atas apapun juga.
Mbak Lela sahabat baik saya harus berpulang ke sisi Allah setelah melahirkan putrinya.
Meninggal alam usia yang sangat muda.
Dengan meninggalkan seorang putri yang sangat cantik mirip dengannya.
Saya ikhlas dengan sepenuh hati dan yakin bahwa itulah yang terbaik untuk dirinya.
Saya juga yakin bahwa Allah sangat mencintainya sehingga mbak Lela diambil begit cepat.
Mungkin Allah takut jika lebih lama hidup mbak Lela akan berbuat sedikit ketidakbaikkan.
Maha suci Engkau ya Allah yang telah mengambil mbak Lela sahabat baik saya.
Continue Reading...

Friday, April 26, 2013

Kematian Kadang Mengagetkan,...

Kemaren di ruang guru temanku bu Sri cerita detail tentang kematian buah hatinya.
Aku jarang sekali ketemu dengan bu Sri karena hari mengajar kami berbeda.
Kebetulan juga saat anaknya meninggal, aku sedang dalam keadaan kecelakaan di Sawangan.
Aku peluk bu Sri dan aku ucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Faiz anak tercintanya.
Dia bercerita dengan detail dan gamblang.
Air matanya berurai dan raut wajahnya menggambarkan kesedihan yang mendalam.
Aku benar-benar bisa merasakan apa yang dia rasakan.
Bahwa begitu menyayat hati kehilangan orang yang disayangi.
Apalagi kehilangan untuk selama-lamanya.

Jadi ingat saat adek kandungku meninggal dunia dua tahun lalu.
Aku sempat down dan kehilangan gairah hidup.
Bagaimanapun dia adalah adek kandungku cowok satu-satunya.
Dan dialah pula yang selalu support aku untuk menjadi orang hebat di negara Indonesia tercinta.
Hingga aku kembali bangkit oleh kalimat yang terlontar dari teman adekku Sukoco yang sudah aku anggap sebagai adek kandungku: "Lho mbak mau sedih sampai kapan? toh adek mbak tidak akan pernah kembali lagi ke dunia ini, dia sudah tidak ada di dekat kita mbak? jadi tolong relakan dan ikhlaskan, mbak wong nabi Muhammad saja meninggal dunia apalagi kita-kita yang hanya manusia biasa?"
Sejak itulah aku mulai bangkit dan kembali menata diri sendiri.
Aku sadarkan nalar logisku bahwa semua yang hidup ini pasti akan kembali kepada pencipta-Nya.

Berbeda ketika bapak meninggal dunia.
Kala itu aku masih tujuh tahun, jadi tidak begitu ingat kronologisnya.
Yang aku ingat, orang ramai di rumah nenekku dan aku mendapat banyak uang jajan kala itu.
Sehingga aku lupa apakah aku menangis tersedu atau tidak.
Yang jelas, ibuku tercinta sangat lemas dan sedih di pojokkan menunggui jenazah bapakku.
Lama memang aku tidak punya bapak.
Sehingga ketika adekku meninggal aku begitu sedih.
Karena aku merasa telah kehilangan dua orang sekaligus yang sangat aku cintai dan sayangi.

Hari ini UJ meninggal dunia.
Meskipun aku tidak kenal sama dia tidak ada salahnya turut berduka cita.
Dan turut mendoakan kepergiannya.
Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.
Dan satu yang musti kita ambil hikmahnya adalah; bahwa begitu banyak orang yang kehilangan UJ.
Spiritnya yaitu bagaimana supaya kita sebagai manusia yang beriman bisa meninggal dalam keadaan dikenang dan diingat kebaikannya oleh orang lain.
Amin ya Allah.

Hidup hanya satu kali mari gunakan untuk berbuat selalu kepada kebaikan dan kemanfaatan.
Continue Reading...

Thursday, April 25, 2013

Kartini 2013...

Tanggal 21 April kemaren adalah hari Kartini.
Hari penghormatan terhadap jasa ibu Kartini yang mati-matian berjuang untuk kaum perempuan.
Kegigihannya memberi inspirasi untuk kaum perempuan Indonesia.
Semangatnya seolah tidak kunjung padam dan selalu menggebu-gebu.

Tanggal 21 kemaren saya ikut aksi damai dalam rangka memperingati hari Kartini di HI.
Aksi dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri pukul 10.00 WIB.
Luar biasa, lumayan banyak yang hadir.
Tidak hanya dari aktivis perempuan tetapi juga sebagian dari aktivis laki-laki.
Tidak sedikit juga remaja putra dan putri yang ikut bergabung menyuarakan perjuangan Kartini.

Masyarakat yang melintas juga terlihat antusias menyaksikan aksi damai tersebut.
Rata-rata yang melihat seolah ikut sepakat bahwa perempuan juga bisa sukses seperti laki-laki.
Bahwa perempuan juga punya hak yang sama seperti kaum laki-laki.
Bahwa perempuan sesungguhnya bukan makhluk yang lemah dan cengeng.

Ada orasi-orasi, ada menyanyikan lagu Kartini bersama-sama, dan juga ada kesaksian dari korban.
Korban yang berjenis kelamin perempuan yang dinikahkan oleh keluarganya dalam usia muda.
Dan kebetulan dapat suami yang jahat dan tidak tanggung jawab.
Sehingga karena sering disakiti dan disiksa oleh suaminya akhirnya perempuan tersebut meminta cerai.
Dan pernikahannya hanya berlangsung selama lima tahun saja.

Realitasnya meskipun negara sudah semakin maju dan modern, masih saja banyak perlakuan tidak patut terhadap kaum perempuan.
Masih banyak oknum laki-laki yang melecehkan perempuan.
Masih banyak juga oknum laki-laki yang melakukan kekerasan terhadap perempuan.
Hal itu mustinya tidak layak dilakukan oleh laki-laki, karena dirinyalah juga lahir dari rahim perempuan.
Dia juga mempunyai ibu dan saudara perempuan, pastinya dia juga sakit hati jika ibu atau saudaranya menjadi korban pelecehan atau kekerasan.

Terkadang perempuan juga terlihat terlalu lemah dan cengeng.
Sedikit-sedikit nangis dan sangat tidak berdaya oleh keadaan.
Seolah semakin membenarkan bahwa perempuan itu memang lemah dan bisa dikerasi.
Harusnya perempuan tidak selemah itu, karena sesungguhnya perempuan juga bisa mandiri dan kuat seperti laki-laki.
Tinggal bagaimana pembiasaannya saja.

Perubahan harus dilakukan secara bersama-sama.
Perubahan untuk kaum perempuan harus dimulai dari perempuannya sendiri.
Kemudian di dukung oleh sistem yang ada dan juga oleh kaum laki-laki.
Bagaimanapun secara umum pelaku diskriminasi terhadap perempuan adalah laki-laki.
Sehingga sudah saatnya bagi kaum laki-laki untuk bangkit dan merangkul perempuan dalam menjalankan hidup dan kehidupannya.

Perjuangan Kartini harus berlanjut.
Perempuan harus cerdas, islami, dan peka terhadap persoalan sosial masyarakat.
Perempuan juga harus mandiri dan tangguh dalam mengarungi karir dan hidup.
Mulai dari sekarang dan jangan sampai terlambat kawan.
Continue Reading...

Tuesday, April 16, 2013

Pendakian Gunung Gede....

Waktu sekolah dulu, sering mendaki bukit saat acara Pramuka atau Saka.
Kebetulan saya ikut Pramuka dan dua Saka sekaligus; Saka Bhayangkara dan Wana Bhakti.
Yah kalau sekedar mendaki bukit mah sudah sangat sering bahkan rutin dilakukan oleh sekolah.
Tapi kalau untuk mendaki Gunung sama sekali belum pernah.
Bukan takut, tetapi lebih karena ngeri tidak sanggup sampai ke puncaknya.
Saya sih sadar diri, bahwa saya jarang olah raga.
Secara otomatis, otak sadar saya bilang bahwa hanya orang-orang sehatlah yang mampu mendaki Gunung.
Arti dari orang sehat adalah orang yang rutin melakukan aktivitas olah raga harian atau mingguan.

Beberapa kali diajak sih oleh teman-teman untuk mencoba naik gunung.
Pernah juga diajak oleh mahasiswa bahkan pernah teman tongkrongan.
Tetapi benar-benar tidak berani dan merasa tidak siap.

Saat ulang tahun kemaren, tiba-tiba saya menemukan selebaran pendakian Gunung dengan tujuan Gunung Gede.
Tidak tahu kenapa, seolah spontan nalar sadar saya mengiyakan untuk ikut.
Sepertinya memang saya butuh merefresh otak saya.
Maklum selama ini sok sibuk dan sok tidak punya waktu untuk sekedar refreshing.
Dan menurut saya, dan saya yakin semua orang sepakat bahwa alam itu adalah tempat paling indah untuk merefresh otak yang lagi jutek/puyeng oleh banyaknya aktivitas harian.
Akhirnya saya memutuskan untuk ikut dengan mengajak teman saya yaitu mbak Eni.
Dan alhamdulillah mbak Eni bersedia menemani saya naik Gunung.
Saya paham mbak Eni, dan dia termasuk orang yang suka berpetualang.

Tanggal 5 April sekitar pukul 22.00 WIB saya berangkat dari Pondok Kopi bareng dengan teman-teman yang lainnya.
Kurang lebih pukul 01.00 WIB saya tiba di lokasi start pendakian.
Pukul 02.30 WIB pendakian dimulai.
Saat itu juga saya mengucapkan Bismillah.
Saya yakin bahwa saya mampu mendaki Gunung tersebut dengan akhir yang gembira.
Meski awalnya agak ragu-ragu dan ngos-ngosan.
Tahu sendiri sama sekali jarang olah raga, jadi sangat berpengaruh terhadap sebuah pendakian.
Mana tas saya sangat besar dan berat, alhamdulillah ada teman yaitu mas Cidong yang menawarkan bantuan untuk membawakan tas saya tersebut.

Langkah demi langkah dilalui dengan sangat berat.
Lelah dan sangat lelah.
Berkali-kali harus minum, makan, dan istirahat karena alasan tidak kuat.
Berkali-kali pula harus mengeluh kepada panitia pendamping.
Serasa mau patah tulang kaki saya, dan badan saya seolah remuk-remuk.
Ingin menangis tetapi malu, karena saya yakin semua merasakan hal yang sama.
Kecuali bagi mereka yang sudah terbiasa melakukan pendakian Gunung.

Ketika itu saya sempat berfikir tentang laki-laki dan perempuan.
Awalnya saya fikir laki-laki memang jauh lebih kuat dari perempuan.
Tetapi setelah melihat banyak perempuan kuat dan santai melakukan perjalanan bahkan seolah tanpa beban, saya langsung sepakat dengan idiologi awal saya bahwa ini bukan persoalan laki-laki dan perempuan, tetapi lebih pada kebiasaan dan pengalaman mendaki Gunung.
Artinya perempuan yang terbiasa mendaki, tidak tidak akan bermasalah dengan sebuah perjalanan mendaki Gunung.

Di tengah perjalanan, saya sungguh menikmati indahnya alam.
Saya merasa sangat nyaman dan tenang berada dalam hutan nan sejuk dan permai.
Banyak cerita dan banyak ilmu yang saya dapat dari teman-teman yang sudah sering malakukan pendakian.
Dan di tengah kelelahan itu, alhamdulillah ada sekelompok teman yang selalu setia mendampingi saya.

Subhanallah.
Maha besar Allah dengan semua ciptaannya.
Tambah banyak kenalan dan tambah banyak saudara.
Tegur, senyum, dan sapa dilantunkan untuk siapa saja yang berpapasan di jalan.
Seolah semua menjadi teman dan saudara meski tidak saling kenal satu sama lainnya.

Benar-benar menyatu dengan alam.
Seolah lebur dalam suasana haru dan keceriaan.
Seolah saya merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap yang saya lihat.
Seolah ada sesuatu yang segar mengalir dalam aliran darah saya.
Luar biasa hebat dan agung Engkau ya Allah.
Begitu kecilnya saya kala itu.
Dan begitu hinanya keberadaan saya di hadapan-Mu.

Akhirnya pukul 11.00 WIB saya tiba di Surya Kencana.
Sangat lama perjalanan yang saya tempuh, maklum masih pemula.
Hahahaha.
Tapi luar biasa saya bisa sampai ke Surya Kencana dengan dibantu oleh beberapa teman-teman panitia.
Malam itu saya dan teman-teman baru saya bermalam disitu dengan mendirikan tenda.
Sangat kedinginan dan mengginggil.
Baju basah dan jaket pinjaman yang cukup tebal tak mampu menahan dingin.
Malam itu saya merintih dan mengginggil.
Hampir tidak bisa lelap dalam tidur.
Tapi tidak mengaapalah, saya pikir itu adalah bagian dari kenikmatan melakukan pendakian.

Pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Gede.
Siang hari kami semua sampai ke puncak dengan selamat.
Subhanallah, maha suci Engkau ya Allah.
Telah menciptakan alam yang begitu indah.
Dan terima kasih telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mencapai puncak Gunung Gede.
Beberapa saat menikmati keindahan puncak tersebut, akhirnya saya dan teman-teman melakukan perjalanan turun.
Kurang lebih pukul 21.00 WIB saya dan teman-teman tiba di lokasi dimana mobil telah menunggu dengan setia.
Lelah yang luar biasa.
Payah dan sungguh-sungguh payah.
Tapi, kenikmatan yang saya rasakan mengalahkan kelelahan yang sangat payah itu.

Sampai Pondok Kopi kurang lebih pukul 02.00 WIB.
Saya dan mbak Eni pulang menuju SMA Dozqi untuk mengambil motor saya.
Saya minum kopi di warteg samping Dozqi supaya tidak mengantuk di jalan.
Berharap sampai rumah dengan selamat tiada halangan apapun.
Tapi kenyataan berkata lain, kurang lebih subuh saya jatuh di daerah Bojong Sari.
Ada lobang besar sebelah kiri dan saya tidak awas karena lelah dan mengantuk.
Saya mental ke tengah jalan raya dan sempat pingsan.
Gigi patah, bibir robek, pipi tergores, kaki tangan luka-luka.
Saya dibawa ke rumah sakit Sawangan dan akhirnya di pindah ke rumah sakit Fatmawati.
Seharian di rawat di rumah sakit Fatmawati.
Sempat kaget dan sedih dengan keadaan saya waktu itu.

Tapi apapun yang terjadi dan seperti apapun keadaan saya pasca naik gunung.
Satu kalimat; Subhanallah, terima kasih Allah telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melihat betapa besar dan betapa hebatnya diri-Mu.
Terima kasih juga kepada semua teman-teman yang telah memberi saya kesempatan untuk melakukan pendakian.
Pengalaman ini tidak akan pernah saya lupakan sampai kapanpun.
Dan insya Allah saya tidak akan takut atau kapok untuk kembali mendaki Gunung.

Sallam damai.
Dan mari bersama kita cintai alam nan indah ini.
Karena alam adalah salah satu kita bisa merasakan kehadiran Tuhan yang sesungguhnya.
Continue Reading...
 

Site Info

Welcome to my blog, this blog after upgrade theme.

Text

Berjuang Untuk 'Nilai' Copyright © 2009 imma is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template @rtNyaDesign Design My Blog